Share

Changes

Malam itu, malam debutante Isandra. Malam yang begitu Isandra nantikan. Malam dimana ia akhirnya bertemu dengan sang ayah. Namu sayang, cinta sang ayah malah tak ia dapatkan.

Isandra yang terbakar api cemburu saat melihat ayah dan kedua kakaknya malah mengabaikannha pun nekad bunuh diri di hadapan seluruh hadirin yang ada di sana. Tidak hanya itu, segel yang ada di dalam tubuh Isandra pun terbuka, Flammedra pun keluar dan mengamuk.

Kekaisaran Eleino, habis terbakar.

Kemudian, 'orang baik' yang waktu itu Isandra sebutkan membantunya untuk memutar balikkan waktu dan menukar jiwanya. Dan disinilah jiwa Fani berada.

"Nona Isandra baik-baik saja, tapi saya harap nona bisa makan lebih teratur dan bergizi kedepannya" ucap dokter yang memeriksa Isandra.

"Saya mengerti dokter, pesan anda akan saya lakukan" ucap gadis maid itu sopan.

"Kalau begitu, saya permisi"

Dokter itu pun pergi meninggalkan Isandra dan gadis maid sendirian di dalam kamar. "Siapa namamu?" tanya Isandra saat pintu sudah tertutup.

"Sa-saya Marrie, Nona" ucapnya.

"Apa kau adalah dayang yang ditugaskan untuk melayaniku?" tanya Isandra.

Marrie mengangguk, "Benar, nona".

Isandra tersenyum pada Marrie, berniat memberinya kesan yang baik, "Marrie, mulai sekarang mohon bantuannya ya".

"Eh? N-nona menerima saya sebagai dayang anda?" Marrie menunjuk dirinya sendiri.

"Benar sekali, dan mulai sekarang kau juga boleh memanggilku tuan putri atau yang mulia. Tapi jika kau lebih suka memanggilku-"

"Sa-saya benar-benar merasa terhormat yang mulia!" ucapnya langsung jatuh berlutut.

"Bangkitlah Marrie, aku yang seharusnya berterima kasih padamu. Kau selama ini melayaniku tanpa mengeluh, apa kau tidak membenci tuanmu yang menyebalkan ini?" tanya Isandra.

"Jujur, saya terkadang kesal dengan sikap anda yang mulia" ucapnya takut-takut.

Isandra pun tersenyum kecil,"Baguslah jika kau merasa seperti itu" ucapan Isandra membuat Marrie kini mendongak menatapnya terkejut.

"Karena jika kau mengatakan bahwa kau tidak membenciku sedikitpun, aku bisa saja mencurigaimu sebagai mata-mata hahaha" lanjut Isandra dengan nada bercanda.

"Saya mana berani yang mulia!" Marrie kini bersujud di hadapan Isandra.

"Astaga, bangkitlah, aku tidak suka terlalu dipuja seperti itu. Dan sekarang, aku memiliki tugas untukmu" ucap

Ia pun bangkit bersemangat, "Saya siap menerima perintah dari tuan putri!" serunya.

Isandra pun terkekeh geli melihat tingkahnya. 'Mulai sekarang, tidak ada lagi Isandra yang penyendiri dan menyedihkan. Aku akan merubah semuanya'

~~//~~

Keesokkan harinya,

"Apa sudah beres semuanya?" tanya seorang gadis yang tengah duduk di taman yang dipenuhi bunga-bunga yang hampir mati. Ia sedang menikmati teh sembari membaca buku romansa, hitung-hitung sebagai pengganti manganya.

"Kamar anda sudah bersih dan rapih yang mulia, tapi..."

Kening Isandra berkerut saat menatap Marrie, "Ada apa?" tanyanya.

"Sa-saat saya ingin meminta uang untuk memesankan gaun anda. Count Berrel tidak mau memberikannya yang mulia" ucapnya takut-takut.

Count Berrel adalah orang yang diperintahkan untuk mengatur keuangan di istana Lily, tempat Isandra tinggal.

Isandra meletakkan cangkir teh yang ia pegang, "Baiklah, biar aku sendiri yang bicara padanya nanti" ucapku.

Ya, Isandra tidak terkejut sama sekali dengan hal ini. Malah, ia mengekspektasikan perlakuan yang lebih kasar lagi. Makan malam kemarin saja hanya sup sayuran, dan teh ini pun Marrie dapatkan dari istana utama.

"Marrie, apa saja yang kau ketahui tentangku?" tanya Isandra tiada angin tiada hujan. Marrie nampak terkejut saat mendengar pertanyaannya.

"Menurut saya, anda adalah gadis yang kuat yang mulia" ucapnya. Isandra menoleh menatapnya saat ia mengatakan itu, kuat ya?

"Kuat? Benarkah? Aku selama ini bersembunyi di dalam sana seperti pengecut, apanya yang kuat?" ucapnya.

Marrie menggeleng, "Tidak, yang mulia. Anda kuat. Anda sudah bertahan sampai sejauh ini, itulah hal terpenting. Kalau saya menjadi anda, mug kin saya sudah bunuh diri" ucap Marrie.

Ia terdiam, astaga jahat sekali dirinya berpikir bahwa Isandra adalah pengecut. Marrie benar, meski Isandra pada akhirnya akan bunuh diri tapi ia sudah bertahan selama 16 tahun.

Ia pun menutup buku yang tadi ia baca dan berdiri menghadap Marrie, "Marrie, aku berubah pikiran, aku akan bicara pada Count Berrel sekarang juga" ucapku.

Marrie nampak terkejut, namun sekian detik kemudian ia menunduk, "Mari saya antar, yang mulia" ucapnya lembut.

Mereka pun berjalan meninggalkan taman itu, menuju ruang dimana Count Berrel biasanya berada. Matanya menatap tajam ke depan, 'Orang-orang ini harus kuberi pelajaran' batinnya.

Sedang di istana utama,

Krieettt

"Anda sudah kembali, yang mulia?" ucap seorang pemuda berambut pirang saat seorang pria berambut putih masuk bersama tangan kanannya ke ruangan megah yang mirip kantor itu.

"Apa ada yang terjadi selama aku pergi?" tanya pria berambut putih, Galen de Eleino, kaisar Eleino, ayah kandung Isandra.

"Tidak ada, yang mulia. Semuanya baik-baik saja, ah kemarin seorang dokter dikirim ke istana putri Isandra" ucap pria berambut pirang yang mirip seperti Isandra namun matanya mirip dengan kaisar, Estevan de Eleino, putra mahkota, kakak pertama Isandra.

"Dia sakit?" tanya Galen dengan nada datar, namun nampak jelas kekhawatiran di wajahnya.

"Sepertinya begitu, yang mulia. Tapi pagi ini mata-mata saya memantau daerah istana Lily dan melihat Isandra sedang menikmati teh di taman" jelas Evan.

Galen terdiam, wajahnya memang datar saja tapi ada setitik rasa lega di hatinya. Tanpa sadar ia tersenyum kecil, 'Akhirnya kau tidak mengurung diri lagi' batin Galen.

"Noah" panggil Galen pada pria berambut hijau yang berdiri di sampingnya.

"Ya, yang mulia?" sahutnya.

"Kirimkan hadiah pada putri, dan naikkan jatah bulanannya mejadi dua kali lipat" perintah Galen. Meski Isandra selalu menolak hadiah darinya, ia tidak menyerah.

"Akan saya laksanakan, yang mulia" ucap Noah kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.

Setelah pintu tertutup, Evan berjalan mendekati ayahnya. "Kapan ayah akan mengunjunginya? Ini sudah 15 tahun dan dia belum melihat wajah ayah sekalipun" ucap Evan kini dengan nada santai.

Galen yang tadi sedang membalik lembar dokumen kini berhenti, "Aku...tidak tau. Apa dia bisa memaafkanku?" tanya Galen entah pada siapa.

Sedang Evan menatap ayahnya sendu, kenapa Galen menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada ibu dan kakek mereka? "Tidak ada salahnya mencoba kan yah? Lagipula bukankah tahun depan debutante Isandra?" ucap Evan memersuasi.

"Ya, akan kupikirkan" ucap Galen kemudian kembali ke dokumen menumpuk itu.

Baiklah, ada kesalahpahaman yang terjadi di sini.

Galen tidak tahu apapun.

Ia tidak tahu bahwa Isandra selama ini menyiksa dirinya sendiri, dan ia tidak tahu bahwa banyak orang yang mencaci maki Isandra.

Yang ia tahu hanyalah Isandra tidak pernah keluar dari istana Lily, dan selalu menolak hadiah yang ia berikan.

Itu sebabnya Galen berpikir bahwa Isandra membencinya. Itulah kenapa ia senang saat mendengar Isandra sedang menikmati teh di taman.

Galen berpikir bahwa Isandra selama ini mengurung diri karena membencinya sebab tidak bisa menyelamatkan permaisuri, ibunya.

Padahal selama ini Isandralah yang berpikir bahwa Galen membencinya. Karena Galen yang tidak pernah mengunjugi Isandra, kedua pangeran pun juga ragu untuk mengunjunginya.

Nah kenapa Galen tidak mengetahui apapun? Jawaban dari pertanyaan itu adalah-

Brak

"Yang mulia!"

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status