Malam itu, malam debutante Isandra. Malam yang begitu Isandra nantikan. Malam dimana ia akhirnya bertemu dengan sang ayah. Namu sayang, cinta sang ayah malah tak ia dapatkan.
Isandra yang terbakar api cemburu saat melihat ayah dan kedua kakaknya malah mengabaikannha pun nekad bunuh diri di hadapan seluruh hadirin yang ada di sana. Tidak hanya itu, segel yang ada di dalam tubuh Isandra pun terbuka, Flammedra pun keluar dan mengamuk.Kekaisaran Eleino, habis terbakar.Kemudian, 'orang baik' yang waktu itu Isandra sebutkan membantunya untuk memutar balikkan waktu dan menukar jiwanya. Dan disinilah jiwa Fani berada."Nona Isandra baik-baik saja, tapi saya harap nona bisa makan lebih teratur dan bergizi kedepannya" ucap dokter yang memeriksa Isandra."Saya mengerti dokter, pesan anda akan saya lakukan" ucap gadis maid itu sopan."Kalau begitu, saya permisi"Dokter itu pun pergi meninggalkan Isandra dan gadis maid sendirian di dalam kamar. "Siapa namamu?" tanya Isandra saat pintu sudah tertutup."Sa-saya Marrie, Nona" ucapnya."Apa kau adalah dayang yang ditugaskan untuk melayaniku?" tanya Isandra.Marrie mengangguk, "Benar, nona".Isandra tersenyum pada Marrie, berniat memberinya kesan yang baik, "Marrie, mulai sekarang mohon bantuannya ya"."Eh? N-nona menerima saya sebagai dayang anda?" Marrie menunjuk dirinya sendiri."Benar sekali, dan mulai sekarang kau juga boleh memanggilku tuan putri atau yang mulia. Tapi jika kau lebih suka memanggilku-""Sa-saya benar-benar merasa terhormat yang mulia!" ucapnya langsung jatuh berlutut."Bangkitlah Marrie, aku yang seharusnya berterima kasih padamu. Kau selama ini melayaniku tanpa mengeluh, apa kau tidak membenci tuanmu yang menyebalkan ini?" tanya Isandra."Jujur, saya terkadang kesal dengan sikap anda yang mulia" ucapnya takut-takut.Isandra pun tersenyum kecil,"Baguslah jika kau merasa seperti itu" ucapan Isandra membuat Marrie kini mendongak menatapnya terkejut."Karena jika kau mengatakan bahwa kau tidak membenciku sedikitpun, aku bisa saja mencurigaimu sebagai mata-mata hahaha" lanjut Isandra dengan nada bercanda."Saya mana berani yang mulia!" Marrie kini bersujud di hadapan Isandra."Astaga, bangkitlah, aku tidak suka terlalu dipuja seperti itu. Dan sekarang, aku memiliki tugas untukmu" ucapIa pun bangkit bersemangat, "Saya siap menerima perintah dari tuan putri!" serunya.Isandra pun terkekeh geli melihat tingkahnya. 'Mulai sekarang, tidak ada lagi Isandra yang penyendiri dan menyedihkan. Aku akan merubah semuanya'~~//~~Keesokkan harinya,"Apa sudah beres semuanya?" tanya seorang gadis yang tengah duduk di taman yang dipenuhi bunga-bunga yang hampir mati. Ia sedang menikmati teh sembari membaca buku romansa, hitung-hitung sebagai pengganti manganya."Kamar anda sudah bersih dan rapih yang mulia, tapi..."Kening Isandra berkerut saat menatap Marrie, "Ada apa?" tanyanya."Sa-saat saya ingin meminta uang untuk memesankan gaun anda. Count Berrel tidak mau memberikannya yang mulia" ucapnya takut-takut.Count Berrel adalah orang yang diperintahkan untuk mengatur keuangan di istana Lily, tempat Isandra tinggal.Isandra meletakkan cangkir teh yang ia pegang, "Baiklah, biar aku sendiri yang bicara padanya nanti" ucapku.Ya, Isandra tidak terkejut sama sekali dengan hal ini. Malah, ia mengekspektasikan perlakuan yang lebih kasar lagi. Makan malam kemarin saja hanya sup sayuran, dan teh ini pun Marrie dapatkan dari istana utama."Marrie, apa saja yang kau ketahui tentangku?" tanya Isandra tiada angin tiada hujan. Marrie nampak terkejut saat mendengar pertanyaannya."Menurut saya, anda adalah gadis yang kuat yang mulia" ucapnya. Isandra menoleh menatapnya saat ia mengatakan itu, kuat ya?"Kuat? Benarkah? Aku selama ini bersembunyi di dalam sana seperti pengecut, apanya yang kuat?" ucapnya.Marrie menggeleng, "Tidak, yang mulia. Anda kuat. Anda sudah bertahan sampai sejauh ini, itulah hal terpenting. Kalau saya menjadi anda, mug kin saya sudah bunuh diri" ucap Marrie.Ia terdiam, astaga jahat sekali dirinya berpikir bahwa Isandra adalah pengecut. Marrie benar, meski Isandra pada akhirnya akan bunuh diri tapi ia sudah bertahan selama 16 tahun.Ia pun menutup buku yang tadi ia baca dan berdiri menghadap Marrie, "Marrie, aku berubah pikiran, aku akan bicara pada Count Berrel sekarang juga" ucapku.Marrie nampak terkejut, namun sekian detik kemudian ia menunduk, "Mari saya antar, yang mulia" ucapnya lembut.Mereka pun berjalan meninggalkan taman itu, menuju ruang dimana Count Berrel biasanya berada. Matanya menatap tajam ke depan, 'Orang-orang ini harus kuberi pelajaran' batinnya.Sedang di istana utama,Krieettt"Anda sudah kembali, yang mulia?" ucap seorang pemuda berambut pirang saat seorang pria berambut putih masuk bersama tangan kanannya ke ruangan megah yang mirip kantor itu."Apa ada yang terjadi selama aku pergi?" tanya pria berambut putih, Galen de Eleino, kaisar Eleino, ayah kandung Isandra."Tidak ada, yang mulia. Semuanya baik-baik saja, ah kemarin seorang dokter dikirim ke istana putri Isandra" ucap pria berambut pirang yang mirip seperti Isandra namun matanya mirip dengan kaisar, Estevan de Eleino, putra mahkota, kakak pertama Isandra."Dia sakit?" tanya Galen dengan nada datar, namun nampak jelas kekhawatiran di wajahnya."Sepertinya begitu, yang mulia. Tapi pagi ini mata-mata saya memantau daerah istana Lily dan melihat Isandra sedang menikmati teh di taman" jelas Evan.Galen terdiam, wajahnya memang datar saja tapi ada setitik rasa lega di hatinya. Tanpa sadar ia tersenyum kecil, 'Akhirnya kau tidak mengurung diri lagi' batin Galen."Noah" panggil Galen pada pria berambut hijau yang berdiri di sampingnya."Ya, yang mulia?" sahutnya."Kirimkan hadiah pada putri, dan naikkan jatah bulanannya mejadi dua kali lipat" perintah Galen. Meski Isandra selalu menolak hadiah darinya, ia tidak menyerah."Akan saya laksanakan, yang mulia" ucap Noah kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.Setelah pintu tertutup, Evan berjalan mendekati ayahnya. "Kapan ayah akan mengunjunginya? Ini sudah 15 tahun dan dia belum melihat wajah ayah sekalipun" ucap Evan kini dengan nada santai.Galen yang tadi sedang membalik lembar dokumen kini berhenti, "Aku...tidak tau. Apa dia bisa memaafkanku?" tanya Galen entah pada siapa.Sedang Evan menatap ayahnya sendu, kenapa Galen menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada ibu dan kakek mereka? "Tidak ada salahnya mencoba kan yah? Lagipula bukankah tahun depan debutante Isandra?" ucap Evan memersuasi."Ya, akan kupikirkan" ucap Galen kemudian kembali ke dokumen menumpuk itu.Baiklah, ada kesalahpahaman yang terjadi di sini.Galen tidak tahu apapun.Ia tidak tahu bahwa Isandra selama ini menyiksa dirinya sendiri, dan ia tidak tahu bahwa banyak orang yang mencaci maki Isandra.Yang ia tahu hanyalah Isandra tidak pernah keluar dari istana Lily, dan selalu menolak hadiah yang ia berikan.Itu sebabnya Galen berpikir bahwa Isandra membencinya. Itulah kenapa ia senang saat mendengar Isandra sedang menikmati teh di taman.Galen berpikir bahwa Isandra selama ini mengurung diri karena membencinya sebab tidak bisa menyelamatkan permaisuri, ibunya.Padahal selama ini Isandralah yang berpikir bahwa Galen membencinya. Karena Galen yang tidak pernah mengunjugi Isandra, kedua pangeran pun juga ragu untuk mengunjunginya.Nah kenapa Galen tidak mengetahui apapun? Jawaban dari pertanyaan itu adalah-Brak"Yang mulia!"TBCChirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu