Share

Violette Party.

Raiden tersenyum mengingat kejadian siang ini. Percakapannya dengan keluarga Chasiel cukup membuatnya menemukan sedikit Informasi tentang Xeena. Raiden berjalan menatap ramainya kota London dari jendela ruang kerjanya. Segelas wine ditangannya menemani dinginnya malam namun hati Raiden sedikit menghangat saat kembali mengingat percakapan siang ini.

*Flashback *

"Apakah kalian hanya berdua?" tanya Raiden hati-hati.

Violette menatap Raiden sambil menggeleng. "Sahabat wanitaku baru saja pergi,"

Raiden tersenyum tipis. "Ah, wanita yang kulihat sedang terburu-buru saat aku sedang dalam perjalanan kesini. Dia sahabatmu?"

Nathan sedikit curiga dengan Raiden. "Sahabat kami lebih tepatnya. Dia memang sedang terburu-buru karena tunangannya sedang menunggunya." Nathan menekan kata tunangan agar Raiden berhenti bertanya tentang Xeena.

Raiden menatap Nathan sesaat. "Tunangan?" tanya Raiden lagi.

"Ya, dia telah bertunangan." Violette menjawab cepat.

Raiden diam dan berpikir. Xeena tengah menghindarinya dan tak ingin bertemu dengannya. "Apa kalian tahu tunangannya?" tanya Raiden semakin ingin tahu.

Nathan dan Violette menggeleng.

"Dia belum mengenalkannya pada kami," Violette angkat bicara meski mulai curiga.

"Tapi kurasa dia pria yang baik," Nathan melirik Raiden sesaat agar Raiden tahu bahwa Raiden bukanlah pria yang baik karena setahu Nathan, Raiden adalah gay.

"Akulah tunangannya," jawab Raiden dalam hati. Ingin rasanya Raiden menjawab itu dengan cepat namun bibir dan otaknya tak dapat melakukan hal tersebut.

"Dia terlihat seperti gadis yang sangat baik," ujar Raiden menutupi rasa ingin tahunya.

"Tentu saja. Dia sangat mandiri karena telah hidup seorang diri." jawab Nathan cepat mengingat sosok Xeena.

Raiden menaikkan satu alisnya. "Seorang diri?"

Violette mengangguk. "Dia tak pernah bertemu dengan orangtuanya sejak ibu kandungnya meninggal. Dia pergi dari rumah saat tahu ayahnya menikah lagi dan mulai mandiri sampai kami bertemu dan menjadi sahabat baik. Dia bahkan-"

"Vio," potong Nathan cepat untuk mencegah Violette berbicara lebih banyak tentang Xeena.

Raiden menoleh pada Nathan. "Aku hanya sedikit tertarik dengan sahabatmu. Jangan khawatir hal lain, karena aku melihat surat lamaran kerjanya di perusahaanku beberapa hari yang lalu. Kami menghubunginya untuk interview namun tak ada jawaban darinya. Dan kebetulan aku melihatnya bersama kalian,"

Sebuah alasan yang logis dari Raiden membuat Nathan dan Violette mengangguk mengerti. Sahabatnya memang bercerita telah mengirim surat lamaran kerja ke banyak perusahan. Dan jika itu perusahan Raiden, bukankah itu sangat mungkin? Mengingat perusahan Raiden memiliki banyak anak cabang di London.

"Aku membutuhkan sedikit informasi tentang dirinya. Karena aku akan meletakkannya di bagian terpenting dalam perusahaanku," Raiden menatap Violette dan Nathan serius.

"informasi?" tanya Violette ragu.

"Seperti apa? Dan jika boleh tahu, posisi apa yang akan dia dapatkan? Maaf, tapi sebagai sahabatnya aku tak bisa memberikan informasi jika itu tak membuat hidupnya lebih baik," Nathan sedikit menjelaskan dengan bahasa yang halus untuk penolakan permintaan Raiden.

Raiden yang mengerti maksud Nathan hanya tersenyum tipis. "Sebagai sekretarisku. Aku membutuhkan sedikit informasi pribadi tentang dirinya karena aku tak ingin pekerjaannya terganggu dengan semua masalah dari luar,"

Violette mengangguk mengerti terlebih Violette juga menyangka bahwa Raiden adalah gay. "Ah, maksudmu bahwa kau tak ingin sembarang orang yang menjadi sekretarismu? Maksudku, banyak beredar bahwa kau adalah ... ah, maaf." Violette tak melanjutkan kata-katanya karena sedikit tak enak pada Raiden.

Raiden mengangguk. "Bahwa aku adalah gay?" sambung Raiden cepat.

Nathan dan Violette saling diam dan berpandangan.

"Tak perlu sungkan, kabar itu memang telah beredar sangat lama. Kau tahu, aku butuh gadis yang baik untuk menjaga semua informasi perusahaan dan informasi lainnya, " Raiden menatap Violette dan Nathan bergantian.

"Jika kau benar-benar ingin menjadikannya sekretarismu, kurasa kau tak salah. Xeena, maksudku sahabatku, adalah gadis baik yang bisa diandalkan. Jadi apa yang bisa kami bantu?" Nathan mulai sedikit melunak karena percaya dengan semua kebohongan Raiden.

"Aku butuh informasi pribadi tentang dirinya. Karena dia akan menjadi sekretarisku, aku butuh semua data yang tak bisa aku dapatkan."

Violette cukup mengerti dengan perkataan Raiden. Mengerti dengan kehati-hatian Raiden hingga membutuhkan banyak informasi sebelum menjadikan Xeena sebagai sekretarisnya. Sekretaris seorang jutawan London, akan ada banyak gadis yang berjejer rapi untuk menjadi sekretarisnya. Namun jika Raiden menginginkan Xeena, bukankah itu sangat baik untuk Xeena? Violette terus memikirkan hal yang baik untuk kebaikan Xeena hingga setuju untuk memberikan informasi tentang Xeena.

"Apa yang ingin kau tahu?" tanya Violette pada akhirnya.

Raiden tersenyum tipis karena perlahan usahanya membuahkan hasil. "Sedikit tentang orang-orang yang berkomunikasi dengannya. Aku harus memastikan dia tak mempunyai hubungan dengan media mana pun."

"Jika itu yang kau khawatirkan, Xeena sudah pasti lulus. Dia hanya hidup seorang diri tanpa orang tua. Tinggal di Paragues apartemen tak memiliki hubungan dengan media mana pun." Nathan menjelaskan dengan singkat.

"Bagaimana dengan masa lalu, tunangan atau siapa pun yang dekat dengannya. Aku juga harus memastikan bahwa Xeena melamar di perusahaanku tanpa ada kontrak atau pun sebagai mata-mata perusahan lain,"

"Dia bersih," ucap Violette pasti. "... tentang masa lalunya, dia tak banyak mempunyai hubungan dengan banyak pria. Dan Setahuku semua telah berakhir sangat lama. Jika tentang tunangannya," Violette sedikit ragu mengingat cincin berlian yang Xeena pakai. Untuk ini dia tak bisa memastikan bahwa tunangan Xeena bukanlah saingan Raiden.

"Kau tahu kami belum bertemu tunangannya. Kami tak bisa memberi informasi tentang tunangannya," sambung Nathan cepat.

Raiden tersenyum menyadari bahwa tak banyak informasi yang ia dapatkan. Nathan dan Violette begitu menutup rapi informasi tentang Xeena. Ia hanya menemukan bahwa Xeena keluar dari rumah karena ayahnya menikah lagi. Raiden menatap jam di pergelangam tangannya. Bangun dari duduknya dan mengucapkan sesuatu pada Nathan dan Violette untuk pergi dari cafe. Tentu saja semua dengan alasan sibuknya Raiden mengurus perusahaan.

*Flasback off*

Pagi ini, Xeena terduduk lemas saat seorang wanita tengah baya tengah menatapnya dari ujung rambut hingga kepala. Paginya benar-benar rusak karena tiba-tiba wanita di depannya mengaku sebagai ibu Raiden yang artinya calon mertuanya. Xeena hanya dapat tersenyum kecil saat gelengan dari wanita di depannya terlihat sangat tak puas dengan penampilan Xeena.

"Jadi katakan, apa kau tengah hamil? Apa kau merayu anak semata wayangku untuk menghamilimu?"

Xeena menggeleng. "Maaf Tante, tapi aku sama sekali tak seperti yang Tante bayangkan?"

Wanita itu menatap tajam Xeena. "Kau tak memiliki apa-apa. Cantik pun tidak. Lalu kenapa Raiden memilihmu?"

Xeena menggeleng. "Bisakah Tante tanyakan itu pada Anak Tante?"

Ibu Raiden mendengus kesal. "Akan kuberikan berapapun yang kau mau, asal kau menjauhi Anakku."

Xeena tertawa. "Ahk,  benar-benar merepotkan. Apa dia pikir Anaknya begitu istimewa? Harusnya dia tahu bahwa Anaknya seperti robot." "Kini aku tahu kenapa Raiden begitu kesepian."

"Apa?" tanya wanita itu tak percaya dengan hal yang Xeena lontarkan.

Xeena menggeleng. "Aku akan mengataka-"

Perkataan Xeena terhenti saat handphonenya berdering. Nama Raiden tercetak jelas disana. Xeena tersenyum tipis dan menatap wajah wanita di depannya. "Jadi, haruskah aku katakan bahwa Calon Ibu Mertuaku ada disini? Bukankah Tante merindukan Raiden?" Xeena menunjukkan layar handphonenya hingga membuat wanita itu pucat.

Xeena tersenyum puas saat wanita di depannya berdiri dan mendengus kesal. "Urusan kita belum selesai, Cinderella!" ujar wanita tersebut sebelum keluar dari apartemen Xenna.

Xeena kembali lemas dan mengelus dadanya. "Ya ampun, masalah apa lagi ini? Kenapa hidupku menjadi seperti ini. Ahk, keluarganya sangat menyebalkan!"

Satu hari berlalu sejak kejadian itu dan Xeena masih tetap sama. Mencoba menghindari Raiden dengan semua kesibukan yang melelahkan. Seperti malam ini, Xeena menemani Violette dengan segudang kesibukan pada pesta pertunangan. Hal yang membuat Xeena risih adalah menemani Violette dengan menggunakan gaun pendek yang menurutnya sangat mengganggu.

Gaun biru yang membalut tubuhnya dengan sangat cantik membuat Xeena sedikit tak nyaman. Rambut coklat kehitamannya disanggul tinggi dengan kalung mewah pemberian Violette. Dalam rasa tak nyamannya, Xeena menatap kesal pada handphonenya yang berdering pelan. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Xeena mengangkat telepon tersebut dengan cepat.

"Ya, hello...,"

"Aku sudah menghubungimu berulang kali, kemana saja dirimu hingga telepon dariku tak kau angkat?"

"Ini,"

"Raiden,"

Xeena diam sesaat. "Agera," ujar Xeena pelan.

"Dengar, aku membutuhkanmu untuk menemaniku pada sebuah acara malam ini. Sebentar lagi kau akan dijemput,"

"Aku tak bisa."

"Pendapatmu tak penting untukku. Aku akan menunggumu."

Xeena mendesah pelan. "Terserah. Mau sampai kapan pun kau menunggu, aku tak akan datang. Aku juga punya acara sekarang. Selamat malam, Agera. Semoga malammu menyenangkan."

"Hei-"

Xeena menutup cepat telepon yang tengah berlangsung. Tersenyum puas karena berhasil membantah semua kemauan dan perintah Raiden. Dengan senyum simpul Xeena menonaktifkan handphonenya. Xeena tak ingin Raiden melacaknya melalui gps atau mengganggu dengan semua perintah yang membuat Xeena muak.

Nathan baru saja masuk kedalam sebuah ruangan setelah mengetuk pintu ruangan tersebut beberapa kali. Tersenyum menatap Xeena yang menurutnya sangat cantik malam ini. Mengulurkan tangan pada Xeena dan langsung digenggam erat oleh Xeena.

"Acara sudah akan dimulai?" tanya Xeena sambil mengikuti langkah Nathan.

Nathan mengangguk. "Vio ingin bertemu denganmu sebentar sebelum acara benar-benar mulai."

Nathan tersenyum pada seluruh tamu undangan dengan Xeena berada disampingnya. Terus melangkah menuju salah satu ruangan dengan menyapa tamu sesekali. Sedangkan Xeena begitu takjub dengan seluruh tamu undangan yang hadir. Mereka semua tampak mewah dan sesuai dengan acara pesta pertunangan malam ini. Kini Xeena mengerti kenapa Violette juga menyiapkan segala hal yang Xeena butuhkan untuk hadir di pesta pertunangannya.

Pakaian pesta simple yang melekat ditubuhnya lengkap dengan semua aksesoris dan higheels tinggi yang Xeena gunakan, semua adalah pemberian Violette. Bahkan Violette juga menyewa make over untuk menata penampilan dan rambut Xeena. Xeena cukup terharu dengan semua hal yang Violette siapkan untuknya. Di tengah kesibukan yang Violette jalani, Violette masih ingat dan memberikan hal terbaik untuk Xeena.

Xeena menatap tangan Nathan yang menggengam erat tangannya. Lalu beralih pada wajah Nathan yang tampak tampan malam ini. Pandangan Xeena yang melembut membuat Nathan menjadi heran.

"Apa kau sudah jatuh cinta padaku?" tanya Nathan usil.

Xeena terkikik geli. "Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada pria yang memiliki segudang gadis dalam hidupnya,"

"Hei, mereka yang datang padaku."

"Itu karena kau memainkan mata dan hatimu, Nathan."

"Ah, ya baiklah. Aku adalah pria dengan segudang cinta. Kau puas?"

Xeena hanya tertawa kecil menanggapi perkataan Nathan. Lalu menatap sebuah ruangan yang baru saja Nathan buka. Xeena terpaku saat Violette tersenyum melihatnya. Dengan langkah pasti Xeena memeluk sahabatnya.

"Na, aku sangat gugup dan takut," ucap Violette pelan.

Xeena mengelus punggung Violette. "Tak apa, semua akan berjalan lancar. Kau yakin ingin bertunangan dengannya?"

Violette berpikir sesaat dan mengangguk. "Ya, kurasa aku harus mengambil langkah dari pilihanku,"

Xeena mengacungkan jempolnya. "Good. Itu baru sahabatku. Aku percaya bahwa Alevardo akan menjagamu dengan baik."

"Acara sudah dimulai. Sudah cukup pelukan melo-nya. Kapan kau akan keluar Violette? Tunanganmu sudah menunggu." Nathan menarik Xeena agar pelukan Violette terlepas.

Violette menatap kesal kembarannya dan melangkah keluar. Diiringi oleh Nathan dan Xeena yang ikut melangkah untuk melihat acara pertunangan yang akan berlangsung. Semua tamu undangan berkumpul hingga acara inti dari pesta tersebut usai. Xeena yang masih disamping Nathan harus terima saat Nathan pergi menyapa beberapa pengusaha terkenal yang tak Xeena kenal.

Xeena melangkah untuk mencari sesuatu yang menyegarkan mulutnya. Dalam pesta ini, tak ada satu pun yang ia kenal kecuali keluarga Violette. Sebuah tepukan pelan di pundak Xeena cukup membuat Xeena terkejut.

"Xeena," sapa seorang pria yang berdiri di belakang tubuh Xeena lembut.

Xeena menoleh dengan gelas ditangannya. "Ya, saya,"

"Hahaha, ya ampun. Aku tak menyangka bahwa ini benar-benar dirimu,"

Xeena meletakkan gelasnya dan tersenyum saat mengenal pria yang menyapanya. "Rex, kau disini juga?"

Rex mengangguk. "Undangan yang tak bisa kutolak. Namun kini aku merasa beruntung dengan datang kepesta ini. Kau...," Rex menatap Xeena dari atas hingga bawah. "... sangat cantik," ucap Rex kemudian.

Xeena tersenyum tipis dengan pipi bersemu merah. "Terimakasih."

"Kau juga diundang?" tanya Rex lagi.

"Lebih tepatnya, yang tengah bertunangan malam ini adalah sahabatku."

"Wow, benarkah? Keluarga Chasiel atau keluarga Valley?"

"Chasiel."

"Ah, jadi pria yang bersamamu tadi, apakah itu juga sahabatmu atau kekasihmu?" tanya Rex penasaran.

"Apakah yang kau maksud adalah Nathan? Dia sahabatku. Kembaran Aradea Violette Chasiel,"

Rex tersenyum karena telah mengetahui bahwa pria yang Xeena sebutkan hanyalah sahabatnya.

"Na," sebuah sapaan membuat Xeena dan Rex menoleh.

"Vio," ucap Xeena pelan sambil menoleh mencari Alevardo, tunangan Violette.

Sedangkan Violette menatap Rex dengan rasa ingin tahu. Membuat Rex bingung dan menganggukan kepalanya untuk menyapa ringan.

"Selamat atas pertunanganmu," Rex angkat bicara karena Violette hanya diam menatapnya.

"Terimakasih," jawab Violette.

"Vio, mana Alevardo?" tanya Xeena karena tak menemukan Alevardo disekitar Violette.

"Apakah kau tunangan sahabatku Xeena?" Violette sama sekali tak menggubris pertanyaan Xeena dan tetap fokus pada Rex yang berdiri disamping Xeena.

Xeena menoleh menatap Violette.

"Tunangan?" ulang Rex sambil menaikkan satu alisnya lalu menatap Xeena.

Xeena menarik tangan sahabatnya agar tak berpikir bahwa Rex adalah tunangannya. "Vio, dia ini b-"

"Ya, aku adalah tunangan Xeena," jawab Rex cepat.

Xeena terhenti dan menoleh. Violette melepaskan tangannya dari tangan Xeena dan langsung mengulurkan tangannya pada Rex. "Aku Aradea Violette Chasiel. Sahabat terbaik Xeena, tunanganmu. Aku sudah menyangka bahwa kamu adalah tunangan sahabatku. Karena disini hanya ada kalian berdua,"

Rex menjabat tangan Violette. "Rex Benedict Acacio. Panggil saja Rex."

"Acacio? Kau dari keluarga Acacio?" tanya Violette memastikan.

Rex mengangguk. Violette tersenyum dan langsung berbalik menatap Xeena yang bingung. Berbisik pelan ditelinga Xeena meski Xeena tak mengerti maksud dari perkataan Violette. "Kau, benar-benar mendapatkan calon suami yang sangat unggul, Na. Kenapa tak kau katakan bahwa tunanganmu adalah  pemilik Acacio grup?"

"Vio dia-"

"Selamat atas pertunanganmu, Violette."

Ucapan Xeena kembali terpotong saat suara berat kembali menyapa. Xeena dan Violette menoleh pada asal suara. Detik berikutnya Xeena membeku dengan sosok yang tersenyum manis dan menjabat tangan Violette.

"Raiden, terimakasih telah datang." Violette menjabat tangan Raiden.

Raiden mengangguk dan menatap Xeena yang masih membeku menatapnya. Raiden memperhatikan penampilan Xeena dan tersenyum tipis. "Cantik," ucap Raiden dalam hati.

Violette menarik tangan Xeena dan memasangkan dengan Rex yang menatap Raiden datar. Membuat Xeena tersadar dan bingung atas perlakuan Violette. Rex menatap Xeena bingung dan kembali menatap Violette.

"Raiden, kenalkan dia adalah Xeena dan tunangannya. Dia sahabatku yang ingin kau jadikan sekr-"

"Tunangan?" tanya Raiden memotong pembicaraan Violette. Raiden menatap Xeena dan Rex bergantian. "... ah, aku baru tahu." ucap Raiden kemudian dengan raut dingin.

Gleg!  Xeena menelan salivanya dan menatap Raiden takut. Kesalahpahaman yang terjadi cukup membuat Xeena gugup untuk menjelaskan semuanya. "Vio, aku akan jelaskan."

"Senang bisa bertemu denganmu, Xeena. Dan aku cukup terkejut mengetahui tunanganmu," Raiden menatap Xeena dingin. Membuat Xeena kian membeku dan tak bisa menjawab perkataan Raiden.

Violette bingung dengan perkataan Raiden yang terlihat sudah mengenal Xeena sebelumnya. Terlebih raut wajah Raiden berubah dingin saat mengetahui tunangan sahabatnya. Sedangkan Rex masih mencoba mencerna semua kejadian yang berlangsung. Perubahan sikap Xeena dan Raiden cukup membuatnya mengerti. Pandangan Rex beralih pada cincin dijari manis Xeena. Lalu Rex menatap Raiden yang masih menatap Xeena dingin.

"Tunangan? Cincin berlian. Dan sikap mereka? Ah, aku tahu sekarang," Rex tersenyum simpul menatap kebekuan antara Raiden dan Xeena.

"Agera, aku bisa-"

"Baiklah, aku harus pergi karena ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku tunggu undangan pernikahan darimu, Violette." ucap Raiden memotong perkataan Xeena.

Violette tersenyum dan mengangguk. "Aku juga menantikan undangan pernikahanmu, Raiden."

Raiden tersenyum dingin dan menatap Xeena sesaat. "Tentu saja, karena pernikahanku akan dipercepat."

"Xeena, bisa temani aku untuk menyapa beberapa teman lamaku?"

Rex menarik tangan Xeena lembut meski Raiden tengah menatap Xeena. Xeena yang dari tadi gugup dan takut hanya menoleh bingung antara Raiden dan Rex. Membuat Violette heran dengan tatapan Xeena dan Raiden. Rex menarik tangan Xeena lembut tanpa menunggu persetujuan Xeena. Membuat pandangan Xeena dan Raiden terputus karena Xeena pergi bersama Rex. Raiden tersenyum sesaat pada Violette sebelum akhirnya melangkah pergi. Meninggalkan pesta dengan perasaan kesal.

Waktu berlalu dengan cepat. Xeena pergi meninggalkan pesta pertunangan Violette dengan perasaan kacau. Mengetahui Rex yang langsung menjawab bahwa dia adalah tunangannya di depan sahabatnya cukup membuat Xeena terkejut. Namun siapa sangka bahwa Raiden akan hadir disana dan melihat semuanya. Hal itu lebih dari membuat Xeena terkejut. Xeena bahkan takut pada perubahan wajah Raiden yang menatap dingin saat mendengar Rex adalah tunangannya.

Kau menggali lubang kuburmu sendiri, Xeena. Kini apa yang akan Agera lakukan setelah mengetahui kesalahpahaman ini? Xeena terus saja merutuki semuanya dalam diam. Mengabaikan Rex meski kini mereka tengah berada dalam satu mobil.

"Na, dimana rumahmu?" tanya Rex ketiga kalinya karena Xeena hanya diam melamun.

"Paragues apartemen," jawab Xeena lesu.

Hal itu semakin membuat Rex curiga. Sikap Xeena dan Raiden membuat Rex ingin tahu hubungan diantara mereka berdua. Apa aku telambat lagi? Diawal pertemuan kau bilang tak mengenal Raiden. Namun malam ini sikap kalian cukup aneh. Tidak, aku tak akan mundur jika ini tentang mu Xeena. Tak akan.

Xeena turun dari mobil Rex dengan senyum manis. Melambaikan tangan saat mobil Rex meninggalkan halaman Paragues apartemen. Xeena melangkah gontai memasuki lift. Diam dan berpikir untuk menjelaskan semuanya pada Raiden. Xeena membuka pintu apartemennya. Melangkah masuk dan menghidupkan lampu ruang utama lalu membuka higheelsnya tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Sudah pulang?"

Deg! Xeena kembali membeku. Menoleh pelan dan melihat sosok yang tak asing itu tengah duduk diruangan utama dan menatapnya tajam. Untuk beberapa saat Xeena kelu untuk mengucapkan beberapa kata meski hanya sebuah sapaan.

"Rex Benedict Acacio. Ah, jadi kau juga pergi menemuinya saat bertemu denganku di cafe beberapa hari lalu? Aozora Xeena Gilhive adalah tunangan dari Raiden Agera Calisto. Bukan Rex Benedict Acacio atau siapa pun itu!"

"A-agera,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status