Share

Mr. Diktator.

"Rex Benedict Acacio. Ah, jadi kau juga pergi menemuinya saat bertemu denganku di cafe beberapa hari lalu? Aozora Xeena Gilhive adalah tunangan dari Raiden Agera Calisto. Bukan Rex Benedict Acacio atau siapa pun itu!"

"A-agera,"

"Apakah kau sangat menyukai Rex?"

Xeena bangun dan mendekati Raiden. "A-agera ini tak seperti yang kau lihat. Aku bisa jelaskan,"

Raiden bangun dan menatap Xeena yang lebih rendah dari tubuhnya. "Benarkah? Apa yang akan kau jelaskan?"

"A-aku,"

Raiden terus melangkah hingga membuat Xeena mundur. Menghimpit tubuh Xeena yang terus mundur hingga tubuh Xeena membentur dinding. "Aku?" ulang Raiden mengikuti kata-kata Xeena.

Xeena semakin takut melihat raut dingin yang Raiden tunjukkan. Tubuh Raiden yang begitu dekat dengan tubuhnya membuat jantung Xeena berdetak kencang. "A-agera, aku hanya berteman dengan Rex. Aku, aku-"

Raiden menundukkan wajahnya dan menatap wajah Xeena dekat. "Jangan bermain-main denganku, Xeena! Aku membayarmu untuk perjanjian kontrak yang telah kau tandatangani! Ikuti semua aturannya atau aku akan menghancurkan keluargamu!"

Xeena menatap manik mata Raiden yang begitu dekat dengan wajahnya. Kata-kata dingin yang baru saja Raiden ucapkan cukup membuat Xeena takut. "A-aku tidak pernah bermain-main denganmu, Agera. Aku bisa jelaskan semuanya."

Raiden menyentuh bahu Xeena dan meremas pelan. Membuat Xeena berjengkit kaget dan semakin takut pada Raiden. "Aku tak peduli dan tak butuh penjelasanmu, Xeena! Kau terus saja berulah dan merugikanku!"

Xeena menahan napasnya saat remasan tangan Raiden terasa kuat di bahunya. "A-"

"Kemasi barangmu dan pindah ke mansionku sekarang!" Raiden melepaskan tangannya dan berbalik meninggalkan Xeena. Kembali duduk dalam diam seolah tak pernah terjadi sesuatu antara dirinya dan Xeena.

Xeena masih berdiri membeku. Menatap Raiden yang duduk diam dengan sorotan mata tajam. Perubahan sikap Raiden semakin membuat Xeena takut. "Tapi, Agera kita belum-"

"Aku tak menerima bantahan dan alasan apapun, Xeena. Kemasi barangmu sekarang karena mulai malam ini kau akan tinggal bersamaku!"

"Agera, tidak. Aku tak bisa tinggal bersamamu, aku haru-"

"Kenapa?" Raiden menatap Xeena tajam. "Apa karena kau tak ingin Rex salah paham? Atau karena kau takut Rex tak bisa bertemu denganmu?"

Xeena kembali membeku saat melihat tatapan tajam Raiden. "Bu-bukan Agera. Tapi aku tak ingin-"

"Kemasi barangmu!" potong Raiden tegas.

Xeena menggeleng. "Tidak Agera, aku tak akan tinggal bersamamu. Jika kau ingin aku pindah dari sini, aku bisa tinggal dirumah Violette. Ya, rumah Violette."

Raiden diam mendengarkan alasan Xeena. Sekelebat bayangan Nathan, kembaran Violette muncul diingatan Raiden. Tidak, itu sama saja bohong Xeena. Aku menjauhkanmu dari Rex lalu aku mendekatkanmu dengan Nathan. Tak ada persahabatan yang tulus tanpa rasa cinta diantara pria dan wanita. Jika aku menyetujui, itu berarti aku semakin sulit mengendalikan dirimu, Xeena.

"Tidak. Kau hanya akan tinggal bersamaku!" bantah Raiden dingin.

"Agera,"

"Tidak Xeena, tidak!"

"Tapi kita belum menikah, Agera."

Raiden kembali menatap dingin Xeena. "Jika itu alasanmu, kita menikah besok. Sekarang kemasi barangmu!"

Xeena terkejut mendengar jawaban Raiden. Tak ada jalan keluar dari amarah Raiden. Raiden tak terbantahkan dengan semua sikap dinginnya yang membuat Xeena terpaku. Xeena merutuki perkataannya yang menyebabkan semua menjadi kian rumit. Bahkan Xeena tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya selanjutnya.

"Lupakan. Aku akan menyuruh orangku untuk mengemas barang-barangmu. Kita pergi sekarang," Raiden bangun dan langsung menarik tangan Xeena.

Xeena berjalan dengan paksa karena tangannya terus ditarik Raiden. Berkali-kali Xeena memohon, namun Raiden tetap diam dan menarik tangannya.

"Agera, kumohon. Tidak, aku tak bisa tinggal bersamamu. Agera...,"

Xeena terus memberontak hingga genggaman tangan Raiden lepas dari tangannya. Kesempatan ini Xeena gunakan untuk berlari secepat mungkin dan menjauh dari Raiden. Namun baru beberapa langkah, tangan kekar Raiden kembali berhasil meraih tangan Xeena. Detik berikutnya Raiden dengan cepat mengangkat tubuh Xeena. Membuat Xeena menjerit pelan dan memberontak pelan.

"Diam, orang-orang mendengar kita," ucap Raiden dingin.

Xeena tetap memberontak tanpa bersuara. Namun Raiden dengan acuh tetap mengangkat tubuh Xeena dan menekan tubuh Xeena untuk tetap berada dekat dengan tubuhnya. Raiden melangkah cepat memasuki lift lalu menuju mobilnya. Memasukkan tubuh Xeena didalam mobil dan langsung menatap tajam Xeena.

"Jangan mencoba melarikan diri dariku atau pun pergi dari pandanganku, Xeena. Bersikap manislah saat aku masih sabar menghadapimu,"

Xeena diam saat tatapan Raiden terasa seperti ancaman. Hingga Raiden duduk disampingnya dan mengaitkan sabuk pengaman untuknya. Mobil berjalan pelan meninggalkan halaman Paragues apartemen. Kebisuan masih mendominasi hingga mobil Raiden berhenti disebuah mansion mewah yang pernah Xeena datangi sebelumnya.

Raiden turun dan membukakan pintu mobil untuk Xeena. Mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Xeena. Namun Xeena hanya diam dan menatap tangan Raiden. Hingga akhirnya Raiden meraih tangan Xeena dan mengajak Xeena memasuki mansionnya. Langkah Xeena terasa berat saat Raiden menarik Xeena ke lantai atas. Kesebuah ruangan besar yang baru Xeena tahu adalah kamar Raiden.

"A-agera," Xeena memanggil Raiden pelan. Berharap Raiden berhenti melangkah dan menatapnya.

"Masuklah," ucap Raiden sambil berbalik menatap Xeena.

Xeena diam dan masih berdiri di pintu kamar. Melihat Raiden yang begitu santai memasuki kamar dan membuka jas kerjanya. Xeena menutup mata dengan tangannya, membalikkan badan dan memegang dadanya perlahan. Bayangan tubuh seksi Raiden kembali terlintas di benak Xeena. Membuat kedua pipi Xeena memerah dengan degup jantung yang kembali berdetak diatas rata-rata.

Raiden yang tak melihat Xeena masuk menoleh, menaikkan satu alisnya melihat Xeena yang membalikkan badan. Raiden menarik salah satu kaos tanpa memakainya dan berjalan mendekati Xeena. Mengetuk bahu Xeena lembut dan berkata pelan.

"Kenapa?"

"A-aku," Xeena berbalik cepat hingga tubuhnya membentur tubuh Raiden pelan. Pandangan Xeena langsung bertemu dengan mata Raiden.

"A-aku," ucap Xeena lagi sambil menundukan kepalanya. Namun rona merah itu kembali hadir saat mata Xeena kembali melihat tubuh seksi Raiden yang belum mengenakan pakaian.

Raiden yang melihat itu semua tersenyum tipis dan langsung menarik tangan Xeena memasuki kamar. Menutup pintu kamar dan menatap tubuh Xeena yang masih mengenakan pakaian pesta dari Violette.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Raiden lembut di telinga Xeena.

"Tidur," jawab Xeena cepat tanpa memikirkan jawabannya. "Ya ... tidur. Ti-tidur," ulang Xeena semakin grogi saat melihat tatapan Raiden yang mencoba mengerti.

"Baiklah, tidurlah di kamarku. Aku bisa tidur di kamar lain," ucap Raiden sambil melangkah meninggalkan Xeena.

Xeena memandang punggung Raiden yang telah menghilang dibalik pintu. Entah kenapa ada rasa kecewa dihati Xeena melihat Raiden yang kembali bersikap dingin padanya.

"Hah, dia begitu sulit dipahami." Xeena merebahkan tubuhnya ditempat tidur yang tak jauh darinya.

"Empuk, dan ... harum. Agera, ini wangi tubuh Agera,"

Xeena tersenyum sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Mulai terlelap dengan perasaan senang dan nyaman. Tak lama kemudian Raiden masuk dan menutup pintu kamar. Melihat Xeena yang telah terlelap dengan tenang. Perlahan Raiden membuka selimut yang menutupi tubuh Xeena dan menggeleng pelan.

"Dia tak menukar pakaiannya? Pelayannn...!" teriak Raiden sedikit keras untuk memanggil para maid yang bekerja dirumahnya.

Ketukan pintu terdengar dan beberapa wanita paruh baya masuk. Menunduk diam karena takut dengan Raiden.

"Tukarkan baju calon istriku. Dan ingat, aku tak ingin dia terbangun karena pekerjaan kalian. Aku ingin dia tidur senyaman mungkin,"

"Mengerti, Tuan Muda."

***

Pagi ini Raiden telah siap dengan pakaian kerjanya. Melihat jam di pergelangan tangannya sambil membaca koran yang telah tergeletak di meja makan. Raiden mendesah saat Xeena tak kunjung turun dari kamar. Dengan langkah malas Raiden naik kelantai atas dan langsung menuju kamarnya. Mengetuk pintu beberapa kali dan menunggu Xeena membukakan pintu.

Hening. Xeena tak juga membuka pintu hingga akhirnya Raiden membuka pintu kamarnya pelan. Masuk dan berdiri menatap tubuh Xeena yang masih tergulung selimut dengan nyaman. Raiden menarik kursi di kamarnya dan menatap datar tubuh Xeena.

"Baiklah, aku akan menungumu sepuluh menit,"

Raiden keluar dari kamar dengan remote control ditangannya. Mendorong sebuah dinding hingga dinding itu berputar dan terbukalah sebuah ruangan. Ruangan perlengkapan untuk Xeena dan dirinya. Raiden berjalan dan menyusuri deretan baju yang telah ia siapkan untuk Xeena. Memilih salah satu setelan kerja lengkap dengan semua hal yang Xeena butuhkan untuk bekerja.

Raiden memerintahkan salah satu pelayannya untuk membawa semua yang Xeena butuhkan kedalam kamar. Tak lama Raiden ikut menyusul dan kembali menatap datar dengan pemandangan kamar yang masih sama. Raiden duduk dengan kesal hingga membuat pelayan yang membawa semua perlengkapan Xeena menjadi serba salah.

"Sudah lima belas menit," ucap Raiden pelan.

Pelayan tersebut maju dan menunduk.  "Akan saya bangunkan, Tuan."

Raiden diam dan hanya menyilangkan kedua tangannya di dada. Melihat pelayannya membangunkan Xeena meski beberapa kali mendapat penolakan dari Xeena. Hingga Xeena kaget dan langsung duduk saat pelayan tersebut menyebut nama Raiden yang telah lama menunggunya.

Xeena duduk dan menatap Raiden yang juga tengah menatap datar dirinya. Dengan pelan dan senyum yang dibuat semanis mungkin, Xeena berdiri dengan rambut yang masih berantakan. Menyapa Raiden pelan meski Xeena belum membersihkan wajahnya. Membuat pelayan yang membangunkan Xeena tersenyum geli dan meninggalkan kamar.

"Se-selamat pagi, Agera."

Raiden berdecak kesal. "Dua puluh lima menit aku menunggumu. Kau terlihat sangat menikmati tidurmu meski semalam aku memaksamu untuk tinggal di mansionku. Baiklah, bersihkan dirimu dan pakai ini," Raiden menunjuk semua perlengkapan Xeena yang berada diatas meja.

Xeena berjalan mendekat dan memeriksa semua perlengkapan yang berada diatas meja. "Agera, ini pakaian kerja."

"Ya, lalu kenapa? Pakai dan aku tunggu dibawah."

"Ta-tapi aku tak bekerja, A-ge-ra," Xeena terbata saat melihat tatapan Raiden telah berubah.

"Mulai hari ini kau akan bekerja menjadi sekretarisku."

"Aku? Sekretarismu?" tanya Xeena tak percaya.

Raiden mengangguk. "Bergegaslah, kita akan telat jika kau hanya diam mematung,"

Xeena menggeleng. "Tidak, aku tak bisa menjadi sekretarismu," Xeena membayangkan wajah Raiden yang selalu membuatnya kesal dengan semua perintah mutlak yang tak bisa Xeena tolak.

Raiden menaikkan satu alisnya. "Aku tak menanyakan pendapat atau jawabanmu, Xeena. Aku ingin kau menjadi sekretarisku!"

Xeena masih tetap menggeleng. "Tidak, Agera. Aku tetap akan menolak. Kau bisa mencari sekretaris la-"

"Aku ingin dirimu, Xeena! Hanya satu bulan saja,"

"Ta-"

"Dua puluh lima juta dolar," potong Raiden dengan menyebutkan angka nominal yang tak sedikit untuk Xeena.

Xeena terbelalak. "Du-dua puluh lima juta dolar satu bulan?"

Raiden menatap datar. "Masih kurang?"

Xeena menggeleng dan tersenyum. "Tentu saja tidak. Baiklah aku akan turun dengan cepat." Xeena mendorong tubuh Raiden agar keluar kamar.

"Tunggu saja dibawah, karena aku akan siap dalam waktu singkat," tambah Xeena saat menutup pintu kamar dengan senyum manis saat Raiden menatapnya heran.

Lima belas menit kemudian Xeena turun dengan tergesa-gesa, menarik tangan Raiden keluar mansion menuju mobil Raiden yang terparkir. Xeena diam dan melihat deretan mobil yang ada di depan matanya. Semua berjejer rapi dengan mewah.

"Ini...,"

"Kita pakai mobil ini," Raiden menarik tangan Xeena menuju salah satu mobilnya.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Menuju sebuah perusahaan terbesar yang ada di London. Xeena hanya diam saat melihat tulisan "Calisto Group" yang terpampang besar dengan rapi. Raiden turun dengan cepat tanpa menunggu Xeena. Membuat Xeena sedikit belari untuk menyamakan langkahnya dengan Raiden.

Tatapan takut dan heran terlihat jelas di wajah para karyawan Calisto. Takut karena kedatangan Raiden yang tiba-tiba dan heran karena Raiden datang bersama seorang wanita. Xeena yang memperhatikan itu kini juga menatap heran. Hingga saat Xeena berdiri di samping Raiden yang tiba-tiba berhenti karena tatapan para karyawan.

"Apa yang kalian lihat? Ini bukan waktu untuk bersantai! Aku membayar kalian untuk bekerja!"

Hening! Semua karyawan kembali duduk dan bekerja. Xeena kembali mengikuti langkah Raiden yang memasuki sebuah lift. Menuju lantai 40 dengan keheningan yang mendominasi. Lift terbuka dan dengan cepat Raiden melangkah. Memasuki sebuah ruangan besar dan langsung duduk untuk bekerja.

Xeena kembali bingung karena baru pertama kali bekerja di Calisto. Duduk dimeja kerjanya yang tak jauh dari meja Raiden.

"A-agera," panggil Xeena pelan.

"Hmm," jawab Raiden tanpa menoleh.

"Mmm, aku bingung apa yang harus aku lakukan? Ini pertama kali aku be-"

"Cukup temani aku disini."

"..."

Xeena bengong dengan jawaban Raiden. Sungguh diluar perkiraan Xeena. Xeena sempat berpikir Raiden akan memberinya setumpuk file yang cukup membuat sakit kepala. Namun nyatanya sekarang, Xeena hanya duduk diam dan melihat Raiden bekerja. Lebih tepatnya, Xeena hanya menemani Raiden bekerja.

Telepon dimeja Xeena berdering membuat Xeena berjengkit kaget karena takut menganggu konsentrasi Raiden. Xeena mengangkat telepon tersebut dan memandang Raiden dengan semua yang telah ia dengar dari suara diujung sana. Xeena menutup telepon tersebut dan langsung berjalan mendekati Raiden.

"Age ... ah, maksudku Pak Agera. Ada klien datang dan tengah menunggu kita terkait kerjasama perusahaan yang akan kita laksanakan."

Raiden diam dan mendengarkan perkataan Xeena. "Kerjasama?"

Xeena mengangguk. "Sekretaris perusahaan yang lama baru saja memberitahukan semuanya. Dan semua file sudah ada dimeja Bapak,"

"Mereka tak pernah melaporkan itu padaku," Raiden mengambil tumpukan map yang tergeletak di mejanya.

Xeena diam karena tak tahu harus menjawab apa.

"Kita pergi sekarang," ucap Raiden sambil menyerahkan dokumen yang terkait pada Xeena.

Xeena menerima dokumen dari tangan Raiden dan mengikuti langkah Raiden sambil membaca dokumen ditangannya. Xeena berpikir harus tahu isi dokumen tersebut untuk mempermudah pekerjaannya. Hingga tak terasa mereka telah berada diruangan rapat. Xeena berdiri tak jauh dari Raiden dan menyiapkan beberapa keperluan rapat.

Hingga sebuah ketukan pintu membuat Xeena dan Raiden menoleh.

Seorang pria masuk diikuti oleh satu wanita asing dan satu karyawan Calisto.

"Rex," panggil Xeena pelan.

Pria itu menoleh dan menunjuk Xeena. "Xeena...,"

Xeena dan Rex sama-sama melangkah mendekat. Rex merentangkan tangannya untuk memeluk Xeena sebagai salam pertemuan. Namun baru beberapa langkah mereka mendekat, Raiden dengan cepat pula berdiri diantara mereka. Membuat Rex menurunkan tangannya dan menatap horor. Membuat Xeena berhenti melangkah dan menatap heran dengan sikap Raiden.

"Ini kantorku, bukan tempat melepas kerinduan," ucap Raiden dingin.

"Age-"

"Nona Xeena, aku tahu kau begitu bahagia bertemu tunanganmu. Tapi hari ini kau sedang bekerja untukku. Kau sekretarisku dan berada di kantorku," Raiden menekankan kata tunangan dengan jelas.

Xeena menatap kesal dan kembali pada posisi semula. Sedangkan Rex masih berdiri dan menatap tak suka pada Raiden.

"Silahkan duduk, Mr. Rex," ucap Raiden sambil menunjuk sebuah kursi.

Rex duduk dengan mata yang masih menatap Xeena. Tersenyum lembut dan dibalas dengan senyum manis oleh Xeena. Raiden memperhatikan tatapan Rex dan Xeena bergantian. Mendesah kasar dengan meletakkan map yang sudah Xeena siapkan dengan kasar di depan Rex.

"Mohon baca surat kerjasama kita," ucap Raiden kesal.

Rex mengambil map didepannya. Membaca perlahan dan diam berpikir berulang-ulang. "Mr. Raiden, bukankah ini keterlaluan?"

Raiden tersenyum sinis pada Rex. "Kenapa? Ada masalah?"

Rex membaca ulang map ditangannya. "Bukankah ini terlalu menguntungkan perusahaanmu? Keuntunganmu melebihi dari 20% Mr. Raiden,"

Raiden tertawa kecil. "Benar. Perusahaanku tak akan bekerjasama dengan perusahaan yang tak bisa memberikan keuntungan besar."

Xeena yang belum mengerti hanya menatap takut dengan suasana dingin yang tercipta. Raiden dan Rex saling menatap tajam seakan-akan siap saling membunuh satu sama lain.

"Turunkan keuntungan yang kau minta, kami akan memberimu 15% ditambah perkembangan anak sahammu yang lain." Rex mencoba melunakkan kesombongan Raiden.

Raiden menggeleng. "Maaf Mr. Rex. Sahamku telah tinggi di pasaran dan aku tak berminat menambah cabang atau pun menamamkan saham di perusahaan keluarga Acacio."

Rex diam dan berdiri. Mendorong map didepannya hingga bergeser kedepan Raiden. "Kami membatalkan kerjasama dengan perusahaan Calisto,"  Rex keluar diikuti wanita asing yang datang besamanya.

Raiden tersenyum puas akan semua. "Bagus sekali. Aku juga tak berniat bekerjasama dengan perusahaanmu. Atau aku akan sakit kepala melihatmu menggoda calon istriku. Itu benar-benar membuatku pusing jika sampai terjadi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status