The Unholy Claim

The Unholy Claim

last updateLast Updated : 2025-10-14
By:  Chika B.KOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
4Chapters
13views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di kedalaman Galaksi Vesper yang gelap, di bawah tarikan gravitasi Planet Aeterna yang kejam, hiduplah Bangsa Eternian—makhluk humanoid yang keabadiannya adalah kutukan. Luke—Eternian terkuat, memiliki kekuatan terbesar dan hati yang paling hancur. Ditempa oleh 1.000 abad penantian, ia terikat pada sumpah kuno yang disebut “The Shadow Bond”. Ikatan ini memaksa Luke merasakan kesunyian abadi sejak kematian kekasih sejatinya. Bagi seorang Eternian, cinta sejati hanyalah satu, dan konsekuensi kehilangannya adalah obsesif, gelap, dan tak terhindarkan. Kini, The Shadow Bond telah bergetar. Luke tahu ia tidak lagi sendirian. Kekasihnya telah bereinkarnasi di sebuah dunia asing yang fana: Bumi. Namun, wanita itu terlahir sebagai manusia biasa, tanpa memori masa lalu, tanpa kekuatan untuk bertahan hidup di bawah rengkuhan gelap Luke. Luke telah menempuh ruang dan waktu, melintasi dimensi demi merebut kembali miliknya. Namun, apakah cinta yang begitu kuat hingga mampu melangkahi 1.000 abad akan membawa kebahagiaan, atau justru menghancurkan kekasihnya—untuk kedua kalinya—dengan konsekuensi yang jauh lebih mengerikan dari kematian?

View More

Chapter 1

01—Aeterna

Di antara beribu bintang nan jauh tak kasat mata, terdapat sebuah galaksi bernama Vesper dan hanya memiliki satu planet di dalamnya, yaitu Planet Aeterna.

Aeterna adalah planet yang didominasi oleh dataran luas yang penuh dengan batu Obsidian, serta pegunungan tajam yang menjulang tinggi. Awan di planet Aeterna berbentuk seperti pusaran air, dan langitnya kerap berwarna ungu kemerahan saat siang hari. Ketika malam tiba, gelap gulita menyelimuti planet tersebut. Namun,

sumber daya alam utama dari Aeterna, yaitu Kristal Aether—berfungsi melawan gelap tersebut.

Bangsa Eternian adalah penduduk di Aeterna. Mereka adalah makhluk dengan kemampuan fisik luar biasa, rata-rata tubuh mereka kekar dan tinggi, dibalut dengan kulit sawo matang yang eksotis dan mata yang berwarna terang menyala.

Selain itu, mereka dianugerahi dengan kemampuan memanipulasi waktu. Sebenarnya, mereka tidak bisa memutarbalikkan waktu, tetapi mereka bisa memperlambat waktu di sekitar tubuh mereka. Yang lebih hebatnya lagi, dengan menggunakan energi dari Kristal Aether mereka bisa berpindah ke dimensi manapun yang mereka kehendaki.

Namun, bagi mereka, hanya ada satu kutukan—keabadian. Rata-rata bangsa Eternian akan meninggal setelah berumur lebih dari 10.000 abad. Hal ini dikarenakan metabolisme tubuh dan jantung mereka yang lambat, serta sel-sel mereka bereplikasi dengan tingkat error yang sangat rendah.

Karena lamanya masa hidup mereka, akhirnya bangsa Eternian memiliki kebiasaan berkelana dalam hidup mereka, berharap dengan berkelana bisa menghilangkan rasa bosan mereka karena telah lama hidup di dunia.

Saat ini, di atas bebatuan obsidian yang terletak pada salah satu gunung yang curam, terduduk seorang lelaki yang nampaknya sedang beristirahat dari perjalanan panjangnya.

Ia menghela napas dengan kasar.

Mata birunya yang dapat menerangi gelapnya malam saat ini sedang menatap mesra langit merah keunguan di depannya.

Lelaki tersebut mengambil botol air minum miliknya, membuka dan kemudian meminumnya teguk demi teguk. Kemudian ia termenung dan membekukan tatapannya kembali pada langit.

“Belle..”

Satu kata terucap dari bibir lelaki itu.

Terlihat seperti sedang frustasi, ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seakan berusaha untuk menjernihkan pikirannya kembali.

“Mungkin sudah saatnya untuk pulang,” gumam lelaki tersebut kepada dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian, ia berdiri dari duduknya. Ia mengambil barang-barangnya dan pergi menuruni gunung yang curam tersebut. Mungkin ia merasa perjalanannya sudah cukup sampai di situ saja.

—————

Langit merah keunguan yang indah itu kemudian berganti menjadi gelap gulita. Artinya malam sudah tiba. Hanya ada cahaya dari Kristal Aether yang menerangi sepinya malam itu.

Lelaki yang terduduk di atas bebatuan obsidian di gunung yang curam tadi sekarang berada di ambang pintu sebuah rumah. Ia membuka pintu dan memasuki rumah itu.

Ia disambut dengan pemandangan seorang wanita dengan baju terusan panjang, dan rambut kepang satu yang hampir mengentuh pinggang. Wanita itu sedang menata meja makan. Terdapat beberapa mangkok yang sepertinya berisi makanan di atas meja itu.

“Ibu.”

Ia memanggil wanita itu dengan sebutan “ibu”.

Wanita itu sontak terkejut. Piring yang ia pegang hampir saja terpeleset dari kedua tangannya. Awalnya ia berusaha untuk mengidentifikasi siapa yang memanggilnya, namun tidak perlu waktu lama untuk matanya terbelalak karena mengenali sosok yang kini berdiri di depan pintu rumahnya itu.

Tanpa pikir panjang, wanita itu berlari memeluk erat lelaki tersebut.

“LUKE!” Ujar wanita itu dengan penuh kegirangan sembari mendekap lelaki bernama Luke itu. “Sudah lama sekali, bagaimana perjalananmu, nak?” Tanya wanita itu yang ternyata adalah ibu Luke.

ia menangkup hangat wajah Luke dengan kedua tangannya. Perlahan, air menetes dari mata sang ibu. Ia sangat bahagia sampai menangis.

Kedua tangan luke menyambut hangat jari jemari ibunya yang menangkup wajahnya. Matanya menatap ibunya dengan tatapan penuh rindu.

“Itu adalah perjalanan paling membosankan yang ada dalam hidupku,” jawab Luke sambil terkekeh pelan, menggoda ibunya.

Ibu Luke memukul pelan lengan anaknya, kemudian ikut tertawa mendengar jawaban itu.

“Betul, sangat membosankan hingga kau tidak mengabari ibumu selama 10 TAHUN,” ujar sang ibu kembali menggoda Luke.

Luke adalah salah seorang bangsa Eternian yang sedang mengisi kekosongan waktunya dengan berkelana. Ia sudah berjalan selama 10 tahun, mengelilingi berbagai gunung hingga padang pasir obsidian.

Perawakan Luke sangat tampan. Rambutnya hitam legam dan panjang terurai, matanya yang berwarna biru terang menghiasi wajahnya dan memikat siapapun yang memandangnya. Ia tinggi, kekar, memiliki dada bidang dengan kulit sawo matang kecoklatan. Ciri-ciri otentik dari seorang bangsa Eternian.

Kemudian Luke mengambil kedua tangan ibunya dan memegangnya dengan erat.

“Astaga, apakah ibu sangat merindukanku?” Luke membalas menggoda ibunya.

“Ibu mana yang tidak merindukan anaknya? 10 tahun itu bukan waktu yang singkat.” Jawab sang ibu dengan mulut manyun, menunjukkan gestur merajuk.

“Maaf ya, ibuku tercinta.” Luke mengangkat kedua tangan ibunya dan mencium punggung tangan wanita itu dengan manis, matanya menatap hangat wanita itu.

“Tapi yang paling penting, bagaimana keadaanmu? Kau sudah merasa jauh lebih baik?” Tanya sang ibu dengan tatapan khawatir.

Luke jelas mengerti apa maksud ibunya. Spontan arah matanya langsung berpaling dari sang ibu. Tidak butuh waktu lama agar sang ibu mengetahui bahwa pertanyaannya terjawab.

“Luke…maukah kau menemui Paman Kairos?” Tanya sang ibu untuk kedua kalinya.

“Untuk apa, bu? Semuanya sudah jelas. Belle sudah tiada, dan memangnya apa yang bisa aku lakukan?” Jawab Luke dengan pasrah.

“Kau tahu ‘kan, kalau Paman Kairos adalah guru terkemuka di sini? Bicaralah dengannya, ibu yakin dia punya solusi untukmu,” sang ibu berusaha meyakinkan Luke.

Luke terdiam. Ia seperti memikirkan ulang saran dari ibunya. Tangan Luke menggenggam erat jari jemari ibunya, tapi kali ini terasa berbeda, seperti ia berusaha meminta pertolongan. Matanya kembali bertemu dengan ibunya.

“Ibu masak apa?” Tanya Luke dengan senyum nanar di wajahnya.

Mendengar Luke mengalihkan topik, ibunya hanya bisa menghela napas. Tangan sang ibu kembali mengelus pipi Luke dengan penuh kasih.

“Kemarilah, ayo makan bersama. Ibu sudah buatkan makanan favoritmu,” Luke mengangguk merespons ajakan ibunya.

Mereka duduk di meja makan, Luke menyantap masakan ibunya yang sudah lama ia rindukan. Di gurun hingga pegunungan ia tidak bisa menemukan makanan seenak masakan ibunya. Melihat anaknya makan dengan sangat lahap, ibunya hanya bisa tersenyum dengan penuh haru.

Malam itu, mereka bercengkerama dengan hangat. Setelah merasa lelah, Luke tertidur lelap di kedua paha ibunya. Melihat putranya tertidur dengan khusyuk, sang ibu hanya bisa tersenyum. Ia bersyukur ia masih bisa bertemu dengan anaknya dalam keadaan utuh.

Jari jemari sang ibu membelai lembut rambut Luke, helai demi helai. Ia selalu tahu, bahwa anaknya akan selalu aman dan baik-baik saja walau sejauh manapun ia pergi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
4 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status