Real love stories are not as beautiful as fairy tales. But that doesn't mean it will go wrong. It all depends on how people choose to live with it. Like Anna, an ordinary woman living an everyday life amidst the glittering life of Los Angeles was forced to bury her fairy tale wedding dream as the marriage order came. Moreover, she married the most desirable, handsome, young CEO, the successor to the Byrne business empire, David Byrne. A small mistake that totally changed their life. Could they live with that? Especially when one problem after another shook their loveless marriage.
View More“Berhenti menghina ibuku!” bentak Austin pada keluarganya.
Tangannya mengeluarkan api bersamaan dengan perkataaannya. Pesta keluarga menjadi kacau, semua orang berhamburan karena api yang dikeluarkan Austin. Austin memiliki kekuatan luar biasa di dalam tubuhnya. Tidak banyak yang tahu, hanya Orangtua dan juga kakek yang selalu menyayanginya.Dalam sekejap mata, pemandangan di hadapannya berubah menjadi neraka yang dipenuhi api. Austin panik bukan main saat tidak bisa mengontrol kekuatannya. Ia mengeluarkan kekuatan lainya, kekuatan itu adalah angin. Austin berniat memadamkan api dengan hembusan angin yang bisa ia keluarkan. Tapi sangat disayangkan, kekuatan itu tidak bisa dikontrol lagi olehnya dan menyebabkan api semakin besar.Para kerabat sangat terkejut dengan kekuatan yang dimiliki Austin, selama ini kekuatan itu disembunyikan dari khalayak umum karena Austin tidak bisa mengontrolnya. Ibunya pun selalu mendapat hinaan dari keluarga besar lantaran ia hanyalah seorang wanita yang berasal dari kampung, dan melahirkan anak seperti Austin. Austin terkenal sebagai pemuda yang aneh di kalangan keluarganya karena Austin tidak pernah berbaur dengan meraka.Bagi mereka kasta sangat penting, sehingga mereka terus menghina Ibu Austin disetiap ada kesempatan. Perlakuan mereka membuat Austin tidak tahan melihat ibunya dihina. Austin pemuda berusia dua puluh tujuh tahun, hidupnya selalu terkurung karena kekuatannya. Dia menghadiri acara keluarga karena permohonanya pada sang kakek, siapa sangka permohonan itu menjadi bencana besar bagi keluarga Jacob.“Tenang sayang… kamu harus tenang….” Ibunya berusaha menenangkannya, tetapi api itu malah mengenai ibunya.“Tidak!... apa yang aku lakukan?... Mom… Momy….” teriaknya frustasi.Karena emosi itulah kekuatannya lebih tidak terkontrol, api melahap semua yang dilewatinya, tidak terkecuali orangtuanya. Malam ini menjadi malam mengerikan bagi keluarga Jacob.Austin melihat tubuh orangtuanya terbakar, ibunya berteriak histeris kerena tidak tahan dengan panas api yang membakar tubuhnya. Begitu juga dengan yang lainnya, mereka berteriak. Malam yang seharusnya menjadi hari membahagiakan bagi pasangan tua Jacob menjadi malam yang memilukan. Pekikan suara orang-orang yang terbakar membuat Austin berteriak seperti orang gila lalu pingsan.***“Anak pembawa sial! Pergi kamu dari keluarga Jacob!!” usir pamannya yang selamat. Dari ratusan orang yang hadir di pesta semalam, hanya empat orang saja yang selamat. Austin, sang Kakek, paman Robert dan juga sepupunya yang bernama Wilson.Austin pingsan selama dua hari, tapi saat dia belum sepenuhnya sadar sudah mendapat makian dari sang paman. Kakek yang sangat menyayanginya hanya terdiam sambil memandangi foto istrinya dengan pandangan sendu.“Mommy!....” Austin berteriak memanggil ibunya begitu ia sadarkan diri.“Mommy kamu sudah mati! Kamu yang membunuhnya! Kamu juga yang membunuh seluruh keluarga kita!” balas paman Robert dengan membentak.“Tidak!... tidak!... kalianlah yang membunuh ibuku! Kalian yang membunuhnya!” teriak Austin histeris.“Dasar anak gila! Anak seperti ini yang Ayah kasihi?! Tahu dia memiliki kekuatan seperti itu sudah aku usir dari dulu!”Austin melihat kedua tangannya, kesedihan melingkupi hatinya. Kini orang-orang yang sangat menyayanginya telah pergi karena kekuatannya. Hanya tersisa sang Kakek, tetapi Kakeknya sudah seperti mayat hidup yang selalu memandangi foto mendiang istrinya.“Kek, Kakek….” Austin terus memanggil Kakeknya, tetapi sang Kakek tidak bergeming, masih terpaku dalam duka.“Berisik kamu! Bawa dia keluar, buang saja dia ke manapun!” paman Robert memerintahkan anak buahnya untuk membuang Austin dari keluarga Jacob. Mereka tidak menerima monster seperti Austin.“Jangan lupa tutupi kasus kebakaran itu, bilang saja pada media kalau itu hanyalah ketidak sengajaan. Jangan sampai keluarga Jacob dikucilkan karena monster ini!” sambung pamannya lagi sambil menunjuk wajah Austin dengan jarinya.“Aku mohon paman, jangan buang aku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kalian. Aku juga tidak tahu dunia luar seperti apa,” mohon Austin.Selama ini dia terkurung di dalam kastil mewah, orangtuanya memutuskan untuk mengurungnya karena takut Austin mencelakai orang lain di luaran sana. Dua puluh tujuh tahun dihabiskannya dalam keheningan, hanya ada sang kakek dan orangtuanya yang selalu menghiburnya.“Tidak! Kamu monster pembawa sial! Pergi kau dari keluarga Jacob! Dan jangan pernah kembali lagi!”Austin memohon pada pamannya, bahkan dia sudah bersimpuh di bawah kaki sang paman. Bukannya merasa iba dengan sang ponakan, pamannya menendang Austin sampai dia terpental ke belakang. Austin takut pada dunia luar, dia takut menjadi penyebab kekacauan karena kekuatannya.Memohon pada sang paman tidak membuahkan hasil, lalu Austin memohon pada sang Kakek. Tapi sang Kakek benar-benar tidak bergeming layaknya patung. Kejadian di pesta pernikahannya menjadi pukulan terberat baginya. Jangankan untuk mengenali cucu kesayangannya, mengenal dirinya pun tidak."Bawa dia cepat! Lempar saja dia ke jurang biar mati sekalian, aku tidak perduli," ucap sang Paman sarkas."Ya, aku pantas mati, aku pantas mati, sudah tidak ada lagi orang yang menyayangiku, aku pantas mati," ucap Austin sambil menangis. Dia sudah putus asa dengan hidupnya, baginya hidup tanpa orang yang menyayanginya sangat mustahil. Selama ini, Austin selalu bergantung dengan mereka yang menyayanginya.Austin diseret paksa oleh pengawal Robert, di luar sedang turun salju, tapi sang paman tidak memberikan mantel. Austin pasrah diseret oleh mereka. Tubuhnya dilepar kedalam mobil oleh pengawal Robert."Mom... aku ingin menyusulmu Mom...." Austin menangis di dalam mobil. Tangisnya terasa pilu sampai membuat pengawal merasa kasihan."Haruskah kita melemparnya ke jurang? Aku merasa kasihan dengan pemuda ini. Meskipun dia salah, tapi dia juga tidak mau semua ini terjadi," ucap salah satu pengawal yang memegang senapan laras panjang."Aku juga merasa kasihan, kita buang dia di pinggir jalan saja, siapa tahu ada yang menolongnya," balas pengawal lainnya.Kedua pengawal berseragam serba hitam yang dilengkapi senjata itu merasa iba dengan nasib Austin. Mereka memutuskan membuang Austin di kota Racoon City yang letaknya sangat jauh dari tempat tinggalnya, Madripoor City.Kedua pengawal itu mengeluarkan Austin dari dalam mobil, dan meletakkannya di pinggir jalan penuh salju layaknya barang. Salah satu pengawal menutupi tubuh Austin dengan mantel yang ia miliki, lalu meninggalkan Austin sendiri di kota yang tidak pernah dia ketahui.Austin melihat kepergian kedua pengawal itu dengan pandangan sedih. "Kenapa kalian tidak membunuhku saja? Aku ingin menyusul kedua orangtuaku di surga," gumamnya."Mungkin mereka ingin membuatku mati kedinginan, baiklah, semoga aku cepat mati," gumamnya lagi sambil memejamkan mata.Rasa putus asa sudah hinggap di dalam hatinya, tidak ada lagi harapan hidup untuknya. Harapan itu semua sirna saat melihat kematian kedua orangtuanya dengan mata kepalanya sendiri. Dingin salju sudah menembus tulang, bibir sudah berubah menjadi biru, tubuhnya pun sudah tertutup tumpukkan salju, hingga hanya terlihat wajahnya saja. Meski begitu, Austin tetap tersenyum, membayangkan saat bertemu orantuannya di surga."Mom, Dad, tunggu aku, aku akan menyusul kalian."Anna peered through the common bathroom door on the first floor before stepping out casually as if nothing had happened. She walked past Dave, who was sitting on the couch in their living room and reading a report on his tablet, with Zach crawling on the floor."Zach, baby, come here." She called for Zach's attention, which was never hard to get. "Let's play outside."And his reaction was predictable. He was running toward his mother excitedly. His smile was so big that it was going to explode.Being a child seemed fun, didn't it?She followed him, running out of the house to their yard barefoot. She couldn't help her own smile from forming on her face at seeing him and another happiness she had just found out about today.She was pregnant with their second child.But be quiet. Anna wanted to make a surprise for her husband.Oh, she couldn't wait to see his reaction!"Zach, come here. Mommy wants to say something to you."Zach halted his running to look at his mother with an indescrib
Three years later.She watched everything. Their every move, laugh, giggle, scream, and more. She couldn't help but grace a wide smile over that. It was too good to be true. But it was what that was as it was the reality.Baby Zach was now three years old and in his active days. He had run on every corner of the house and was always excited to run outside.Although it tired their body from following him around, she didn't complain, especially Dave. He always had the energy to play with him and never ran out of ideas. He raised their child with all his heart.She shook her head to force herself back to her place. She couldn't only observe them all the time, as she needed to finish the cookie dough.Zach had the exact liking as hers for sweets. So she tried to be the best mom by baking them instead of buying them outside or ordering chefs to make them. It was cheaper and could adjust to her family preferences, which she wanted, not too much sugar.As Dave said, sugar was a killer.She
"Hi, baby boy. I'm happy you're awake, and I can hold you. Your mother must feel the same way. But she's resting now, so let's not disturb her and play with me instead." His voice was laced with happiness as his eyes flitted the same feeling. There was nothing happier than this moment when he finally held baby Zach. And the fact that he was born healthy was wonderful. It could be perfect if his wife's recovery went well.Baby Zach wriggled his tiny hands and managed to capture Dave's finger. He gripped it though his eyes were still closed. Baby Zach might sense familiar and safe, so baby Zach didn't cry, which made Dave's heart swell with pride and warmth. Only his touch could do that, and he couldn't be more proud of that."What do you think about this world? It's amazing, isn't it? You have me, your mother, and your entire family by your side. And in the future, you will find your own friends."Baby Zach was just quiet, and if his grip was not still on his finger, Dave might have th
A few months later.Anna was closing drawers after checking what was inside was still inside.It might be confusing. The point was Anna had just finished looking at their baby’s needs, such as clothes, diapers, socks, blanket, and more. She wanted to make sure everything was ready when the time came, which was soon. Her due date should be this week, and she couldn’t be more excited to finally welcome their baby.She moved to the only bed in the room. It was big and had four wooden walls on four sides to protect the baby from falling. And it was the one Dave said could accommodate her body while breastfeeding their baby. She even could sleep on it too.Her hand touched the doll on the nearby side and placed it neatly between another doll and the pillow. She had some, mainly cute animal characters, to accompany him while he was sleeping.Yes, him. Their baby was a boy.“Do you like it, honey? It’s nice, right? Your father prepared them for you.” She spoke as her hand caressed her so big
"I saw everything, Anna. I know what you hide behind your back." His eyebrows raised as if waiting for her to reveal it by herself. There was no point in hiding it anyway since it was why he approached her. He already saw her enjoying the ice cream!"What do you mean?"So she was going to play with him. Unfortunately, he didn't want to pretend that he did not see that. "The bowl. Ice cream."And she could only force a grin."Come here." His hand reached out to invite her to come near him."No. You will scold me.""That means you know you were doing wrong. How many bowls have you had?""Hmm. Five?""Count it correctly, honey.""Okay. Okay. Nine." She raised both her hands in the air and surrendered herself."No, honey. The bowl in your back is the eleventh."He actually didn't have a problem with her enjoying the ice cream. But Anna liked overeating, and she might have more if he didn't watch her."Good job Dave. She needs to be more careful with her health." Rebecca, standing beside h
Finally, the day they had been waiting for came. It was hectic but also fun. Their friends and families gathered together to celebrate the happy day. What was more pleasing than that?The vow went well. Although Anna felt more nervous, everything was perfect this time compared to the real one. Her father led her to the altar and handed her to Dave, which generally did at a wedding ceremony. And she and his husband stated their vow again and became husband and wife one more time.And to make it perfect, he sealed their vow with a kiss on her lips. Then cheers and applauses filled the hall.It was indeed a favorable moment. And it lasted until night."It's a pleasure to finally meet the newest Mrs. Byrne." Alexander greeted Anna and took her hand to land a quick kiss, like how a gentleman met a lady for the first time. "My name is Alexander Green.""Oh!" Anna couldn't help but show her surprise. She heard a lot about him from Dave, but this was the first time they met in person."Based
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments