Share

Part 7

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-09 02:47:59

Ucapan Reyhan membuat semangat baru bagiku, Reyhan memang ada benarnya. Namun, masalah jatuh cinta lagi sepertinya belum terpikirkan, ada trauma bagiku untuk jatuh cinta lagi. 

 

Sore ini jadwal operasiku, saatnya untuk bangkit untuk tidak dibayangi masa lalu. 

 

"Dok, ruangan operasi sudah siap."

 

"Baik, Sus, saya akan segera kesana."

 

Menyiapkan fisik ketika operasi sangat penting, kali ini operasi berat, operasi tumor payudara seorang gadis muda. Ketika sampai ruang operasi dada ini bergetar karena satu tim dengan Andra. Terlihat dia sedang menyiapkan diri sebelum masuk ruang operasi. Dengan langkah percaya diri tanpa memedulikannya kusiapkan diriku sebaik mungkin, ini adalah tujuanku mengambil spesialis bedah agar bisa bertarung dengannya.

 

Ketika membersihkan tangan sebelum masuk ruangan, Andra berada disampingku. Rasa ini jangan ditanya, tapi profesional dalam bekerja lebih diutamakan. Suasana hening, begitu pula dengan dia. 

 

"Kita satu tim, apa kamu mengambil bedah umum?" tanyanya, dia pasti sudah tahu, paling hanya sekedar basa basi. Aku hanya diam, tidak sedikit pun ada rasa hanya sekedar basa basi dengannya.

 

Di dalam ruangan kami fokus dengan tugas masing-masing.

 

"Selamat datang, Dok," sapa tim yang sudah siap.

 

"Mari kita mulai." Kali ini Andra sebagai ketua tim operasi. 

 

Suasana tiba-tiba hening, berada di ruang operasi selalu membuat jantungku berdegup kencang,  semangat selalu tumbuh untuk menyelamatkan pasien. Kali ini pasien muda yang menjadi pasien kami. Sebelum operasi biasanya aku mendekati pasien, memberikan semangat bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak mudah bagi pasien menjalani operasi, beberapa dari mereka bahkan mundur teratur karena takut disamping biaya yang tidak sedikit. Andra terus memandangku mungkin heran melihatku yang dekat dengan pasien, biarkan saja dia dengan pikirannya.

 

"Bisa kita mulai?" 

 

"Bisa, kita berdo'a dulu sebelum mulai." Kebiasaanku dari awal adalah mengajak tim untuk berdo'a, dokter adalah manusia biasa yang tidak bisa melawan takdir. Ketika Do'a dan usaha telah dilakukan hasil akhirnya kita serahkan kepada yang Maha Kuasa . Lagi-lagi Andra seperti terpukau. 

 

Setelah berdo'a semua tim bersiap dan memulai operasi.

 

"Cutter." Tim yang bertugas memberikan pisau bedah ke Andra.  Andra mulai membuka sayatan, operasi tumor payudara biasanya  membutuhkan waktu 2-5 jam, tergantung dari tim yang bekerja. Ini sudah menjadi hal biasa bagi kami sebagai spesialis bedah.

 

Andra di meja operasi sangat fokus, keuletannya jangan diragukan lagi. Sejak dulu dia terkenal sebagai si 'Raja Pisau' dan aku belajar banyak darinya.

 

Semua fokus seperti terpana melihat kami yang kompak dalam operasi kali ini. Meski semua heran melihat kami yang tak banyak bicara hanya suara alat yang terdengar. 

 

"Bagaimana keadaan pasien?" tanya Andra yang sudah selesai pengangkatan tumor pasien. 

 

"Normal, dok. Semuanya normal."

 

"Oke, terima kasih." Dengan cekatan kuambil alih untuk menjahit, Andra lagi-lagi seperti terpana, tidak menyangka mantan istrinya ini bisa berbagi peran dengannya.

 

"Kalau megang jarum, dokter Nadhine jagonya, Dok." Salah satu tim membuka suara. Tidak peduli dengan dia yang heran kulanjutkan aktivitas dalam menjahit, ini butuh keterampilan dan fokus agar rapi dan tidak salah.

 

"Alhamdulillah selesai."

 

"Alhamdulillah," timpal Andra.

 

"Sisanya dibereskan, ya," ucapku pada tim yang lain, leher ini sudah tidak bisa dikondisikan. 

 

Hari ini dua operasi berat dan untuk pertama kali satu tim dengan mantan. Yang kusyukuri hanya satu, bisa dengan tenang di meja operasi bersama sang mantan, sesuai dengan misiku untuk bertarung dengannya di meja operasi tanpa memedulikan kenangan masa lalu.

 

"Terima kasih dokter Andra dan semua tim. Saya pamit duluan, ya." Aku berlalu meski raut wajah Andra jangan ditanya lagi. 

 

Setelah keluar ruangan segera kubersihkan diriku, Andra mendekatiku. Sebenarnya ada apa dengan Andra? Bukankah hidupnya sudah lebih bahagia. Kenapa dia seperti ingin mengusikku kembali.

 

"Nad ...." Ucapannya terputus.

 

"Kenapa, Dok? Ada masalah?" Dia menggeleng.

 

"Aku duluan, dokter Andra."

 

"Kenapa kamu menghindariku, Nad!" ya Ampun apalagi Andra! Bukannya kita sudah end, jangan berikan harapan lagi.

 

"Kita sudah tidak ada hubungan sejak 8 tahun yang lalu, Dok."

 

"Itu kamu, bukan aku!"

 

"Lalu masalahnya dimana, Dok. Semua sudah jelas."

 

"Iya sangat jelas jika kamu selingkuh dariku, bukan begitu, Nad!" apalagi ini, sampai kapan tuduhan selingkuh ini. Tidak keluarganya, kali ini dia juga ikut mengadiliku.

 

"Mana buktinya, Dokter Andra yang terhormat!" 

 

"Ikut denganku!" Dia menarik tanganku, tidak peduli banyak pasang mata yang melihat kami. Ada apa sih sebenarnya dengan Andra ini!

 

Kami masuk ruangan, Andra segera membuka tasnya dan mengeluarkan foto kebersamaanku dengan seorang laki-laki. Fitnah apalagi ini, terus apa gunanya membela diri semua sudah tamat delapan tahun yang lalu.

 

"Ini, Nad! Tolong jelaskan. Delapan tahun yang lalu aku menyimpannya, fotomu dengan laki-laki ini. Apa ini alasannya kamu tidak mau berhubungan denganku, Nad. Kamu menyiksaku lahir bathin, dan tidak cukup dengan iti kamu juga main dibelakangku!" mataku terbelalak melihat puluhan foto yang dikeluarkan Andra. Fotoku bersama seorang laki-laki. Jika membela diri gunanya untuk apa? Sudah sangat jelas keluarganya tidak menerima kehadiranku.

 

Tak ada yang perlu kujelaskan, ini sudah masa lalu bagi kami.

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Satina Rina
sangar bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sewindu Setelah Berpisah   Sewindu Merindu (Ekstra Part)

    Masuk trimester ketiga kondisi Nadhine semakin berbeda. Bukan hanya kaki, tapi tangan dan wajahnya juga bengkak. Hari ini dia memintaku untuk mengajaknya ke pantai. Pantai dekat kampung halamannya. "Sayang, jika aku tiada nanti. Berjanjilah untuk selalu bahagia." Ucapan itu mungkin sudah sekian ratus kali Nadhine ucapkan ketika bersamaku. Di bibir pantai aku duduk dengannya. Kami bernostalgia tentang cinta kami dan kenangan di kedokteran. Sesekali dia tertawa, tapi justru aku yang terluka. Aku seperti bersama dengan orang yang akan pergi jauh. Pergi selama-lamanya. "Han, wasiat dokter Andra lebih baik dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Rumahnya kembalikan saja ke adik-adiknya yang lebih berhak. Kudengar mereka ngontrak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kalau uangnya mungkin bisa dibuatkan sebuah yayasan penderita jantung. Agar kebaikannya mengalir terus menerus." Aku hanya mengangguk, meski setiap kata yang terucap dari Nadhine membuatku hancur.***Aku bahkan tak tenang kerja

  • Sewindu Setelah Berpisah   Sewindu Setelah Berpisah (TAMAT)

    ***Menjelang melahirkan bahkan aku tak bisa tidur malam lagi. Kaki yang bengkak ini membuatku sulit untuk berjalan. Badanku mulai terasa berat, nafasku bahkan sudah tak beraturan. Namun, aku sadar diri sebisa mungkin tak ingin membuat Reyhan panik. Aku sudah berusaha seperti wanita hamil lainnya banyak gerak menjelang melahirkan."Sayang diam saja, jangan terlalu banyak gerak.""Harus banyak gerak sayang, biar dedek sehat dan bunda kuat." Reyhan hanya tersenyum. Namun, kutahu dia lebih panik dariku menjelang persalinan"Sehat-sehat ya, dedek dan bunda." Dia memegang dan mencium perutku."Sayang kenapa tidak kerja?" tanyaku heran melihatnya belum siap 

  • Sewindu Setelah Berpisah   Part 93

    Hari semakin hari kehamilanku terasa berat. Aku sudah resign dari rumah sakit. Mudah lelah dan sering sesak nafas membuatku tidak nyaman. Namun, tak menyurutkanku untuk menghadirkan buah hati ini. Jika waktuku tiba ada anak yang menjadi penyemangat Reyhan nanti. Kujalani semua ini dengan ikhlas dan berharap semua kebaikan bertumpu kepada kami.Reyhan terus memenuhi segala keinginanku. Aku bukannya tak mau dia merasakan apa yang kurasakan, tapi setiap melihatku Reyhan selalu menangis, entah apa yang ditakutkannya. Bahkan Reyhan tidak akan tidur jika aku belum tidur aku dibuat seperti bayi. Dijaga dan dirawat sebaik mungkin padahal aku tahu dia sangat capek bekerja dari pagi."Apanya yang sakit?""Gak ada, sayang. Bunda sama calon dedek sehat." Aku berusaha untuk selalu tersenyum, tapi guratan kesedihan dalam diri Reyhan tak bisa disembunyikan. Bahkan aku tak mengeluh sedikit pun di depannya. Ini kare

  • Sewindu Setelah Berpisah   Part 92

    Satu tahun kemudian ....Entah mengapa hari ini badanku terasa lemas sekali, ingin rebahan saja. Ada rasa mual yang mendera. Apa aku magh? Setiap makanan yang masuk langsung aku muntahin."Sayang kenapa pucat?" tanya Reyhan yang panik baru pulang kerja. Aku hari ini tidak masuk kerja, biasanya kami selalu pulang bersamaan, Reyhan takut jika aku pulang sendiri."Iya, sayang, pusing.""Ayo tidur dulu." Aku menggeleng, tidur pun tak enak soalnya."Kenapa?""Capek tidur, rasanya mual." Aku berlari ke kamar mandi untuk muntah-muntah lagi.Oek ... oek ...oek Ya Allah capek sekali rasanya muntah-muntah terus dari pagi. Reyhan terlihat panik, karena dari pagi memang aku hanya lemas saja tidak sampai muntah-muntah."Sayang ....""Kenapa sayang?"Semua pelayan terlihat panik melihatku yang muntah-muntah. Bagaimana tidak? Aku pucat dari pagi tidak ada makanan yang bisa masuk, mual dan muntah menjadi satu."Sayang mau makan apa?" tanya Reyhan."Pengen mangga muda, sayang. Dari pagi mangga muda it

  • Sewindu Setelah Berpisah   Part 91

    "Lagi buka apa, sayang?" Reyhan tiba-tiba masuk menanyakan amplop yang akan kubuka."Ini, sayang. Bukannya ini punyaku?" tanyaku yang penasaran."Iya, sayang itu punyamu." Reyhan nampak tenang, tidak ada gelagat yang mencurigakan. Aku membuka isi amplop itu, tapi semua hasil normal tak ada yang harus kukhawatirkan. Itu berarti aku masih punya kesempatan untuk hamil."Han ....""Iya, sayang, kenapa?""Aku khawatir rahimku bermasalah?" Reyhan mengenggam tanganku, dia duduk dibawah renjang sementara posisiku di atas ranjang. Dalam kelembutan dia menatapku seperti merasakan kegalauan yang kualami."Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya. Kita harus berprasangka baik agar semua yang kita harapkan berakhir baik. Abang bersyukur masih bisa melihatmu dan berada didekatmu, sayang." Aku seperti merasakan kode bahwa sebenarnya akan sulit bagi kami memiliki anak."Aku hanya ingin membuatmu bahagia, Han.""Melihat senyummu saja sudah anugerah yang luar biasa bagiku, sayang. Tidak mudah bagi kit

  • Sewindu Setelah Berpisah   Part 90

    Tak terasa sudah sampai di rumah, mami sudah siap salat magrib. Sementara Rachel belum pulang dari rumah sakit, pasti sangat macet di jalan. "Alhamdulillah kalian sudah sampai," ucap mami. "Mana Rachel, Mi? Apa dia balik lagi ke rumah sakit setelah makan siang tadi?" tanya Reyhan yang belum melihat adik manisnya. "Belum pulang, paling macet di jalan. Iya tadi adikmu balik, dia menggerutu tidak kuat jadi direktur di rumah sakit." Aku hanya senyum-senyum mendengar mami cerita. "Bawa apa, Nak?" tanya mami yang melihatku membawa amplop besar. Reyhan menjelaskan ke mami, hasil pertemuanku dengan Jihan dan Laras. "Ujian dan musibah terkadang membuat orang semakin dewasa, ya, Rey." Ayah ikut bergabung bersama kami. "Kalian mandi, ya, udah mau magrib," ucap mami. Kami mengangguk dan bersiap ke kamar, suara deru mobil Rachel memasuki halaman rumah. Dia pasti belum tahu akan dipinang oleh dok

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status