Share

Dia Kembali

"Jangan khawatir, Hikaru. Hyung dan Paman tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Noona keras kepalamu itu." Ethan mencoba menenangkan Hikaru yang gElisah karena mengetahui berita tentang Elisa dan Sean.

"Tapi biasanya ramalanku selalu benar," lirih Hikaru.

"Ramalanmu bisa diubah, Hikaru. Kan sudah kukatakan berkali-kali. Kepastian ramalanmu tergantung dari keputusan yang diambil sebelumnya. Dan karena Elisa menghubungiku sebelum masuk ke dalam gedung, setidaknya akan ada yang kejadian kecil yang berubah walau tidak besar," jelas Ethan tanpa melepaskan pandangannya dari jalan raya yang saat itu ramai. Bahkan strobo yang ia nyalakan tidak membantu terlalu banyak.

¤¤¤

Elisa menutup mulutnya erat-erat agar suaranya tidak keluar dalam persembunyiannya ketika melihat betapa mudahnya si laki-laki menghancurkan roh jahat yang merasuki Sean sebelumnya hanya menggunakan sebelah tangan. Untung ia tadi melarang si hantu anak kecil untuk tidak mengikutinya.

Saat ia berkutat dengan pikirannya sendiri, ia mendengar suara erangan dan benda diseret yang membuatnya kembali menolehkan wajahnya ke arah lorong. Karena malam itu cukup terang, ia bisa melihat siluet si laki-laki yang ternyata menyeret tubuh Sean dari kakinya.

Sean tidak terlihat banyak memberontak. Tidak mengherankan karena ia habis kecelakaan. Ia bahkan tidak mengerti kenapa ia berada di sebuah tempat asing dalam keadaan terseret.

Elisa menggenggam erat kedua tangannya seperti memanjatkan doa. Walaupun sebenarnya hanya menguatkan diri agar bisa melangkah menyelamatkan Sean.

Bayang-bayang kejadian tujuh tahun lalu terbersit begitu saja dalam pikirannya sehingga membuatnya membeku dan sedikit gemetar. Karenanya ia berusaha segenap yang ia bisa untuk menghilangkan rasa takutnya.

Begitu ia sudah mampu mengatasi rasa takutnya, laki-laki beserta Sean sudah tidak lagi berada di lorong. Sehingga membuatnya sedikit panik dan mulai menyusuri lorong. Melupakan rasa takutnya sambil mengintip ke setiap ruangan kelas.

Akhirnya, Elisa menemukannya. Di salah satu ruang kelas yang terdapat papan bertuliskan 2-4. Sean tergeletak tidak sadarkan diri dengan wajah menatap ke arah jendela. Sehingga Elisa tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya.

Gadis itu lalu berlari terburu-buru menghampiri Sean dan berjongkok di dekatnya, membelakangi jendela. Tanpa berusaha memindahkan tubuh Sean karena takut malah memperparah keadaannya. Elisa menepuk-nepuk pipi Sean dan memanggil namanya. Berusaha menyadarkannya.

Sean harus setidaknya sadar agar Elisa bisa memapahnya untuk keluar bersama mumpung si lelaki asing itu tidak ada. Walaupun tubuh Sean tidak setinggi Hikaru, Elisa juga merasa tidak yakin bisa menggendongnya dalam keadaan pingsan.

¤¤¤

Ethan memarkir mobil patrolinya di depan gerbang sekolah. Tidak mengacuhkan panggilan radio yang sejak ia menjemput Paman Kim terus menginformasikan keberadaan terbaru Sean yang melenceng dari tempat Sean sebenarnya berada.

Pemuda itu langsung melepas sitbelt dan kemudian membuka pintu mobilnya untuk bergegas menghampiri gedung sekolah terbengkalai. Sampai-sampai melupakan kedua penumpang di mobilnya.

Baru saja masuk ke dalam pelataran sekolah, Paman Kim memanggilnya dan Hikaru yang tanpa Ethan sadari sudah berlari di sebelahnya.

"Ada apa Paman? Kita harus cepat, jika tidak Li ...," ucapan Ethan terputus karena Paman Kim memotongnya dengan cepat.

"Dengarkan Paman dulu. Aku tahu kita harus cepat. Tapi apa kalian tidak merasakannya?"

"Apa?"

"Hawa itu. Hawa roh jahat yang kurasa bukan roh gentayangan yang baru saja jadi roh jahat."

"Maksud Paman, itu roh jahat tujuh tahun lalu?" tanya Ethan yang kali ini benar-benar fokus pada Paman Kim.

"Aku tidak mengatakan begitu. Tapi yang jelas roh itu sudah lama sekali menjadi jahat. Kalian benar-benar tidak merasakannya?"

Ethan menoleh, menatap bangunan tua di tengah lapangan dengan konsentrasi penuh. Sesuai ucapan Paman Kim, gedung tua itu diselimuti aura yang tidak biasa. Sudah bisa dipastikan bukan perbuatan roh jahat kemarin sore.

Pemuda itu kehilangan fokus karena terlalu mengkhawatirkan keadaan Elisa hingga ia bahkan tidak merasakan aura hitam yang menggelayut rendah di sekitar gedung sekolah tidak terpakai di depannya.

Ia baru mau membuka suara ketika menangkap Hikaru yang berjongkok dan sedang bicara dengan sesosok hantu anak kecil melalui sudut matanya.

"Dimana Noona sekarang? Kau benar melihatnya?" tanya Hikaru

Si hantu anak kecil membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali karena terkejut dengan gerakan tiba-tiba Ethan yang mendekatinya dengan tergesa-gesa sehingga ia melangkah mundur ketakutan.

"Aish, Hyung. Jangan membuatnya takut. Biar aku saja yang bicara," keluh Hikaru sambil mengusir Ethan dan Paman Kim sekaligus.

"Tidak usah takut. Dia Hyung dan Pamanku. Yang artinya adik dan Pamannya Noona juga. Jadi apa yang ingin kau sampaikan tadi?" bujuk Hikaru meminta si hantu anak kecil untuk mendekat.

Meskipun wajahnya masih terlihat waspada, si hantu anak kecil akhirnya melangkah mendekati Hikaru juga.

"Akuuu bertemuuu deengannn Liisaaa Noonnnaa. Tapiii ... Noonnaa, meminntakuu untukkk tidakk menggiiikutinyaa. Jadiii Noonaaa ... masukk senndiriii kesannna ....~" Si hantu terdiam sebentar sambil menatap ke segala arah dengan was-was. Seakan takut ada yang mendengar informasi darinya.

"Pamannn berrbajuu hitamm ituu mennakuttkannnn .... Diaa memmbunuuhhh rohh yangg diii dalaamm kakakkk ituuu hanyaaa denggannn dicekikkkk ....~" lirihnya pelan.

"Maksudmu, ada orang lain disana dan roh yang merasuki kakak yang dicari Elisa terbunuh?" tanya Ethan tidak sabar.

Si hantu menatap Ethan sebentar lalu kemudian mengangguk.

"Tapi, tidak mungkin manusia melakukan itu. Kecuali jika ...." Ethan baru tersadar apa yang tengah berlangsung di dalam gedung itu dan mulai hampir berlari sebelum Paman Kim kembali menghentikannya dengan mencekal lengannya.

"Mau kemana kau sendirian? Kau tidak boleh mengeluarkan energimu. Walaupun kemampuanmu adalah kemampuan dasar shaman tapi energimu terlalu besar untuk disamakan dengan shaman biasa.

"Jadi entah dia roh jahat tujuh tahun lalu atau bukan, kau adalah mangsa empuk untuk roh-roh jahat itu. Mereka pasti akan senang merasuki tubuh manusia yang memiliki energi spiritual sebesar dirimu. Maka dari itu, biarkan Paman yang mengatasinya ya."

Ethan tidak ingin menyetujuinya karena ia tahu kekuatan Paman Kim sama sekali tidak cukup besar untuk mengatasi roh jahat. Bahkan roh jahat baru sekalipun. Namun ia tidak bisa menolaknya juga, karena tujuan mereka adalah menemukan roh jahat yang telah membantai keluarga mereka. Dan lebih baik mereka yang menemukan si roh jahat itu dulu bukan sebaliknya.

"Baiklah. Tapi jika keadaan tidak terkendali, aku juga akan ikut campur," ucap Ethan final.

¤¤¤

Elisa yang masih berusaha menyadarkan Sean dengan sedikit panik. Sehingga tidak menyadari kalau sejak awal ada sosok lain yang bersembunyi di pojok ruangan gelap. Sampai ia merasakan kepalanya nyeri hebat dan seperti ada yang menetes di kepalanya yang ia baru sadari ternyata darahnya yang mengalir akibat pukulan benda tumpul.

Akibat kencangnya pukulan, Elisa tersungkur dengan wajah menatap ke arah Sean. Dengan nyalang matanya bergerak untuk melihat siapa yang memukulnya. Sayangnya wajah si pelaku tertutup topi dan masker hitam, sehingga sama sekali tidak terlihat.

Laki-laki itu lalu mengambil sebuah tali yang terbuat dari benang kawat dari saku jaket hitamnya dan kemudian meregangkannya dengan kedua tangannya yang memakai sarung tangan karet hitam. Elisa bisa melihat matanya melengkung seakan sedang tersenyum ketika tanpa sengaja terpapar sinar rembulan.

Lelaki itu mulai mendekati Sean saat Elisa dengan sekuat tenaganya mencengkeram pergelangan kakinya. Sosok misterius itu menoleh, menatap tangan Elisa yang memegangnya. Ia memiringkan kepalanya sebelum menendang Elisa tepat di bagian perutnya untuk melepas cengkramannya hingga terbatuk-batuk.

"Henti ... kan!" lirih Elisa sambil memeluk perutnya sendiri untuk menahan sakit.

Meskipun tubuhnya terasa remuk, Elisa berusaha bangkit untuk menyentuh tubuh si laki-laki yang sudah melangkah mendekati kepala Sean.

"Jangan lakukan! A-atau kau rasakan akibatnya," peringat Elisa yang sudah mampu menopang dirinya dengan kakinya sendiri walaupun harus sambil membungkuk untuk mengurangi rasa sakit di perutnya dan menahan pusing hebat di kepalanya.

Si lelaki itu tertawa keras menatap Elisa. Lalu ia mendekatinya dan mencekik leher Elisa sambil mengangkatnya tinggi-tinggi.

Elisa memberontak seperti ikan yang menggelepar.

Meskipun pasokan oksigen yang masuk mulai menipis ditambah rasa sakit yang menyerangnya, Elisa berusaha menggerakkan tangannya hanya untuk menggenggam tangan yang mencekiknya.

Ia sudah tidak memiliki pilihan lain selain mengutuk si lelaki jika ia tidak ingin mati tercekik. Walaupun ia tahu dengan ia melepaskan kutukan, roh jahat tujuh tahun lalu bisa saja menemukan mereka.

Dengan susah payah Elisa berhasil mencengkeram pergelangan tangan yang mencekiknya dan baru saja akan mengerahkan kekuatannya ketika teriakan Ethan dan Hikaru menghentikannya.

Betapa marahnya Ethan saat menemukan Elisa, ia malah melihat gadis itu dicekik oleh lelaki tidak dikenal. Sampai ia sadar kalau Elisa hampir mengeluarkan kutukannya yang membuatnya berteriak berhenti.

Di saat yang bersamaan, Hikaru yang juga melihat Elisa berusaha melepaskan cekikan si lelaki, berteriak marah meminta si laki-laki melepaskannya.

Sedangkan Paman Kim hanya berdiri dalam diam, mempelajari keadaan. Ia yakin kalau laki-laki itu kerasukan roh jahat. Sehingga tanpa sadar, Paman Kim menggenggam erat pedang shamannya.

Keadaan menjadi lebih mencekam. Diantara keempat orang lelaki itu, tidak ada yang bergerak lebih dulu. Si orang asing masih mencekik Elisa sedangkan Ethan, Hikaru, dan Paman Kim masih berusaha mencari jalan agar bisa membebaskan Elisa tanpa melukainya.

Ethan yang sejak awal mengacungkan senjata kejut listriknya hanya mematung. Dilema antara akan melakukannya atau tidak. Karena kejut listriknya pasti akan ikut terhantar ke tubuh Elisa. Dan ia tidak sampai hati melakukannya. Walaupun tidak membunuh, tersengat listrik ribuan volt tetap menyakitkan.

Hingga Hikaru yang tidak lagi bisa sabar melihat Elisa yang semakin melemah, bergerak cepat menendang ulu hati si laki-laki yang tidak siap dengan gerakan Hikaru.

Tendangan Hikaru tidak membuatnya terluka, tapi setidaknya cekikannya terlepas.

Ethan terkejut melihat gerakan Hikaru yang tiba-tiba, namun dengan cepat tersadar dan menembakkan alat kejut listriknya sebelum si lelaki itu berhasil mencapai Hikaru.

Sedangkan Paman Kim dengan sigap menangkap tubuh Elisa yang terhempas agar tidak terbentur lantai.

Lelaki asing itu kejang-kejang akibat aliran listrik ribuan volt yang mengalir di tubuhnya. Hingga menyebabkannya terkulai pingsan. Saat sesosok lain yang hanya berupa asap hitam keluar dari tubuhnya menyelimuti ruangan dengan berputar.

"Beraniiii-berraaaninyaa mengammbill mangsakuuu ...!~" jeritnya roh itu tanpa mengurangi pergerakannya. Yang menyebabkan udara sekitar semakin menipis.

Menyebabkan Ethan, Hikaru, dan Paman Kim yang terkejut dan tidak siap, terjatuh  berlutut sambil mencengkeram kerah baju masing-masing karena kesulitan bernapas.

Elisa yang juga sebenarnya sudah setengah sadar, memaksakan dirinya untuk bergerak. Ia tidak ingin lagi kehilangan orang-orang berharganya.

Sambil berharap kalau Inugami akan setidaknya melindunginya, gadis berwajah mirip boneka itu mengangkat tangannya. Tidak terlalu tinggi, setidaknya agar ia bisa menyentuh asap hitam yang menyebabkan kekacauan.

Perlahan, urat nadinya muncul membentuk serat seperti akar menuju ke telapak dan punggung tangannya hingga ke ujung jari kemudian mulai menjalar ke asap hitam yang masing bergerak cepat mengelilingi ruangan seperti angin puting beliung.

Seketika, pergerakan si asap hitam perlahan mulai melambat hingga akhirnya berhenti.

Secara perlahan bentuk asap hitam itu mulai berwujud menjadi sesosok hantu berwajah pucat dengan pinggiran mata yang menghitam. Hantu yang telah berubah menjadi roh jahat itu mengenakan pakaian perang jaman kerajaan dulu, lengkap dengan sebuah panah yang tertancap di lehernya.

Tidak ada teriakan yang keluar dari mulut si roh jahat yang menganga lebar karena kutukan Elisa. Bukan karena terlalu gengsi, tetapi karena kutukan Elisa yang dikelurkan sekaligus membuat suaranya tercekat.

Hanya raut wajah kesakitan dengan mata melotot yang bisa ditampilkan oleh si roh jahat yang di beberapa bagian tubuhnya mulai membara. Seperti bara pada secarik kertas yang perlahan mulai mengerogoti setiap sudut tubuh transparannya.

Namun Elisa yang memang sudah setengah sadar ditambah harus mengeluarkan energi kutukan yang begitu besar, perlahan mulai kehilangan kesadarannya sebelum berhasil membakar habis si roh jahat.

Untungnya Ethan menyadarinya, sehingga dengan cepat, Ethan langsung merenggut pedang yang digenggam Paman Kim, merapal mantera, dan menusukkannya tepat di leher si roh jahat yang tertancap panah. Bagian terlemah si roh jahat, yaitu tempat yang menjadi penyebab kematiannya saat masih menjadi manusia.

Akibat kutukan Elisa dan pedang yang diselimuti rapalan mantera Ethan yang memiliki energi shaman yang besar, roh jahat utu akhirnya terbakar habis.

"Iaaa akannn menemmukann kaliann! The descendantsss of llegenndaryy shamann ...~," lengking si roh jahat tepat sebelum tubuhnya menghilang.

"Noona, kau tidak apa?" tanya Hikaru yang tidak memedulikan sekitarnya langsung menghambur ke arah Elisa ketika si roh jahat menghilang.

"Aku akan menghubungi polisi," kata Ethan sambil berjongkok di sisi lelaki yang dirasuki roh jahat untuk mengecek apakah masih hidup atau tidak.

Sedangkan Paman Kim mendekati Sean, juga melakukan hal yang sama dengan yang Ethan lakukan pada di lelaki yang baru saja kerasukan.

¤¤¤

Pria itu menunduk takut. Tidak berani menatap bosnya yang melihatnya dengan tatapan bengis. Sedetik kemudian, pecahan kaca yang terpental akibat bosnya melempar gelas whiskeynya menyayat pipinya sehingga menimbulkan luka dan berdarah.

"Kau bahkan tidak bisa mengurus seorang remaja tanggung?!" bentaknya.

"Aku sudah menyuruh roh tua itu untuk mengurusnya," lirih lelaki yang masih berlutut sambil menunduk.

"Aku tidak peduli kau menyuruh siapa dan apa. Aku hanya ingin melihat hasilnya," geram lelaki yang tubuhnya terbalut setelan jas mahal.

"Maafkan aku."

"Lalu bagaimana dengan gelandangan yang dirasuki si roh tua yang tidak berguna itu?"

"Di-dia saat ini ada di kantor polisi, Tu-tuan," jawabnya takut-takut.

Lelaki yang dipanggil Tuan itu menyenderkan bokongnya di pinggiran meja kerjanya yang terbuat dari kayu gaharu — kayu yang harganya mahal karena begitu langka — dengan angkuh. Sedangkan matanya memicing tajam menatap bawahannya tanpa terputus.

"Lalu bagaimana roh tua bangka itu mati?"

"Aku juga tidak tahu, Tuan. Tapi aku menemukan dia, Tuan." Lelaki yang tadinya berlutut itu lantas bergerak ke arah pojok ruangan. Kemudian menyeret si hantu anak kecil berwajah ketakutan yang diikat oleh kertas mantera sehingga tidak bisa pergi dari ruangan kantor mewah tersebut.

¤¤¤

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status