“Nar, di belakangmu!” teriak Sean.
Lunar menoleh ke arah yang di tunjuk Sean. Ia berbalik dan benar saja, ada sesuatu yang bergerak dari rerimbunan semak tinggi. Dan karena teriakan Sean yang kini tengah berada tak jauh darinya, sesuatu itu bergerak lebih cepat menuju arah Lunar yang sedang dalam posisi bersiap dengan pedangnya.
Mereka kini tengah menghadapi ujian menjadi warrior di bidang survival. Ada dua hal yang di nilai, yakni : bidang pengetahuan yang meliputi ujian tulis ilmu pengetahuan, dan bidang pertahanan yang meliputi ujian survival dan bertarung di arena. Di ujian survival ini, mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok berisi empat orang dan Lunar beruntung mendapat posisi di kelompok yang sama dengan Sean.
Ah, hal itu entah menjadi keberuntungan atau kesialan juga Lunar tak tahu. Karena pada dasarnya, mereka berdua memiliki kesamaan yakni tidak bisa melakukan shift seenaknya. Ingat, wolf dalam tubuh mereka akan mengambil alih kesadaran mereka secara penuh dan keluar dengan sisi liar mereka. Jadi, mau tak mau baik Lunar maupun Sean sepakat untuk tidak melakukan shift dan meminta panitia ujian memberikan kelonggaran dengan memakai senjata. Dan keduanya memilih pedang sebagai senjata mereka. Beruntung, kedua teman di tim mereka mau bekerja sama dengan membagi tugas dan saling melindungi satu sama lain.
“Sean, di mana Leah dengan Alexa?” tanya Lunar. Meski ia tak berteriak sekencang Sean tadi, Lunar yakin jika Sean mampu mendengarnya dengan baik.
“Mereka berdua sedang melakukan perburuan pada dua warrior yang menyerang kita tadi. Mereka telah melakukan shift dan hanya kita berdua yang berdekatan,” Sean mengambil posisi memejamkan matanya dan berusaha mencari keberadaan dua rekannya dengan pendengarannya. “Aku tak dapat mendengarkan suara mereka. Mereka terlalu jauh dari kita.”
Jantung Lunar berdetak semakin cepat saat sesuatu di balik rerimbunan itu kembali bergerak setelah diam beberapa saat. Pergerakannya semakin cepat dan Lunar perkirakan sesuatu itu akan tiba beberapa detik lagi.
Tanpa pikir panjang lagi Sean langsung berlari secepat mungkin ke arah Lunar. Keadaan Sean juga tak jauh berbeda dengan Lunar, jantungnya berdetak cepat seakan jika jantung itu tak berada di dalam tubuhnya, maka benda itu akan jatuh.
“Sean, pertahankan saja posisimu. Aku yang akan menanganinya. Ingat perkataan Alexa sebelum pergi!” Sean abai. Ia tetap berlari menuju Lunar dan berusaha tiba secepat mungkin sebelum sesuatu itu menuju Lunar lebih dulu. Memang, sebelum mereka berpencar seperti ini, Alexa sebagai yang tertua di antara mereka berempat memberi instruksi untuk tidak meninggalkan tempat masing-masing. Dan kini, Sean memilih abai karena instingnya mengatakan jika ia harus melindungi Lunar.
Srak!
Sesuatu itu muncul dan dari sana keluar seekor serigala besar berwarna hitam pekat tanpa warna lain. Jujur saja, serigala itu sudah berada di jarak beberapa meter dari tempat Lunar berdiri dan Lunar sama sekali tidak menyangka jika tubuhnya mengeluarkan tremor. Tubuhnya fokus pada tremor itu hingga Lunar seolah tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang lain barang sedikitpun.
Duagh!
Lunar terkejut ketika justru Sean lah yang datang dan menendang tubuh serigala itu hingga oleh ke samping dan tidak berhasil menyerang Lunar. Sean bersyukur, setidaknya ia menuruti kata hatinya dan bisa menyelamatkan Lunar tepat waktu.
“Terima kasih, Sean.” bisik Lunar.
Sean mengangguk kecil dan mengambil posisi siaga di depan tubuh Lunar dan matanya mengawasi pergerakan serigala itu. Serigala itu mengibaskan tubuhnya hingga bulu tebalnya bergoyang dan kemudian menggeram pelan seolah ia telah terusik. Serigala dan Sean terlihat sama-sama saling waspada. Entah siapa yang terlebih dulu menyerang, yang jelas mereka seolah tengah saling menunggu pergerakan dari masing-masing lawan.
Sementara dua eksistensi itu saling waspada, Lunar mencoba untuk menghilangkan tremor pada dirinya. Ia berusaha mengalihkan ketakutannya dengan menganalisa musuh yang ada di hadapannya kini. Ia tahu, serigala itu pastilah salah satu warrior yang bertugas untuk menguji mereka di bidang ketahanan diri. Dengan bekal selama beberapa tahun ia mengamati status dari ciri fisik serigala dan juga bimbingan dari Guru Dan, Lunar memprediksi jika serigala itu berstatus beta. Status yang patut untuk diperhitungkan bagi status deltha seperti mereka berdua.
Akan tetapi ada yang hal yang mengganggu di benaknya. Meski ia beberapa kali melihat warrior yang bertransformasi menjadi serigala melakukan latihan, ia tak pernah melihat mereka sebuas serigala yang ada di hadapannya kini. Insting serigalanya seolah mengirim sinyal jika serigala yang ada di hadapannya ini berbahaya.
“Kau siap, Lun?” bisik Sean. Serigala di hadapan mereka menggeram saat Sean berbisik. Dan setelah itu, kepala serigala itu semakin di turunkan tanda ia akan melakukan penyerangan.
“Aku harus siap, Sean,” balas Lunar. Ia tak bisa menunggu tremornya hilang secara penuh. Keadaan semakin mendesak dan ia harus bisa menekan ketakutannya.
“Sekarang!” Sean mengayunkan pedangnya dan membawanya dengan sedikit di rendahkan dari posisi tadi. Serigala di depannya yang memang telah bersiap langsung melesatkan kakinya dan melompat ke arah Sean. Lunar mengambil tempat, ia bergerak ke samping dan bermaksud akan memukul saat serigala itu menyerang Sean yang berada di depannya.
Tapi naas, serigala itu seolah membaca gerakan mereka berdua dan langsung mengganti haluan menuju Lunar yang ada di samping Sean. Sean memukulkan pedangnya ke udara kosong yang sebelumnya Sean perkirakan serigala itu akan berada di sana. Lunar tekejut, ia refleks mengangkat pedangnya dan langsung mengayunkan ke arah serigala itu dengan kekuatan penuh namun dapat dihindari. Tentu saja, mereka itu masih hijau dalam strategi dan warrior di depannya itu pasti bisa dengan mudah membaca pergerakan mereka.
Di dalam ujian ini, mereka diperbolehkan melawan musuh mereka dengan sekuat tenaga asal mereka berhenti ketika musuh mereka sudah tidak memberikan perlawanan lagi . Para juri tidak mempermasalahkannya. Mereka para manusia serigala memiliki ketahanan tubuh yang baik dan penyembuhan luka fisik yang lebih cepat ketimbang manusia. Jadi, tak apa jika mereka saling melukai saat ujian berlangsung.
Serigala yang telah menghindari serangan Lunar itu bergerak menjauh dan berbalik setelah beberapa saat. Dari gerak geriknya, serigala itu akan kembali menyerang mereka dengan kecepatan penuh.
“Lun, kita lari. Ayo kita cari pertolongan pada Alexa dan Leah.”
“Tapi kita tak tahu dimana mereka, Sean. Kau sendiri yang mengatakan hal itu. Dan juga-“
“Tak ada waktu. Ayo lari!” Begitu Sean mengatakan lari, Lunar langsung melesat begitupun dengan serigala itu.
“Ikuti aku, aku mencoba mengikuti jejak bau Leah.”
Lunar mengangguk patuh pada perintah Sean. Lunar tahu, indra penciuman Sean berada di tingkat yang lebih sensitif dari Lunar.
“Sebisa mungkin kita harus saling melindungi, Sean. Dan kumohon kepadamu untuk tidak meninggalkanku,” pinta Lunar.
Sean mengangguk. Baginya permintaan Lunar itu terdengar lucu karena hal itu tak akan pernah terjadi. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika ia dan Lunar harus lulus ujian ini bersama-sama tak peduli apapun halangannya.
Sean dan Lunar adalah werewolf. Meski mereka hanya berlari menggunakan dua kaki dan tidak melakukan shift, mereka bisa berlari dengan cepat. Namun tetap saja, jika dibandingkan dengan kaki empat milik serigala, mereka akan kalah cepat. Dan begitu lah, serigala itu semakin dekat dengan mereka dan yang bisa mereka lakukan saat ini adalah dengan melakukan perlawanan terlebih dahulu sebelum kembali berlari. Tujuan mereka setelah ini hanya dua, yakni bertahan dari serangan serigala itu, dan mencari keberadaan kedua temannya.
Setelah posisi mereka sudah dekat dan serigala itu bersiap menyerang, Lunar yang berada di belakang Sean langsung berbalik dan mengayunkan pedangnya. Serigala itu lengah, dan ia mendapat luka sabetan pedang Lunar di kaki depan bagian kanannya. Darah yang mengucur dari luka itu membuatnya terlihat semakin buas lalu bergerak semakin cepat ke arah Lunar dan bermaksud membalasnya. Sean siaga. Ia bermaksud akan menyerang serigala itu saat serigala itu fokus untuk menyerang Lunar.
Seolah terjadi lagi, serigala yang semula fokus untuk menyerang Lunar itu kini langsung berbalik menyerang Sean. Sean tak siap. Ia mendapat Luka gigitan di tangan kiri dan luka cakaran di dadanya dengn begitu cepat. Pertempuran itu terlihat tak seimbang saat Lunar bergabung dan membantu Sean menyerang serigala itu. Dengan perlahan pergerakan Sean mulai melambat karena lukanya. Ia yang tak terbiasa merasakan luka kini tengah meringis menahan sakitnya dan berusaha melakukan perlawanan kembali.
Seekor serigala beta dan dua manusia itu bertempur seolah hidup dan mati mereka akan ditentukan saat itu juga. Serigala itu terus menyerang kedua manusia itu dengan buas seolah ia akan benar-benar membunuh mereka. Begitupun dengan Lunar dan Sean. Mereka tetap berusaha bertahan dan melawan di saat yang bersamaan. Mereka bertiga sama-sama terluka. Dan luka terparah di alami oleh Sean.
Setelah Sean tumbang, Lunar berusaha melindungi Sean dan tetap mengacungkan pedangnya yang telah berlumuran darah serigala itu ke arah serigala yang masih mampu bergerak gesit meski luka telah menghiasi tubuhnya. Dan bulu hitam serigala itu seolah menyamarkan jejak darah di sana.
Lunar merasa ada yang tidak beres di sini. Di dalam kesepakatan ujian, mereka diperintahkan untuk berhenti melakukan penyerangan saat mereka telah memiliki luka yang banyak. Mereka akan dinilai berdasarkan ketepatan, kecepatan dan kegesitan para peserta saat bertarung. Dan di sini, serigala itu telah memiliki banyak luka. Ia juga telah mendapati serigala itu berhenti sejenak untuk beberapa kali seolah tengah mengumpulkan kembali kekuatannya dan menyerang setelahnya.
Lunar yakin jika seharusnya, serigala itu menghentikan serangannya. Tapi apa ini? Serigala itu masih tetap menggeram seolah semakin marah dan terus menerus menyerang Lunar yang masih mempertahankan posisi untuk melindungi Sean yang sepertinya telah pingsan.
“Warrior! Seharusnya kau telah berhenti dan kami telah menang. Beberapa kali kau sudah melemah dan seharusnya sudah meninggalkan kami.” Lunar mengatakan hal itu sambil terengah-engah. Ia tahu jika tak sepatutnya ia mengatakan hal itu pada warrior di depannya ini. Lunar hampir mencapai batasnya. Ia bisa merasakan jika alam bawah sadarnya seolah berontak dan ingin jiwa serigalanya mengambil alih. Lunar tak bisa membiarkan hal itu. Panitia ujian telah berbaik hati untuk meringankan serangan pada mereka namun yang di depannya ini seolah abai.
Melihat serigala itu yang tak memberikan respon, Lunar jatuh terduduk. Tubuhnya mendadak melemah saat harum kayu cendana seolah menggelitik indra penciumannya. Jiwanya merasa tenang hingga membuat pedang dalam genggamannya jatuh. Namun, mendengar geraman lain mampu membuatnya menolehkan pandangannya ke arah suara itu. Sepertinya, tak hanya Lunar yang menoleh, serigala yang menyerangnya pun begitu. Bisa Lunar lihat jika ada sosok serigala lain yang bertubuh lebih kecil tengah menggeram ke arah mereka. Dengan cepat, serigala yang baru datang itu menyerang serigala yang telah banyak memiliki luka.
Lunar telah terhuyung dan jatuh tergeletak karena tubuhnya telah tak kuat menahan sakit yang ia rasakan. Lunar merasa jika pandangannya mulai berputar dan perlahan mengabur. Namun sebelum kesadarannya terenggut sepenuhnya, ia melihat banyak kawanan serigala lain datang menuju ke arahnya.
Tak ada yang benar-benar tahu bagaimana alur kehidupan ini berjalan, tidak ada. Manusia dan makhluk lainnya hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya dengan sebuah perkiraan semata. Dan jika ada yang mengatakan bahwa ada yang bisa melihat masa depan, hal itu hanyalah sebagian kecil. Tidak ada yang benar-benar bisa.Begitupun dengan Hana. Shewolf omega itu telah merasakan sendiri bagaimana hidup ini berjalan dengan keras tanpa pandang bulu untuk merangkul mereka yang diberkahi ataupun tidak olehnya. Sejak kecil, keinginannya hanya sederhana. Yakni hidup dengan baik bersama mate-nya, memiliki anak, karir mate dan anaknya yang sukses, dan ia yang hidup tenang sebagai ibu rumah tangga yang baik. Ia juga tak lupa mendoakan kehidupan yang baik untuk kakak kesayangannya.Semua berjalan dengan seperti yang ia inginkan. Ia memiliki mate, anak, karir yang bagus untuk keduanya, dan ia yang kini hanya hidu
Rogue, serigala tanpa kawanan dan biasanya memburu pack-pack kecil untuk dijadikan tawanan. Mereka cenderung bertindak secara brutal dan tanpa terkecuali menyerang werewolf yang tengah berkeliaran sendiri. Tak jarang, mereka membuat kelompok-kelompok kecil untuk mencari masalah dengan pack lain. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang baik, karena itu mereka selalu dianggap biang masalah untuk pack kecil maupun pack besar. Rogue yang membuat kelompok disebut rogues. Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang menetap dan biasanya mendiami gua-gua di wilayah netral atau wilayah yang bukan teritori suatu pack. Terkadang, mereka menyerang pack kecil dan menjadikan pack itu tempat tinggal mereka atau mengajukan kerja sama untuk bergabung dengan beberapa syarat. Tentunya jika kedua belah pihak menyetujui. Akan tetapi, banyak pack
“Lalu, Sean. Menurutmu bagaimana rasanya saat bertemu dengan mate?” tanya Lunar. Ia selalu memikirkan aroma yang mengusiknya sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran waktu itu.“Menurut orang yang sudah menemukan mate mereka, di awal pertemuan mereka akan merasakan sebuah aroma menenangkan yang akan menggelitik indra penciumanmu. Hanya kau yang mampu merasakan betapa aroma itu sangat memabukkan. Orang lain akan menganggap aromanya terlampau biasa. Untukmu, kau akan dibayangi aroma itu terus menerus,” jawab Sean.Lunar terdiam mencerna ucapan Sean. Jika memang benar seperti itu, apakah itu berarti ia telah menemukan mate-nya? Apakah mate-nya adalah serigala yang datang saat itu? Jika iya, mungkinkah ....“Nar, katakan padaku! Apakah kau sudah menemukan mate-mu?” Hanya pertanyaan itulah yang mampu Sean utarakan saat melihat keterdiaman Lunar.
Setelah menghabiskan waktu selama satu minggu di Rumah Sakit, Lunar diperbolehkan keluar dan menjalankan aktifitas seperti semula. Belum ada kegiatan warrior, jadi ia ingin sekedar jalan-jalan di tempatnya diserang. Entahlah, ada sebuah dorongan untuknya melakukan hal itu. Berdoa saja agar ia tidak ditemukan oleh warrior yang sedang melakukan patroli.Selama dalam bimbingan Guru Dan, Lunar selalu digembleng untuk bisa bertarung tanpa mengandalkan kekuatan dari bentuk transformasi serigalanya. Lunar sudah melakukan hal itu dengan baik. Terbukti ketika ia bertarung melawan rogue itu, ia bisa menekan kuat keinginan berubah dalam dirinya. Untung saja tidak ada yang memancing emosinya. Jika ada, mungkin ia tak akan sanggup menahannya.Dengan perlahan, Lunar mulai mencoba mengingat-ingat di mana tepatnya ia bertarung. Saat itu, ada banyak darah yang keluar dari tubuhnya, Sean, dan rogue itu. Mungkin dengan mengandalkan bau darah
Sebenarnya, Lunar sudah mempersiapkan hatinya untuk jawaban terburuk seperti ini. Mengetahui secara langsung dari bibir mate-nya bahwa ia seorang rogue bukanlah hal yang enteng untuk tetap mempertahankan kondisi kejiwaannya. Ia hampir memekik jika saja ia tak ingat jika sebelumnya ia telah mengatakan dengan gamblang bahwa ia menerima mate-nya. Bukan maksudnya untuk menyesali apa yang telah terjadi. Namun, masalah ini terasa sangat pelik untuk kedepannya.Masalah mate seorang Rogue bukanlah masalah yang enteng untuk dihadapi. Apalagi untuk seorang warrior yang baru diterima seperti Lunar. Akan lebih mudah jika ia belum memasuki ujian warrior dan dinyatakan lulus. Untuk warrior yang baru diterima seperti Lunar, ia harus mengabdikan diri setidaknya selama 10 tahun sebelum mengundurkan diri secara sukarela.Mungkin jika status Lunar belum menjadi warrior, ia bisa mengatakan pada alph
“Kakak, bagaimana rasanya bertemu dengan mate?”Seorang gadis berambut biru gelap sebahu menolehkan kepalanya kepada si penanya yang sedang duduk di belakangnya. Ia sedang memasak, dan pertanyaan yang masuk ke telinganya membuatnya berpikir jika ada sesuatu yang sedang terjadi.“Oh, tidak! Sebentar, aku harus keluar!” Sebuah nada panik terdengar dari gadis itu. Sesuai ucapannya, Ia langsung berlari menuju luar rumah untuk memastikan sesuatu. Tak ayal, pemuda yang menanyakan suatu hal padanya tersebut langsung menggelengkan kepalanya melihat tingkah spontan kakaknya.“Ya Tuhan, Vian! Bulan masih terbit dari timur dan hari ini tidak ada fenomena Super Blood Moon, Super Moon, Blue Moon, Red Moon, atau apalah itu. Tapi mengapa tiba-tiba kau menanyakan tentang mate padaku?” Gadis itu langsung mencerca dengan ocehannya tentang bulan dan mendekatkan wajahnya ke arah
Davian masih menyesap teh di cangkirnya. Pandangannya menatap tumpukan kue kering yang tertata di atas meja namun pikirannya sama sekali tak berada di sana. Ia memikirkan tentang pertemuannya dengan Lunar saat itu, dan ia tahu, kisah hubungannya tak akan semulus kisah kedua orang tuanya.Akan lebih baik jika mate-nya adalah seorang Rogue juga sama sepertinya. Akan lebih mudah juga baginya jika ia tergabung dalam suatu pack. Dan ia yakin jika Lunar memikirkannya juga. Shewolf itu tergabung dalam sebuah pack, itu berarti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.Mungkin memang sudah jalan takdirnya yang seperti ini. Ia ingin berharap semuanya menjadi lebih mudah untuk ia jalani. Namun apa daya. Ia tidak boleh mengeluh akan takdirnya atau semua sama saja. Terbersit di ingatannya akan manusia yang berkata jika kita tak akan diberikan takdir yang tak sanggup kita jalani. Ia tak akan pernah untuk menyesalinya k
Kau pernah mengalami hal mendebarkan yang terjadi saat pertama kali kau mendapat misi pertamamu? Atau saat kau mendapat masalah pertama di tempat kerjamu? Begitulah yang kini Lunar rasakan. Jantungnya berdebar kencang dengan keringat mengalir dari pelipisnya. Tangan kanannya memeluk leher wolf yang ia tunggangi mulai basah akan keringat, dan tangan kiri yang memegang pedang yang tersampir di pinggang kirinya juga memiliki kondisi yang sama dengan tangan kanannya. Ini adalah pengalaman pertamanya menuju pertempuran semenjak ia menjadi warrior di pack-nya. Selama ia dilantik menjadi warrior, ia hanya melakukan tugas kecil seperti menjaga perbatasan –yang ia gunakan kesempatan itu untuk bertemu mate-nya— , berkeliling menjaga keamanan di dalam pack, dan berlatih tanding sesama warrior muda yang baru dilantik sama sepertinya, dengan catatan ia akan bertemu dengan mate-nya saat ia bertugas seor