Pada pagi hari, Tetua Mo secara khusus datang untuk melihat para murid-muridnya berlatih. Kakek tua itu menggabungkan anak didik Gun Ting dan An Ting menjadi satu kelompok."Di mana Bocah itu?" tanya Tetua Mo mencari-cari seseorang."Apakah yang Anda maksud adalah Renggin Ang, Tetua," ucap An Ting balik bertanya."Iya, di mana dia?"An Ting menoleh ke arah Go Yang. "Hey, Adik Yang, bukankah kau sekamar dengan Renggin Ang? Di mana dia?""Emm ... anu, Renggin Ang ... dia ..." Go Yang sedikit takut, kejujurannya akan membawa Renggin Ang dalam bahaya. Namun, dia hanya bisa pasrah dan berharap Renggin Ang baik-baik saja. "Dia masih tertidur pulas, bahkan hingga saat ini. Aku sudah membangunkannya, tapi dia tak kunjung bangun juga.""Heh, anak itu cukup bernyali rupanya. Padahal, aku sengaja datang ke sini untuk mengujinya," ucap Tetua Mo dengan wajah merah padam. "Gun Ting, ikut aku ke kamarnya!""Siap, Tetua!" Gun Ting berjalan mengekor Tetua Mo.Sementara itu, Renggin Ang yang terlihat ti
"Anak ini benar-benar tidur dan bermimpi? Bagaimana bisa dia mengendalikan tubuhnya sementara dia tertidur?" ujar Gun Ting merasa aneh."Ini ... teknik unik yang hanya terdapat pada buku kuno itu, tak disangka bocah ini dengan cepat menguasainya," gumam Tetua Mo.Groook ... grooook ... fiuh ... nyam ... nyam.Suara dengkuran Renggin Ang nan indah, dengan nada-nada penuh irama, membuat darah setiap orang yang mendengarkannya mendidih hingga menguap ke otak."Sialan! Hey, bocah tengik ... apa kau meremehkanku?!" teriak Gun Ting berbicara sendiri."Haish, memang mengesalkan!" desis An Ting."Gigitan semut merah!" Gun Ting menyerang Renggin Ang menggunakan roh hewan spiritualnya.Renggin Ang bertahan dengan perisai peang penjol cangkang keong, lalu anak itu berbalik menyerang dengan cacing penembus darah. Awalnya, darah di seluruh tubuh Gun Ting menggelembung seperti cacar. Lalu gelembung itu meledak membuat luka Gun Ting cukup serius."Aaaaargh!" teriak Gun Ting kesakitan.Semua yang meny
Seketika, raut wajah Renggin Ang berubah tak senang. "Apakah Senior ingin memburu Tuan Muda Lin dan menukarnya dengan berlian? Perlu Anda ketahui, dia adalah temanku. Jadi, urusannya adalah urusanku," ujarnya dengan suara menekan."Ka-kau, berteman dengannya? Ah, maaf. Aku tidak akan tergiur oleh berlian." Gun Ting berpaling.Renggin Ang pun berbalik. "Teknik bagong mabur!" Dia terbang dan hinggap di punggung sang monster."Ayo! Jangan mengganggu urusannya. Kita cari hewan spiritual ke tempat lain!" perintah pemuda itu kepada anak didiknya."Maaf, Senior. Aku akan pergi bertarung dengan Renggin Ang," ucap Go Yang sedikit membunggkukan badan."Kami juga akan pergi membantu Renggin Ang, Senior," imbuh Lan Tai dan San Tai."Huft. Jika kalian tidak ingin membantu, maka pergilah! Aku akan tetap di sini bersama mereka," ujar An Ting kepada kelompok Gun Ting."Kita juga akan membantu." "Benar. Ketua sudah banyak membantu kami di Hutan Pelatihan.""Sudah seharusnya kita membantunya.""Sekte
Beberapa saat yang lalu sebelum Li Lin bertemu Renggin Ang, dia bertemu dengan Ampy Ang. Saat itu Ampy Ang sedang membantu Shen Tie Er untuk kabur dari rombongan Keluarga Shen saat mereka sedang berniaga.Ampy Ang menyadari keberadaan seseorang sedang berlatih. Yang membuat Ampy Ang yakin untuk menemuinya adalah karena adanya aura pedang lapuk yang dia kenal."Ada aura yang aku kenal di sekitar sini," ujar Ampy Ang kepada Shen Tie Er.Kemudian, mereka bertemu orang itu yang ternyata adalah Li Lin."Kau ... Li Lin?!" kejut Ampy Ang tiba-tiba muncul di hadapannya.Namun, Li Lin tidak kaget karena pada dasarnya dia tidak bisa melihat. Saat itu, Li Lin hendak menyatukan raganya dengan roh pedang kayu agar ia bisa meminjam matanya untuk melihat."Si-siapa kau?" tanya Li Lin. Dia merasa akrab dengan suara orang yang berada di hadapannya itu."Ka-kau kan, adik bocah itu ...." sela Suluh."Ampy Ang?!" tebak Li Lin."Benar.""Ah, syukurlah kau baik-baik saja. Aku senang, akhirnya kalian bisa b
Seorang gadis kecil muncul dari balik pohon. "Hihi." Dia menarik Shen Tie Er keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Renggin Ang.Renggin Ang mencubit sebelah pipi gadis itu dan berkata, "Kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kau malah main petak umpet?""Auuuh," rintih Ampy Ang mengelus pipinya."Anda salah paham, Tuan. Justru Ampy Ang datang ke sini untuk bertemu denganmu. Hanya saja ... dia sedikit usil," ujar Shen Tie Er mengembangkan senyum."Wah, pilihan adikmu benar-benar bagus, Ketua. Meskipun dia hanya seorang pejuang tahap kelima, tapi cantiknya luar biasa," bisik San Tai kepada Renggin Ang."Tutup mulutmu!" Renggin Ang membungkam mulut San Tai dan mendorong halus dari sisinya. "Menyingkirlah dulu, aku ingin berbicara dengan Nona ini!"San Tai mengundurkan diri dan mempersilakan Renggin Ang untuk berbicara dengan Shen Tie Er.Tepat pada saat itu, Ampy Ang melihat ada sekelompok orang mendekati mereka. Gadis itu bergumam, "Ada banyak orang sedang berjalan menuju
Guru pelatihan dari Tetua Pertama, membawa Renggin Ang dan Ba Ju ke sebuah ruangan. Pada ruangan itu, terdapat banyak ukiran lingkaran dengan corak yang berbeda. Di setiap lingkaran terdapat satu batu spiritual dengan warna yang berbeda."Lingkaran apakah ini?" ucap Renggin Ang bergumam sendiri.Roh Meriy Ang muncul dan melayang di belakang Renggin Ang. "Lingkaran ini dinamakan lingkaran spiritual. Pemimpin Akademi, secara khusus membuat lingkaran ini untuk membentuk suatu ruangan kosong dan menjadikan ruangan ini sebagai arena tanding," jelasnya."Pemimpin Akademi pasti orang yang sangat hebat," ujar Renggin Ang. "Dia adalah teman seperjuangan Kakek Mo," ungkap Meriy Ang."Apa! Heh, pantas saja para tetua lain tidak berani mengganggunya saat beliau tertidur.""Hei! Apa kau frustasi dan merasa mustahil mengalahkan Tuan Muda Ju, sehingga menjadi gila?" tegur guru pelatihan melihat Renggin Ang berbicara sendiri karena ia tidak bisa melihat roh Meriy Ang.Renggin Ang tersadar. Dia harus
"Aaaaaaaaargh!"Sakit, letih, dan lemah itulah yang dirasakan Ba Ju saat ini. Dia merasa tak berdaya. Energi spiritualnya disedot habis oleh roh hewan spiritual milik Renggin Ang."Hosh ... hosh." Ba Ju merasa sangat lelah, padahal tidak melakukan apapun. "Sial!" decaknya. Bahkan untuk menompang tubuhnya agar tetap berdiri pun tak sanggup.Bruuuk!Akhirnya dia terjatuh.Seketika, suasana menjadi hening. Riuh-riuh para penggemar Ba Ju lenyap tak bersuara sepatah kata pun.Begitu pula dengan Bara Ang. "Apa-apaan ini? Sejak kapan dia menjadi sehebat itu?" gumamnya tak percaya.Di ruang pertemuan para tetua, Tetua Mo bangkit dari tempat duduknya. "Sayang sekali, kalian telah menyia-nyiakan anak berbakat itu dan sekarang anak itu adalah milikku." Kakek tua itu tersenyum bangga. Kemudian dia kembali ke kediamannya."Hmm ...." Shen Tie Er memandangi Renggin Ang sembari tersenyum-senyum."Ehem. Mohon maaf, Nona keempat. Kami harus membawa Anda kembali ke Daerah Itsnen. Tuan Shen meminta Anda k
"Huaaaaaa!" teriak Bara Ang terperanjat hingga jatuh ke belakang.Ikan raksasa itu membuat sebuah lapisan sisik untuk mengurung Renggin Ang dan Bara Ang di dalam wilayahnya."Beraninya memasuki wilayahku! Kalian pikir aku akan membiarkan kalian pergi dengan mudah?" seru si ikan."Ka-kau ... bisa bi-ca-ra?" ucap Bara Ang terkejut.Renggin Ang tidak merasa heran karena dia sendiri pernah berbicara dengan roh hewan spiritualnya."Hei, Ikan bethik! Kami hanya mengambil sebotol air untuk menghilangkan dahaga di perjalanan. Tidak ada maksud mengganggumu. Lagipula, kami sunggu tidak tahu bahwa danau ini adalah wilayahmu," ujar Renggin Ang."Aku tidak peduli, kalian akan kujadikan sebagai makan malamku hari ini. Haha, sudah lama sekali aku tidak menyantap daging seorang kultivator."Bara Ang tetap berlari menjauh hingga menabrak dinding lapisan sisik yang di buat oleh sang ikan. "Sial! Benar-benar tidak bisa keluar dari sini," decaknya.Buuur!Ikan itu menyerang Renggin Ang dengan semburan air