LOGINSetelah mati kelelahan karena kerja rodi di kehidupan sebelumnya, semua yang diinginkan Felicity adalah reinkarnasi yang tenang dan malas. Dewa mengabulkannya—dengan caranya sendiri. Kini terlahir sebagai putri bangsawan di era Victoria, Felicity diberikan "berkat" pengetahuan tak terbatas untuk memajukan peradaban. Masalahnya? Dia tidak bisa berhenti. Setiap kali dia mencoba untuk bersantai, membaca novel, atau sekadar menikmati teh, sebuah ide revolusioner—mulai dari mesin uap yang lebih efisien hingga teori ekonomi baru—terbakar di kepalanya, memaksanya untuk mewujudkannya. Felicity terjebak dalam mimpi buruk terbarunya: menjadi workaholic paling produktif di dunia, demi satu tujuan akhir yang ironis: bisa menjadi orang yang benar-benar malas.
View More("....Takdirmu yang sebenarnya dimulai dari sini....")
Ruang Pertemuan Insinyur Kerajaan Ruangan itu luas, berpanel kayu gelap, dan dipenuhi oleh para pria berumur dengan janggut yang terawat rapi dan sorot mata yang penuh skeptisisme. Inilah singa-singa tua yang akan menguji anak kecil yang dianggap membawa mainan baru. Di antara para pria tua itu, ada seorang wanita muda yg duduk dengan elegan Memakai gaun burgundy Serta tatanan rambut sederhana. Tatapannya menyapu ruangan, dan para insinyur itu terkejut. Mereka mengharapkan wanita muda yang pemalu, tetapi yang mereka temui adalah sepasang mata hazel yang membara dengan intensitas yang hampir menakutkan. seorang profesor memecah kebekuan. "Lady Ashworth," mulainya dengan nada meremehkan, "Desainmu... cukup menarik. Namun, sebagai akademisi, saya harus bertanya. Prinsip tekanan hidrolik pada bagian ini," ia menunjuk sebuah titik di blueprint, "bukankah itu terlalu... spekulatif? Di dunia nyata, faktor keausan material dan sedimentasi akan—" "Professor," sela wanita muda yang di kehidupan ini bernama Felicity Ashworth. Suaranya tidak keras, tapi memotong seperti pisau. Dingin. Jelas. Setiap orang di ruangan terdiam. "Apakah Anda sudah menghitung koefisien gesekan pada pipa tembaga versus besi cor? Dan apakah Anda sudah mempertimbangkan komposisi mineral dari sumber air utara yang akan digunakan?" Profesor itu membeku. Mulutnya sedikit terbuka. Itu adalah perhitungan teknis yang sangat spesifik, biasanya hanya diketahui oleh para ahli yang telah bertahun-tahun mempelajarinya. "Saya... itu bukan inti dari—" "Bukan intinya?" Felicity menyela lagi, kini dengan senyum tipis yang tidak sampai ke matanya. Dia berdiri, mendekati papan tulis besar di sampingnya. Dengan kapur, dia mulai menuliskan serangkaian rumus dan angka dengan cepat dan lancar, seolah-olah itu adalah bahasa ibunya. "Intinya adalah, asumsi Anda tentang 'dunia nyata' didasarkan pada data usang. Laporan geologi kerajaan dari lima tahun lalu jelas menunjukkan tingkat sedimentasi yang lebih rendah dari yang Anda kira. Desain saya sudah mengkompensasi hal itu dengan sudut kemiringan yang berbeda di sini... dan di sini." Dia mengetuk-ngetuk papan tulis dengan kapur, suaranya berderak penuh keyakinan. Setiap kalimatnya adalah fakta. Setiap argumennya didukung oleh data yang tidak bisa mereka sangkal. Sarkasme yang biasanya dia simpan untuk percakapan pribadi kini berubah menjadi ketajaman intelektual yang mematikan. Seorang insinyur lain mencoba berargumen. "Tetapi biaya untuk material yang Anda usulkan—" "Lebih mahal di awal," sahut Felicity tanpa menoleh. "Tetapi tahan lima belas tahun lebih lama, mengurangi biaya perbaikan hingga tujuh puluh persen dalam satu dekade. Bukankah matematika keuangan juga termasuk dalam keahlian Anda, Tuan?" Ruangan itu sunyi. Hanya suara gesekan kapur di papan tulis yang terdengar. Felicity tidak membela dirinya. Dia menyerang. Dengan presisi seorang ahli bedah, dia membongkar setiap keraguan, setiap pertanyaan, dengan logika dan data yang begitu solid sehingga tidak ada celah untuk bantahan. Profesor yang awalnya mencibir itu, Wajahnya pelan-pelan berubah. Dari meremehkan, menjadi terkejut, lalu akhirnya... terpana. Profesor itu bernama Ignatius Sterling. Yang dia lihat saat ini bukan lah seorang gadis bangsawan biasa, tetapi insinyur dengan pikiran brilian yang bahkan mungkin melampaui dirinya. Setelah Felicity menyelesaikan penjelasannya yang runtut, dia meletakkan kapur. "Ada pertanyaan lain?" tanyanya, suaranya kembali datar, tetapi kini membawa wibawa yang tidak terbantahkan. Tidak ada yang menjawab. Beberapa orang hanya bisa menggeleng-geleng kepala pelan. Profesor Sterling akhirnya berbicara, suaranya terdengar lebih tua dan lebih kagum dari sebelumnya. "Saya... menarik kesimpulan saya terlalu cepat, Lady Ashworth. Penjelasan Anda... sangat lengkap." Itu adalah pengakuan yang sulit diucapkan, tetapi tulus. Felicity duduk kembali. Amarahnya telah mereda, digantikan oleh kepuasan yang dalam. Dia menatap para insinyur yang kini memandangnya dengan hormat. Dalam hatinya berkata " tentu teknologi yg ku ciptakan sempurna. Aku membuatnya dengan ilmu modern yang bahkan belum di temukan di dunia ini" Felicity ashworth bukan lah jiwa asli dari dunia ini. Wanita itu mengalami peristiwa reinkarnasi. Di dunia lamanya felicity hanya seorang karyawan di perusahaan teknologi. Lahir sebagai anak bungsu dari keluarga sederhana dengan 4 bersaudara, membuatnya mengejar beasiswa penuh untuk bisa berkuliah. Pintar dan pekerja keras yg tangguh, itu lah kehidupan yg di jalani dulu. Namun sayang, penyebab kematiannya dulu karena kelelahan bekerja. Ingatan peristiwa itu seolah baru terjadi kemarin. Terkubur dalam kerja keras, Felicity tewas karena kelelahan. Alih-alih mendapat ketenangan abadi, dia justru bertemu sosok gaib yang mengirimnya ke dunia baru sebagai putri bangsawan. "Kau akan memiliki kehidupan yang tenang," kata sosok itu, "dengan satu hadiah: pengetahuan dari duniamu yang lama." Felicity, yang hanya ingin tidur nyenyak, panik. "Aku tidak mau! Aku sudah lelah!" Namun, sosok itu bersikeras. "Istirahat akan menjadi hadiahmu. Kau akan tidur nyenyak... setiap kali berhasil menyelesaikan sebuah penemuan besar. Di antara proyek-proyek itu, pikiranmu akan terus membara, mendorongmu untuk mencipta tanpa henti." Protesnya sia-sia. Dia terlahir kembali sebagai Felicity Ashworth, tangisannya sebagai bayi menyembunyikan keputusasaan. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan baru yang dikutuk untuk terus produktif. -Bersambung-Lysander mendekapnya lebih erat, bingung tapi berusaha menenangkan. "Siapa, Flick? Siapa yang ada di sini?" tanyanya lembut sambil menatap sekeliling ruangan yang kosong."Dia... pria itu... dengan setelan abu-abu..." ucap Felicity tergagap, masih gemetar. "Selama ini... dia menghantuiku..."Sekarang Lysander memahami. Ini bukan sekadar kelelahan atau stres, ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi pada Felicity. Sesuatu yang membuatnya melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain.Pelukan Lysander bagai menjadi dinding kokoh yang menahan semua sisa-sisa badai emosi dalam diri Felicity. Setelah amukannya yang meledak-ledak, setelah tangis histeris yang menguras habis tenaga terakhirnya, tubuhnya yang kelelahan akhirnya menyerah. Getaran di pundaknya perlahan mereda, napasnya yang tersengal-sengal berubah menjadi teratur dan dalam. Di dalam dekapan hangat Lysander, di antara rasa aman yang lama tidak dia rasakan, Felicity akhirnya tertidur lelap. Tid
Dia menyandarkan tubuhnya yang gemetar pada sandaran kursi, kepalanya terasa ringan, tapi matanya membara dengan kombinasi ngeri dan kejengkelan yang mendidih. "Kau sudah mengambil tidurku. Kau sudah mengambil ketenanganku. Apa lagi? Apa lagi yang harus kau ambil sampai kau puas?"The Grey Gentleman berbalik sepenuhnya kini. Senyum tipisnya tidak berubah, tetapi matanya yang abu-abu itu seakan menyipit sedikit, seperti seorang ilmuwan yang mengamati reaksi menarik dari subjek eksperimennya. Dingin dan penuh perhitungan."Menghantui?" ujarnya perlahan, seolah mengeja kata itu dengan rasa penasaran. "Kau menyebutnya 'menghantui', Felicity? Itu adalah istilah yang... dramatis." Dia mengambil satu langkah mendekat, dan aroma besi tua serta debu perpustakaan seolah tergantikan oleh hawa dingin yang dibawanya."Aku hadir dalam mimpimu karena itu adalah bahasa yang paling mudah untuk jiwa yang sedang kebingungan seperti dirimu. Tapi kau, dengan keras kepalamu yan
Malam-malam itu adalah siksaan yang tiada henti. Beatrice tidak pernah meninggalkan sisi ranjang Felicity. Dia menyaksikan bagaimana wanita muda yang biasanya begitu tangguh itu terpelintir dalam selimut keringat dingin, matanya terpejam rapat namun bola matanya bergerak-gerak cepat di balik kelopak, mengejar sesuatu yang tidak bisa Bea lihat.Felicity tidak lagi berteriak. Tenaganya habis. Yang tersisa adalah tangisan yang nyaris tanpa suara. Desisan napas tersendat dan tetesan air mata yang membasahi bantal. Tubuhnya gemetar, tetapi jeritannya tertahan di dalam, seolah bahkan suara pun telah dikhianati oleh pikirannya sendiri. Tidur terlama yang berhasil diraihnya tidak lebih dari tiga jam, dan itu pun dipenuhi oleh kegelisahan yang membuatnya bangun lebih lelah daripada ketika ia memejamkan mata."Sudah, Flick, sudah... aku di sini," bisik Beatrice berulang kali, menepuk punggung Felicity dengan gerakan lembut dan stabil, sebuah jangkar di tengah badai yang tak
- DI RUANG KERJA PUTRA MAHKOTA -Lysander memegang erat laporan yang baru saja diterimanya, jari-jemarinya hampir membuat kertas itu kusut. "Chamomile Kaisar milik Lady Felicity mengalami kelayuan tanpa sebab yang jelas," ucapnya keras-keras. Suaranya rendah, mengandung rasa rindu dan kekhawatiran yang dalam. "Oh, Flick..."Dia berjalan ke jendela dan memandang taman pribadinya, seolah mencari jawaban di antara hamparan bunga. "Chamomile Kaisar... bunga yang kupilih khusus untuknya. Karena kelopaknya yang putih dan sederhana, tapi memiliki ketahanan dan kekuatan penyembuh yang luar biasa. Persis seperti dia."Seorang ajudan yang setia berdiri di dekat pintu, memberanikan diri bertanya, "Apakah Yang Mulia sedang mengenang sesuatu?"Wajah Lysander berbinar dengan kenangan manis yang sekaligus terasa pedih. "Ya. Aku masih ingat betul ekspresinya saat pertama kali kuberikan benih itu. Dia tertawa ringan, lalu berkata, 'Lysander, kau tahu aku tidak pan
Bea dengan sabar menuntun Felicity berjalan-jalan di taman, berharap udara pagi yang segar bisa sedikit menyegarkan pikiran gadis itu. Felicity berjalan dengan langkah lambat, matanya masih redup, tapi setidaknya dia mau mengikuti ajakan Bea."Lihat, Flick," ucap Bea sambil menunjuk ke arah bunga mawar yang baru mekar, "Bunga-bunga mulai bermekaran. Musim semi benar-benar tiba."Felicity hanya mengangguk lemah, tidak merespons lebih dari itu. Namun, saat mereka melewati sudut taman di mana Rowan sedang bekerja, sesuatu menarik perhatian Felicity."Rowan, apa yang kau lakukan?" tanya Bea, memperhatikan Rowan yang sedang berlutut dengan wajah khawatir.Rowan mengangkat kepalanya, wajahnya tampak frustrasi. "Aku mencoba menyelamatkan tanaman chamomile Kaisar dari Yang Mulia Putra Mahkota, tapi lihat..." Dia menunjuk tanaman yang mulai layu. "Mereka semakin lemah tanpa alasan yang jelas. Padahal aku sudah merawatnya dengan sangat hati-hati."
Bea telah menyiapkan segala sesuatu dengan penuh perhatian. Teh chamomile yang diseduh dengan madu, bantal-bantal disusun nyaman, minyak lavender diteteskan di setiap sudut ruangan, bahkan dia telah mengganti seprai dengan yang terbaru dan terlembut. Ruangan yang biasanya dipenuhi sketsa mesin dan diagram teknik kini berubah menjadi semacam kapsul pelindung, sebuah benteng melawan teror malam."Minum ini dulu," ucap Bea sambil menyuapi Felicity teh hangat seperti menyuapi anak kecil. Tangannya yang gemetar membuat sendok sedikit bergetar.Felicity patuh membuka mulutnya, menyeruput teh dengan gerakan mekanis. Matanya yang biasanya berbinar penuh kecerdasan kini bagai kolam yang keruh, memantulkan bayangan ketakutan yang tak terucapkan.Setelah memastikan Felicity sudah mengenakan gaun tidur yang nyaman, Bea dengan hati-hati membimbingnya ke tempat tidur. Prosesi ini terasa seperti ritual suci, setiap gerakan penuh dengan makna dan doa."Kau lihat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments