Sejak Ampy Ang berpisah dengan Renggin Ang, dia sudah merasa diawasi oleh beberapa orang. "Haish, mata mata orang-orang itu sangat mengganggu," gumamnyaSejenak Ampy Ang mengabaikan mereka, tapi mereka semakin mendekat dengan gelagat orang-orang sombong yang sok berkuasa. Beberapa pria itu melangkah dengan kaki sedikit mengangkang mendekati Ampy Ang."Hey, gadis kecil yang cantik. Izinkan aku membantumu," kata seorang pemuda mengulurkan tangannya kepada Ampy Ang sembari mengembangkan senyum."Terima kasih atas tawarannya. Tapi aku tidak membutuhkan bantuan," ucap Ampy Ang dengan ekspresi dingin. Wajahnya berpaling dari para lelaki itu.Pemuda itu menahan bahu Ampy Ang lalu memutar badannya, membuat mereka saling berhadapan kembali. "Kau tahu siapa aku?" ucapnya menekan dagu Ampy Ang dengan cubitan ringan ibu jari dan jari telunjuk."Aku tidak peduli siapapun Anda!" balas gadis itu memasang raut wajah tak senang."Hahaha." Beberapa orang di belakang pemuda itu tertawa. "Berani menolak
Berdasarkan urutan peringkat, Tin Ju berada di urutan ke-30. Dan setelah dia kalah, maka posisi tersebut di ambil alih oleh Renggin Ang.Para tetua yang awalnya tidak memperdulikan anak itu, kini setiap saat mereka terus memantau perkembangannya. Kemajuannya yang begitu pesat, membuat Renggin Ang tiba-tiba menjadi populer dari kalangan murid baru.Buku yang dipinjam dari perpustakaan akademi, memiliki masa waktu tiga tahun. Murid yang meminjam, harus mengembalikannya dan tidak boleh meminjam buku itu lagi. Jadi, mau tidak mau harus menguasai buku tersebut dalam waktu tiga tahun. Pada tengah malam, saat anak-anak yang lain tertidur pulas, Renggin Ang pergi bersama adiknya ke kediaman Tetua Mo. "Kakek, bolehkah aku meminta sesuatu." Renggin menyatukan kepalan tangan kanan ke telapak tangan kiri sembari menundukkan kepala. Di sisinya, ada Ampy Ang berdiri tegak merangkul tiga buah buku yaitu buku kuno N-O-V-E-L, Kitab Elemen Api dan Kayu, dan buku Sang Legenda Raja Burung."Apa yang kau
Setelah sekian lama Renggin Ang mendaki, anak itu belum menemukan satu bahan pun untuk dijadikan pil. Hingga malam tiba, dia menginjakan kaki di puncak gunung, matanya melebar menatap takjub. Di sana anak itu melihat berbagai jenis tanaman dan tumbuhan. Lahan di atas gunung itu, terlihat seperti kebun. Banyak kunang-kunang berkeliaran menerangi gelapnya malam. "Woaah! Apakah semua ini adalah tanaman obat?""Hati-hati! Sebagian dari tanaman yang ada di sini mengandung racun!" cegah sang leluhur.Kemudian, mata Renggin Ang tertuju pada sebuah pohon berwarna abu-abu tua. Pohon itu berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda dengan daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm, dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung."Kakek Leluhur, bukankah ini pohon kayu legi?" tanya Renggin Ang menunjuk pohon itu."Benar. Ambil beberapa jika kau memerlukannya, dan lihatlah ke arah sana!" Duata Hun mengacungkan telunjuknya ke arah sebuah tanaman berdau
Tiga bulan kemudian ....Berkat bantuan Li Lin, Ampy Ang berhasil mengumpulkan tiga buah batu spiritual dengan warna yang berbeda. Pemuda itu bahkan pernah menjelajah ke Daerah Itsnen demi mencari ketenangan untuk mempelajari teknik-teknik yang diajarkan ayahnya. Dia mengajak Ampy Ang berkeliling di daerah itu, hingga mereka kembali ke perbatasan wilayah kekuasaan Keluarga Ci."Maaf, sepertinya kita harus berpisah di sini. Terima kasih atas semua bantuan yang telah kau berikan. Aku sangat senang bisa mengenalmu dan Kakakmu. Aku akan kembali setelah cukup kuat melawan para pembunuh itu," ucap pemuda buta dengan sebuah topeng hitam emas terpasang di wajahnya."Kau ... mau ke mana?" tanya Ampy Ang merasa tak rela."Mencari ilmu hingga ke ujung Benua Ni."Ampy Ang terdiam."Ini ...." Li Lin memberikan sebuah giok berwarna biru muda kepada Ampy Ang. Giok itu berbentuk seperti cangkang keong dengan titik putih di tengah. "Saat ayahku masih hidup, beliau memintaku agar memberikan giok ini k
"Tidak ada celah!" gumam Ampy Ang dikelilingi oleh para pembunuh bayangan. "Huh, aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkan mereka."Dua orang pembunuh bayangan menangkap Ampy Ang dan membawanya ke hadapan Pang Ling. Gadis itu cepat-cepat membuang muka berharap lelaki yang berada di hadapannya tidak mengenalinya."Hoho. Kita lihat, siapa yang berani menyusup ke wilayahku!" ucap Pang Ling menjambak rambut Ampy Ang dan memutar kepalanya. Betapa terkejutnya Pang Ling, ternyata penyusup itu adalah gadis idamannya. "Kau ...""Adik Ketua!" seru Go Yang memotong ucapan Pang Ling. "Kalian saling mengenal?" tanya Pang Ling."Tidak," jawab Ampy Ang cepat."Heh! Kau pikir aku akan percaya?!" Pang Ling tersenyum tipis. "Pengawal! Bawakan aku sebuah golok untuk memotong kepala mereka berdua."Kau!" Ampy Ang menggertakkan gigi."Kenapa? Bukankah kau tidak mengenalinya?Jadi, untuk apa kau peduli." Pria itu menekan dagu Ampy Ang, hingga menyetuh ujung bibirnya. "Aku kira, kau sudah mati." Tiba-ti
Cuuuur!Cairan ekstrak bawang mengucur deras dari botol ke botol. Renggin Ang membuat segelondong bawang dan mengekstraknya menjadi lima botol. Cairan ini termasuk ramuan herbalis tingkat pertama. Manfaatnya yaitu, jika dioleskan dapat menyembuhkan luka luar separah apapun dalam waktu sehari semalam. Jika diminum, dapat menyembuhkan organ dalam separah apapun."Kau telah menguasai dasar-dasar pembuatan pil dan ramuan. Untuk tingkatan selanjutnya akan sedikit lebih sulit tingkat pembuatannya," jelas Duata Hun."Seperti pil penawar yang ibu buat untuk Ampy Ang waktu itu. Aku masih mengingatnya, pembuatan buah ajw harus menggunakan nyala api yang kecil agar tidak merusak kasiat buah tersebut," ucap Renggin Ang."Benar sekali."Setelah itu, Renggin Ang memberikan sebotol ramuan bawang kepada Go Yang. "Oleskan cairan ini ke seluruh tubuh kakakmu dan minumlan juga untuk menyembuhkan organ dalamnya.""Terima kasih, Ketua," timpal Go Yang mengambil ramuan tersebut. "Ingat, jangan sampai kau
"Kau herbalis yang membuat pil itu?" tanya Rin Ci nyelonong maju ke depan."Benar, Nona. Namanya adalah Renggin Ang," tunjuk Gon Tai memperkenalkan seorang pemuda di sampingnya."Astaga ... aku pikir, seorang herbalis yang berada di benakku adalah seorang kakek tua renta yang sudah bau tanah.""Pffft ...." Renggin Ang tertawa."Anda benar, Nona. Beberapa herbalis yang pernah berkunjung ke kedaiku, mereka semua sudah beruban dan keriput. Kecuali anak ini." Gon Tai merangkul Renggin Ang selayaknya anak sendiri."Tapi, umurku sudah 10 tahun. Dan aku juga semakin hari akan bertambah semakin tua," celoteh Renggin Ang."Bbbuahahahaha!" Pe Ci tertawa lepas. "Sudah 10 tahun? Astaga ... benar-benar masih tengil."Namun, dari pandanga Rin Ci, Renggin justru terlihat sangat mengagumkan. Dirinya yang saat ini juga baru saja menginjak usia 10 tahun, merasa ingin lebih dekat dengannya."Ehem. Jadi, bantuan apakah yang Anda butuhkan dari bocah tengil sepertiku, Senior?" tanya Renggin Ang melipat kedu
Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, seketika diam mendengar teriakan Ampy Ang. Kelin Ci dan Kun Ci saling memandang. Kemudian Kun Ci berkata."Apa kau benar-benar tahu apa yang sedang terjadi pada ayah kami?""Bagus! Lanjutkan aksimu, Nak," Puji sang leluhur. "Bilang kepada mereka bahwa di dalam tubuh Tuan Ci terdapat cacing parasit merah. Hewan spiritual kecil, tapi sangat mematikan. Cacing parasit ini menyedot habis tenaga dan energi spiritual inangnya, sehingga sang inang tempat bersemayam mereka, terlihat tidak bertenaga dan tidak dapat menggunakan energi spiritualnya. Semakin cacing parasit itu ditekan dengan energi spiritual, maka mereka akan semakin berkembang biak. Energi spiritual ini adalah makanan yang sangat bergizi bagi mereka."Ampy Ang menjawab pertanyaan Kunci. "Tentu saja aku mengetahuinya." Kemudian, gadis itu memberitahu kepada mereka persis seperti apa yang dikatakan sang leluhur kepadanya.Mereka terbengong mendengar penjelasan Ampy Ang."Astaga, apa yan