Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya.
"Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang."Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi."Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang.""Ah, ternyata begitu."Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan."Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul."Aaaaargh!"Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggin Ang kaget."Astaga!"Sejenak, Renggin Ang melihat matanya berkilau keemasan."Kakak!" Gadis itu masih melotot dengan tatapan kosong."Apa kau baik-baik saja, Ampy?" tanya Renggin Ang."Mataku ...""Ada apa dengan matamu?" Renggin Ang mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Ampy Ang."Mataku bisa melihat tembus pandang dari pakaian, kulit, hingga ke tulang, tanpa harus menggunakan jurus mata elang.""Wah! Hebat!""Pffft." Gadis mungil itu tertawa, saat dia menyadari kelima jari kaki Renggin Ang bulat-bulat sebesar telur. "Hahahahahahaha!"Mendengar tawa Ampy Ang yang memecah, Kent Ang datang bersama Beru Ang."Hei, Ampy. Apa yang terjadi padamu?" tanya Beru Ang. "Tadi, aku mendengar jeritanmu seperti orang kesakitan dan sekarang, tiba-tiba kau tertawa.""Aku berhasil membuka satu titik meridian menembus tingkat pejuang tahap pertama," jawab Ampy Ang bangga."Hebat!" Beru Ang menarik-narik baju Kent Ang. "Ayah, ajari aku berkultivasi.""Tentu saja ayah akan mengajarimu suatu saat nanti." Lalu mata Kent Ang melirik ke arah Renggin Ang. "Renggin, kau berhutang penjelasan ...""Ah, aku tau. Aku akan menceritakannya sekarang," ucap Renggin Ang memotong pembicaraan pamannya.Renggin Ang pun menceritakan apa yang telah terjadi. Dia menjelaskan, bahwa ayahnya mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Anak itu juga bilang, Ibunya tersegel di dalam sebuah buku kuno yang selalu dia bawa."Mengapa para master itu memburu ayah dan ibumu?" tanya Kent Ang."Paman tidak benar-benar menganggap ayah sebagai seorang sampah, kan?""Aku selalu menganggap, ayahmu adalah sosok pria yang misterius.""Benar, ayah adalah pria yang misterius. Apakah Paman pernah mendengar tentang Keluarga Hun dari Benua Yu?""Aku pernah mendengarnya. Sayang sekali, mereka hanya bertahan hingga generasi ketujuh. Padahal setiap anak yang terlahir dari keluarga itu, akan menjadi orang yang berkualitas." Seketika terbesit dalam pikiran Kent Ang bahwa nama marga ayah Renggin Ang adalah Hun."Tunggu. Mungkinkah ... ayahmu adalah generasi ketujuh Keluarga Hun?" imbuh Kent Ang."Iya.""Astaga! Tetaplah di sini bersamaku, Paman akan melindungi kalian sampai titik darah penghabisan," ujar Kent Ang menggenggam erat tangan Renggin Ang."Tidak, Paman. Enam bulan lagi akan ada pertandingan keluarga. Jika aku tidak bisa menembus tingkat pejuang tahap kelima, aku tidak memiliki kesempatan untuk pergi ke Akademi Gendon. Aku dan Ampy Ang akan menjelajahi Daerah Wahid untuk mencari pengalaman.""Itu sangat berbahaya.""Bahaya tidak akan terjadi, jika Kakak membuang jauh-jauh pemikiran bodohnya," sela Ampy Ang."Apa kalian yakin?" tanya Kent Ang ragu."Tidak berani menghadapi bahaya, maka tidak akan berkembang, Paman," ucap gadis kecil itu lagi.Renggin Ang mengangguk setuju dengan perkataan Ampy Ang. Akhirnya Kent Ang menyetujui permintaan kedua ponakannya.Keluarga Ang adalah yang paling terpuruk dari keluarga lainnya. Tanpa Meriy Ang, mereka hanyalah tumpukan sampah yang menggunung. Jika ada kompetisi daerah, mereka selalu dicemooh dan dihina karena selalu kalah dalam pertandingan.Keesokan harinya Renggin Ang dan Ampy Ang berangkat di pagi hari. Kakinya yang membengkak, sudah kembali normal. Kent Ang membawakan mereka bekal makanan dan lima ribu keping perunggu.1 keping perak= 1000 keping perunggu1 keping emas= 1000 keping perakMereka berjalan menuju gua tempat menemukan pedang kayu."Ampy Ang, ada yang ingin Kakak tunjukan padamu," ucap Renggin Ang.Setelah sampai di gua, Renggin Ang menunjukan buku kuno yang dia selipkan di bajunya."Ibu, keluarlah!"Meriy Ang keluar dari tempat peristirahatannya."Ibu?" Mata Ampy Ang berkaca-kaca melihat sosok ibu di hadapannya.Roh yang bangkit dari jiwa yang tersegel dalam buku itu, hanya dapat dilihat oleh anak keturunan Keluarga Hun."Ibu percaya, kalian berdua bisa melewati semua ini bersama-sama," tutur Meriy Ang lembut. "Kau bisa mempelajari semua ilmu yang telah Ibu kuasai. Semua tercatat dalam buku itu." Meriy Ang menunjuk buku yang sampulnya bertuliskan N-O-V-E-L. "Itu karena energi spiritualmu lebih cocok dengan ilmu elang milik Ibu, Ampy Ang."Ampy Ang membuka buku itu lembar demi lembar pada halaman pertama. Dengan cepat dia dapat memahami isi buku itu. Setelah itu dia memberikannya kepada Renggin Ang.Renggin Ang membuka bab akhir dari buku tersebut. Namun, anak itu tidak menemukan kejelasan pada teknik-teknik yang terpapar. Renggin Ang beberapa kali membolak-balikkan lembaran-lembaran buku itu, dia tetap belum bisa memahaminya."Teknik Wain Hatchi?" Renggin Ang berpikir keras untuk memahami teknik itu.Teknik Wain Hatchi adalah seseorang mengeluarkan energi angin dari lubang hidung dan mulutnya. Energi angin yang di keluarkan seperti angin tornado yang berputar sangat kencang, membuat lawan tumbang.Teknik ini, harus menggunakan alat bantu seperti bulu ayam. Agar kekuatan maksimal, seseorang harus membersihkan kotoran di lubang hidungnya terlebih dahulu. Kemudian, memasukan bulu ayam ke lubang hidung sembari memusatkan energi spiritual di bagian hidung. Setelah mencapai batas, keluarkan energi angin sekencang-kencangnya.Karena merasa kesulitan, Renggin Ang meminta adiknya untuk membangkitkan roh kakek leluhur Duata Hun, agar dia bisa mendapatkan pengajaran langsung darinya."Membangkitkan roh leluhur, tidak semudah kau membangkitkan ibu, Renggin Ang. Leluhur memiliki selera tersendiri. Beliau ingin dibangkitkan oleh seorang keturunan Hun yang sudah berhasil membentuk roh hewan spiritual," jelas Meriy Ang."Itu berarti, Ampy harus segera mencapai tingkat prajurit dan berlatih pembentukan roh hewan spiritual agar bisa membangkitkan kakek leluhur," ujar Ampy Ang."Benar, anak pintar."Renggin Ang dan Ampy Ang berlatih selama dua bulan di gua hutan belantara. Dengan bantuan sang adik, Renggin Ang akhirnya dapat memahami dan menguasai teknik Wain Hatchi. Renggin Ang menembus tingkat pejuang tahap ketiga, sedangkan Ampy Ang masih pada tingkat pejuang tahap pertama dan sedang dalam proses penyempurnaan jurus telunjuk halilintar....Mereka ingin mengganti suasana baru, sehingga memutuskan untuk keluar dari hutan belantara menjelajah ke wilayah kekuasaan Keluarga Sang. Mendaki Pegunungan Cincing dan melewati Lembah Jun Jung.Siang yang sejuk, dengan langit sedikit mendung. Kakak beradik itu beristirahat di sebuah gubuk dengan atap yang terbuat dari pelepah pisang. Gubuk itu berada di dekat tugu perbatasan wilayah Keluarga Sang."Sepertinya akan datang hujan," ujar Renggin Ang. Kemudian, dia menoleh melihat Ampy Ang terbengong. "Apa kau menemukan sesuatu, Ampy Ang?"Ampy Ang bergegas lari menarik tangan Renggin Ang. "Ayo Kak! Ada seseorang yang harus kita selamatkan."Ampy Ang membawa Renggin Ang mendekati sebuah jurang. Mereka menjumpai tiga orang dewasa sedang tertawa puas."Ssst," bisik Ampy Ang, meletakan telunjuknya di depan bibir.Kakak beradik itu bersembunyi di balik gundukan tanah yang menggunung sembari mengintai. Ampy Ang mengetahui, tiga orang dewasa itu telah membuang seseorang ke jurang. Anak itu belum jatuh, dia menggenggam kuat akar pohon yang terjulur di tebing."Ada apa dengan tiga orang dewasa itu?" tanya Renggin Ang kepada Ampy Ang."Mereka melempar seseorang ke jurang.""Apa?!""Ssst. Tunggu mereka pergi. Anak itu masih bisa bertahan lebih lama.""Anak itu? Orang yang mereka lempar?"Si gadis kecil mengangguk. Sembari menunggu ketiga orang itu pergi, Ampy Ang mengambil beberapa pelepah pisang. Kemudian, dengan cepat dia menganyamnya menjadi tali, sedangkan Renggin Ang hanya terbengong melihat keterampilan adiknya.Setelah ketiga orang dewasa itu pergi, Ampy Ang bergegas ke tepi jurang dan melemparkan tali pelepah pisang."Hei!
Keluarga Lin merupakan satu-satunya keluarga yang memiliki harta melimpah di Daerah Wahid. Di pesisir pantai Laut Pelangi, terdapat gua karang yang di dalamnya banyak ditemukan berlian. Itu sebabnya banyak kelompok yang menginginkan wilayah kekuasaan Keluarga Lin.Namun, pertahanan Keluarga Lin cukup kuat. Mereka tidak goyah hanya dengan beberapa serangan. Akan tetapi, tentu saja hati mereka tidak luput dari rasa khawatir. Rasa cemas yang terus menghantui, membuat Bersa Lin terus mengingatkan kepada anaknya semata wayang."Jika suatu saat Keluarga Lin berada di ambang kehancuran, kau harus menjadi salah satu yang selamat diantara kami apapun yang terjadi," ucap lelaki paruh baya itu kepada Li Lin.Adu kekayaan yang sengit, selalu dimenangkan oleh Keluarga Lin dalam pelelangan. Hal itu menyebabkan keluarga lain semakin iri kepada mereka."Barang lelang selanjutnya adalah tungku perunggu," ujar si pelelang.Sebuah tungku tua dan lusuh dengan ukiran unik di setiap sisinya. Tungku itu men
Monster kampret adalah seekor kelelawar besar. Kepakkan sayapnya, dalam jarak dekat dapat membuat lima puluh orang dewasa terhempas dengan mudah.Whuuuus!Tenda-tenda yang didirikan oleh rombongan Keluarga Lin terombang-ambing dengan arus angin yang dahsyat."Kakak, cepat bangun!" seru Ampy Ang menggoyang-goyangkan tubuh Renggin Ang.Namun, lelahnya perjalanan membuat Renggin Ang tertidur sangat pulas. Dia sama sekali tidak menanggapi seruan adiknya."Kakaaaaak!" Sekali lagi Ampy Ang berteriak di dekat telinga Renggin Ang dengan suara yang menggelegar.Renggin Ang terperanjat. Dia membelalakan matanya seperti orang linglung.Di depan tenda, mulai terdengar suara gaduh pertempuran. Tampaknya rombongan Keluarga Lin terbangun akibat goncangan angin."Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Li Lin membuka tenda kecil tempat Renggin Ang dan Ampy Ang berada."Tidak, Kakakku sedang kumat. Butuh proses untuk menata otaknya sampai dia benar-benar sadar." Ampy Ang berjalan keluar tenda meninggal
"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi
Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta
Zeng ... zeng ... zeng.Suara monster lalat berdengung memekikan telinga Ampy Ang. Titik lemahnya berada di kedua matanya.Monster lalat itu terbang mengelilingi Ampy Ang dengan mengeluarkan serangan seribu bakteri.Cuap ... cuap ... cuap.Kerumunan bakteri bersatu menyerang Ampy Ang."Tembakan telunjuk halilintar!" Gadis kecil itu berlari dan berguling di tanah sembari menghabisi serbuan gerombolan bakteri.Pyu ... pyu ... bzzzzt ....Setiap tembakan, mengeluarkan sengatan halilintar yang bisa menghabisi seratus bakteri. Sayangnya ribuan bakteri terus bertambah tanpa henti membuat Ampy Ang kesulitan.Di saat genting, tiba-tiba Ampy Ang merasakan kehadiran segerombol orang. Mereka berjumlah sekitar lima orang dengan membawa satu tawanan anak perempuan di dalam sangkar besi. Ternyata mereka adalah para bandit yang sedang menjajah mencari mangsa.Tanpa pikir panjang, Ampy Ang berlari melewati segerombol orang itu, lalu bersembunyi di bawah tumpukan daun pisang yang sudah mengering."Hos
"Lihatlah! Dia terlihat sangat frustasi," tunjuk salah satu anggota Keluarga Ang ke arah Renggin Ang. "Orangtuanya meninggal dan sekarang adiknya menghilang. Mati adalah keputusan yang tepat untuk seorang sampah daripada menjadi beban hidup orang lain. Hahaha.""Hahaha." Renggin Ang mengikuti tawa mereka. "Kalian lihat saja nanti. Aku akan membuat kalian takjub," gumamnya tersenyum bangga."Ckck. Tampaknya anak itu menjadi gila sejak kehilangan adiknya," celoteh Sembar Ang."Kak Renggin, turunlah! Kau tidak boleh mati!" teriak Beru Ang. "Jika suatu saat nanti Ampy Ang kembali, dia akan mengutukmu.Renggin Ang menghampiri Beru Ang dengan melempar tubuhnya dari atap."Wah, gila! Dia benar-benar melompat," ucap Sembar Ang menyaksikannya dengan seksama."Tidaaak! Kak Renggin!" Beru Ang hampir menangis."Perisai peang penjol cangkang keong!"Muncul lapisan berbentuk lonjong seperti cangkang keong menahan benturan dan membuat Renggin Ang mendarat ke tanah dengan mulus.Anak itu mendekati Ber
"Kau harus melakukan serangan balik sebelum batu itu jatuh menghantammu, Renggin Ang. Perisaimu melemah karena adanya formasi pilar batu yang dibuat oleh Bara Ang," terang Meriy Ang tiba-tiba muncul.Renggin Ang teringat dengan adik mungilnya yang pandai membuat taktik. Namun, mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk mengandalkan dirinya sendiri."Fiuuuuuuh!" Hembusan napasnya mengalir panjang. "Pedang angin!" Renggin Ang mengumpulkan energi angin dengan kekuatan spiritualnya. Sebuah pedang angin yang besar berada di atas kepalanya, sebesar batu asteroid yang dihantamkan ke arahnya.PRAAAANK!Perisai milik Renggin Ang hancur."Teknik angin bergoyang! Tebasan pedang angin!"Renggin Ang melenggak lenggokkan tangannya mengontrol sang pedangan angin dengan teknik angin bergoyang."Heaaaaat!"Syuuut ... syut ... syuut.Anak itu melompat, lalu menebas hantaman batu asteroid hingga hancur berkeping-keping. "Apa!" Bara Ang terkejut.Renggin Ang yang masih dalam posisi melayang, mengel