Share

6. Teknik Wain Hatchi

Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya.

"Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang.

"Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi.

"Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang."

"Ah, ternyata begitu."

Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan.

"Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul.

"Aaaaargh!"

Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggin Ang kaget.

"Astaga!"

Sejenak, Renggin Ang melihat matanya berkilau keemasan.

"Kakak!" Gadis itu masih melotot dengan tatapan kosong.

"Apa kau baik-baik saja, Ampy?" tanya Renggin Ang.

"Mataku ..."

"Ada apa dengan matamu?" Renggin Ang mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Ampy Ang.

"Mataku bisa melihat tembus pandang dari pakaian, kulit, hingga ke tulang, tanpa harus menggunakan jurus mata elang."

"Wah! Hebat!"

"Pffft." Gadis mungil itu tertawa, saat dia menyadari kelima jari kaki Renggin Ang bulat-bulat sebesar telur. "Hahahahahahaha!"

Mendengar tawa Ampy Ang yang memecah, Kent Ang datang bersama Beru Ang.

"Hei, Ampy. Apa yang terjadi padamu?" tanya Beru Ang. "Tadi, aku mendengar jeritanmu seperti orang kesakitan dan sekarang, tiba-tiba kau tertawa."

"Aku berhasil membuka satu titik meridian menembus tingkat pejuang tahap pertama," jawab Ampy Ang bangga.

"Hebat!" Beru Ang menarik-narik baju Kent Ang. "Ayah, ajari aku berkultivasi."

"Tentu saja ayah akan mengajarimu suatu saat nanti." Lalu mata Kent Ang melirik ke arah Renggin Ang. "Renggin, kau berhutang penjelasan ..."

"Ah, aku tau. Aku akan menceritakannya sekarang," ucap Renggin Ang memotong pembicaraan pamannya.

Renggin Ang pun menceritakan apa yang telah terjadi. Dia menjelaskan, bahwa ayahnya mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Anak itu juga bilang, Ibunya tersegel di dalam sebuah buku kuno yang selalu dia bawa.

"Mengapa para master itu memburu ayah dan ibumu?" tanya Kent Ang.

"Paman tidak benar-benar menganggap ayah sebagai seorang sampah, kan?"

"Aku selalu menganggap, ayahmu adalah sosok pria yang misterius."

"Benar, ayah adalah pria yang misterius. Apakah Paman pernah mendengar tentang Keluarga Hun dari Benua Yu?"

"Aku pernah mendengarnya. Sayang sekali, mereka hanya bertahan hingga generasi ketujuh. Padahal setiap anak yang terlahir dari keluarga itu, akan menjadi orang yang berkualitas." Seketika terbesit dalam pikiran Kent Ang bahwa nama marga ayah Renggin Ang adalah Hun.

"Tunggu. Mungkinkah ... ayahmu adalah generasi ketujuh Keluarga Hun?" imbuh Kent Ang.

"Iya."

"Astaga! Tetaplah di sini bersamaku, Paman akan melindungi kalian sampai titik darah penghabisan," ujar Kent Ang menggenggam erat tangan Renggin Ang.

"Tidak, Paman. Enam bulan lagi akan ada pertandingan keluarga. Jika aku tidak bisa menembus tingkat pejuang tahap kelima, aku tidak memiliki kesempatan untuk pergi ke Akademi Gendon. Aku dan Ampy Ang akan menjelajahi Daerah Wahid untuk mencari pengalaman."

"Itu sangat berbahaya."

"Bahaya tidak akan terjadi, jika Kakak membuang jauh-jauh pemikiran bodohnya," sela Ampy Ang.

"Apa kalian yakin?" tanya Kent Ang ragu.

"Tidak berani menghadapi bahaya, maka tidak akan berkembang, Paman," ucap gadis kecil itu lagi.

Renggin Ang mengangguk setuju dengan perkataan Ampy Ang. Akhirnya Kent Ang menyetujui permintaan kedua ponakannya.

Keluarga Ang adalah yang paling terpuruk dari keluarga lainnya. Tanpa Meriy Ang, mereka hanyalah tumpukan sampah yang menggunung. Jika ada kompetisi daerah, mereka selalu dicemooh dan dihina karena selalu kalah dalam pertandingan.

Keesokan harinya Renggin Ang dan Ampy Ang berangkat di pagi hari. Kakinya yang membengkak, sudah kembali normal. Kent Ang membawakan mereka bekal makanan dan lima ribu keping perunggu.

1 keping perak= 1000 keping perunggu

1 keping emas= 1000 keping perak

Mereka berjalan menuju gua tempat menemukan pedang kayu.

"Ampy Ang, ada yang ingin Kakak tunjukan padamu," ucap Renggin Ang.

Setelah sampai di gua, Renggin Ang menunjukan buku kuno yang dia selipkan di bajunya.

"Ibu, keluarlah!"

Meriy Ang keluar dari tempat peristirahatannya.

"Ibu?" Mata Ampy Ang berkaca-kaca melihat sosok ibu di hadapannya.

Roh yang bangkit dari jiwa yang tersegel dalam buku itu, hanya dapat dilihat oleh anak keturunan Keluarga Hun.

"Ibu percaya, kalian berdua bisa melewati semua ini bersama-sama," tutur Meriy Ang lembut. "Kau bisa mempelajari semua ilmu yang telah Ibu kuasai. Semua tercatat dalam buku itu." Meriy Ang menunjuk buku yang sampulnya bertuliskan N-O-V-E-L. "Itu karena energi spiritualmu lebih cocok dengan ilmu elang milik Ibu, Ampy Ang."

Ampy Ang membuka buku itu lembar demi lembar pada halaman pertama. Dengan cepat dia dapat memahami isi buku itu. Setelah itu dia memberikannya kepada Renggin Ang.

Renggin Ang membuka bab akhir dari buku tersebut. Namun, anak itu tidak menemukan kejelasan pada teknik-teknik yang terpapar. Renggin Ang beberapa kali membolak-balikkan lembaran-lembaran buku itu, dia tetap belum bisa memahaminya.

"Teknik Wain Hatchi?" Renggin Ang berpikir keras untuk memahami teknik itu.

Teknik Wain Hatchi adalah seseorang mengeluarkan energi angin dari lubang hidung dan mulutnya. Energi angin yang di keluarkan seperti angin tornado yang berputar sangat kencang, membuat lawan tumbang.

Teknik ini, harus menggunakan alat bantu seperti bulu ayam. Agar kekuatan maksimal, seseorang harus membersihkan kotoran di lubang hidungnya terlebih dahulu. Kemudian, memasukan bulu ayam ke lubang hidung sembari memusatkan energi spiritual di bagian hidung. Setelah mencapai batas, keluarkan energi angin sekencang-kencangnya.

Karena merasa kesulitan, Renggin Ang meminta adiknya untuk membangkitkan roh kakek leluhur Duata Hun, agar dia bisa mendapatkan pengajaran langsung darinya.

"Membangkitkan roh leluhur, tidak semudah kau membangkitkan ibu, Renggin Ang. Leluhur memiliki selera tersendiri. Beliau ingin dibangkitkan oleh seorang keturunan Hun yang sudah berhasil membentuk roh hewan spiritual," jelas Meriy Ang.

"Itu berarti, Ampy harus segera mencapai tingkat prajurit dan berlatih pembentukan roh hewan spiritual agar bisa membangkitkan kakek leluhur," ujar Ampy Ang.

"Benar, anak pintar."

Renggin Ang dan Ampy Ang berlatih selama dua bulan di gua hutan belantara. Dengan bantuan sang adik, Renggin Ang akhirnya dapat memahami dan menguasai teknik Wain Hatchi. Renggin Ang menembus tingkat pejuang tahap ketiga, sedangkan Ampy Ang masih pada tingkat pejuang tahap pertama dan sedang dalam proses penyempurnaan jurus telunjuk halilintar.

...

Mereka ingin mengganti suasana baru, sehingga memutuskan untuk keluar dari hutan belantara menjelajah ke wilayah kekuasaan Keluarga Sang. Mendaki Pegunungan Cincing dan melewati Lembah Jun Jung.

Siang yang sejuk, dengan langit sedikit mendung. Kakak beradik itu beristirahat di sebuah gubuk dengan atap yang terbuat dari pelepah pisang. Gubuk itu berada di dekat tugu perbatasan wilayah Keluarga Sang.

"Sepertinya akan datang hujan," ujar Renggin Ang. Kemudian, dia menoleh melihat Ampy Ang terbengong. "Apa kau menemukan sesuatu, Ampy Ang?"

Ampy Ang bergegas lari menarik tangan Renggin Ang. "Ayo Kak! Ada seseorang yang harus kita selamatkan."

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Joko Suriadi
yes bagusssss
goodnovel comment avatar
Hari Anto
mantap lanjut baca
goodnovel comment avatar
yustinus komora
terlalu perhitungan untuk pembaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status