Di kala Renggin Ang sudah mencapai batasnya, tiba-tiba muncul sosok bayangan Meriy Ang di hadapannya.
"Ibu," ucap anak itu lirih. Remang-remang, dia melihat ibunya melawan sang ular dan pada akhirnya tak sadarkan diri.
Kekuatan dahsyat milik wanita itu membuat monster ular kesulitan. Hal itu membuat lilitan badannya pada tubuh Renggin Ang merenggang.
"Lepaskan anak itu!" ucap Meriy Ang kepada monster ular. "Aku akan membiarkanmu pergi, jika kau melepaskan anak itu sekarang."
"Ssshh."
Tanpa pikir panjang, ular itu pun melepaskan Renggin Ang dan pergi.
Meriy Ang mendekat melihat kondisi tubuh Renggin Ang. Matanya sayu ketika mendapati tubuh Renggin Ang penuh darah. Kemudian, dia menyalurkan energi spiritualnya untuk mempercepat penyembuhan. Setelah wanita itu menghabiskan seluruh energinya, dia kembali beristirahat ke dalam buku kuno untuk memulihkan diri.
...
"Ugh, gelap."
Renggin Ang terbangun saat hari tengah malam. Dia beberapa kali mengucek matanya, mengira dirinya telah mati.
"Apakah aku benar-benar sudah tewas?"
Anak itu mengingat kembali terakhir kali dia sadar.
"Ibu!"
Matanya terbelalak. Renggin Ang langsung bergegas mengecek buku kuno yang terselip di bajunya. Seharusnya buku itu sudah berlumuran darahnya, tapi tidak ada bercak darah sedikitpun yang menempel pad buku misterius itu. Dia mulai membuka lembaran pertama. Buku itu mengeluarkan cahaya, sehingga tulisan-tulisan aksara di dalamnya terpapar jelas.
"Aksara ini ... ayah pernah mengajarkannya padaku."
Kemudian Renggin Ang membaca judul lembar pertama. "Meriy Ang." Anak itu sedikit tersentak. Lalu dia lanjut membaca uraian kalimat di bawahnya adalah kisah tentang riwayat hidup ibunya.
"Ibu adalah seorang herbalis tingkat lima?" ujarnya setelah membaca sebagian kisah tentang Meriy Ang.
"Benar."
Suara sahutan itu membuat Renggin Ang terperanjat, melemparkan buku kuno yang dipegangnya.
"Si-siapa?" tanya anak itu menoleh kanan kiri mencari-cari asal suara.
Tiba-tiba muncul sosok bayangan wanita di hadapannya. Wanita itu tersenyum dengan tatapan hangat.
"Ibu!"
Renggin Ang berlari menghampirinya. Ingin sekali dia memeluk sosok itu, tapi dia tidak dapat meraihnya.
"Ibu hanyalah gumpalan roh dari jiwa yang tersegel dalam buku itu, Renggin. Tidak bisa disentuh, dipengang, apalagi dipeluk. Ibu juga hanya bisa menggunakan sepuluh persen dari kekuatan sesungguhnya untuk membantumu. Maafkan Ibu," ungkap Meriy Ang.
"Tak apa. Meskipun hanya bisa seperti ini, aku sudah sangat senang bisa berjumpa denganmu."
"Di dalam buku itu, Ibu berjumpa dengan leluhur ayahmu, Duata Hun. Dia adalah orang terkuat dari seluruh benua. Ilmu-ilmu miliknya sangat cocok dengan kualitas spiritual dan kekuatan mental dalam tubuhmu. Buka bagian akhir dari buku ini. Pelajarilah dari ilmu terendah, kamu akan merasakan manfaatnya."
"Kakek leluhur?"
"Benar. Selain itu, kakek leluhurmu juga seorang herbalis tingkat sembilan."
"Wow! Dia rajanya tanaman herbal di seluruh penjuru benua!" Mata Renggin Ang berbinar-binar kagum. "Ah, andai saja aku bisa bertemu dengannya."
"Bisa," sahut Meriy Ang tidak lupa mengembangkan senyum melebarkan bibirnya.
"Satu darah keturunan yang sudah berkultivasi, dapat membangkitkan satu roh dari jiwa yang tersegel dalam buku ini."
"Itu berarti, jika Ampy berkultivasi, dia bisa membangkitkan roh kakek leluhur?!" lanjut Renggin bersemangat.
"Benar, kau harus mengajarinya berkultivasi."
"Itu pasti!" ucap Renggin Ang bertekad. "Ah, aku harus segera kembali untuk memberi obat penawar pada Ampy."
Renggin Ang mencari-cari buah ajw yang dipetiknya tadi sore. Dia mendapati buah itu sudah hancur lebur, hingga daging buah dan bijinya terpisah.
"Astaga! Apakah aku harus pergi mengambilnya lagi?" ujar Renggin Ang meratapi buah ajw yang telah hancur.
"Ibu bisa membantumu mengekstrak buah itu menjadi sebuah pil, jika kau mau," tawar Meriy Ang. "Tapi, kau harus menambahkan satu bahan lagi."
"Satu bahan lagi? Apa itu?"
"Tanaman sam biloto. Di Lembah Jun Jung, banyak tumbuh tanaman sam biloto. Kau bisa mendapatkannya di sana. Tentu saja jika kedua bahan ini diekstrak, akan lebih besar khasiatnya."
"Apa saja khasiat pil yang terbentuk dari kedua bahan itu?"
"Pil itu, akan menjadi penawar dari segala racun dan dapat meningkatkan kekuatan spiritual dua kali lipat. Jika kekuatan spiritual meningkat, hal itu bisa mempercepat kultivasi."
"Wah, hebat! Aku juga ingin belajar cara membuat pil."
"Kau bisa mempelajarinya setelah kau menguasai kitab elemen api dan kayu."
Kitab elemen api dan kayu, hanya bisa didapatkan di perpustakaan akademi. Di Daerah Wahid, ada satu akademi yang menjadi incaran para pemuda. Namun, hanya orang-orang berbakat yang bisa memasukinya.
Akademi Gendon, terletak di pusat kota daerah kekuasaan Keluarga Ci. Pada setiap tahunnya, akademi ini biasa merekrut anak didik baru yang berusia kurang dari 15 tahun dan sudah berada di tingkat pejuang tahap kelima.
Setelah kompetisi keluarga berakhir, keluarga Ang akan mengirim generasi muda mereka yang berbakat.
...
Renggin Ang beristirahat sejenak untuk memakan bekal yang ia bawa dalam buntalan kain. Kemudian, dia pergi ke Lembah Jun Jung setelah mengobrol cukup lama dengan ibunya. Mereka pun tiba di sana dan menjumpai banyak tanaman sam biloto berjejer.
"Berhati-hatilah. Di lembah ini, ada jenis seranggga bernama semut tomcet. Jika dia menggigit, bekas gigitannya bisa membengkak hingga sebesar telur ayam," ujar Meriy Ang memperingatkan.
Baru saja dibicarakan, tiba-tiba sesuatu menggigit kelima jari kaki kanan Renggin Ang.
"Aaaaaaaaargh!"
Seketika, kelima jari kakinya membengkak sebesar telur ayam.
"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaak! Kakiku!" jeritnya. "Apakah ibu tidak memiliki resep untuk mengobati bengkak ini?"
"Tidak perlu khawatir, kakimu akan kembali seperti semula setelah satu hari," ujar Meriy Ang.
"Hah?! Oh, tidak. Orang-orang pasti akan menertawakanku." Anak itu mengusap kedua pipinya ke bawah secara perlahan.
Perjalanan dari Lembah Jun Jung kembali ke Pegunungan Cincing, lalu pulang ke Kediaman Ang membutuhkan waktu setegah hari.
Renggin Ang kembali melewati pasar wilayah kekuasaan Keluarga Ang.
"Lihat kakinya! Hahaha. Kakinya seperti monster," ejek seorang pemuda. Dia bersama teman-temannya menertawakan Renggin Ang.
"Hiraukan saja! Kita harus segera pulang untuk meracik pil obat penawar Ampy Ang," ucap Meriy Ang.
Renggin Ang menuruti kata sang ibu, hingga sampai di rumah pamannya pada siang hari. Kemudian, Meriy Ang menyuruh anak sulungnya untuk meminjam tungku milik Kent Ang.
"Astaga! Apa yang terjadi pada kakimu, Renggin Ang?" tanya Kent Ang antusias.
"Ah, tidak perlu mempermasalahkan ini. Kakiku akan segera sembuh dengan sendirinya. Daripada itu, aku ingin meminjam tungku milik Paman."
"Oh, tunggu sebentar." Kent Ang masuk ke dalam suatu ruangan dan keluar membawa sesuatu di tangannya.
"Apa yang akan kau lakukan dengan tungku lusuh ini?" tanya Kent Ang sembari memberikan sebuah tungku keramik kepada Renggin Ang.
"Membuat pil," jawab Renggin Ang singkat.
"Kau seorang herbalis? Paman tidak melihat ayah dan ibumu. Di mana mereka?"
"Hmm ... aku akan menjelaskannya setelah membuat pil, Paman." Renggin Ang mengambil tungku itu, lalu masuk ke kamarnya. "Paman, bisakah Anda menjamin tidak ada yang menggangguku sampai aku selesai?"
"Serahkan saja pada Pamanmu ini." Lelaki itu menepuk-nepuk dadanya.
"Terima kasih."
Kemudian Renggin Ang menutup rapat pintu ruangan itu.
"Ibu, aku sudah membawa tungkunya. Di mana aku harus meletakannya?"
"Letakan di meja dekat jendela."
Setelah meletakan tungku itu, Renggin Ang duduk bersila di sebuah tikar yang terbuat dari anyaman tali rafia. Dia mengamati ibunya meracik bahan untuk membuat pil.
Tungku itu melayang di depan Meriy Ang. Terlihat api kecil menyala di bawah tungku itu dengan perpaduan warna antara hijau dan merah.
"Jika suatu saat kau membuat pil dengan bahan buah ajw, ingatlah untuk selalu menggunakan energi api rendah. Karena, jika kau menggunakan energi api yang lebih tinggi, itu akan merusak khasiatnya," terang Meriy Ang.
Renggin Ang mengangguk paham. "Akan kuingat."
Beberapa saat kemudian, tiga buah pil terbentuk melayang di atas tungku. Ketiga pil itu berwarna abu-abu dengan tiga ukiran melingkar di masing-masing pil. Pil ini merupakan pil tingkat satu kualitas sempurna.
"Tangkap ini!" seru Meriy Ang. Dia melemparkan ketiga buah pil itu kepada Renggin Ang. "Berikan satu kepada Ampy Ang dan sisanya bisa kau jual."
...
Di kamar Ampy Ang.
Seorang gadis kecil terbaring lemas di atas dipan bambu. Wajahnya pucat, matanya sayu. Dia seperti orang sekarat.
"Kakak," ucapnya lirih.
Renggin Ang menghampiri adiknya dengan membawa segelas air putih dan sebuah pil penawar.
"Minumlah."
Setelah meminum pil penawar itu, badan Ampy Ang seketika membeku. Dadanya bertambah sesak. Gadis itu menengadahkan kepalanya dengan membuka mata dan mulut lebar-lebar.
"Aaaaaaaaargh!"
Mata dan mulutnya memancarkan cahaya mengeluarkan uap dingin.
Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya."Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang."Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi. "Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang.""Ah, ternyata begitu."Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan."Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul."Aaaaargh!"Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggi
Ampy Ang membawa Renggin Ang mendekati sebuah jurang. Mereka menjumpai tiga orang dewasa sedang tertawa puas."Ssst," bisik Ampy Ang, meletakan telunjuknya di depan bibir.Kakak beradik itu bersembunyi di balik gundukan tanah yang menggunung sembari mengintai. Ampy Ang mengetahui, tiga orang dewasa itu telah membuang seseorang ke jurang. Anak itu belum jatuh, dia menggenggam kuat akar pohon yang terjulur di tebing."Ada apa dengan tiga orang dewasa itu?" tanya Renggin Ang kepada Ampy Ang."Mereka melempar seseorang ke jurang.""Apa?!""Ssst. Tunggu mereka pergi. Anak itu masih bisa bertahan lebih lama.""Anak itu? Orang yang mereka lempar?"Si gadis kecil mengangguk. Sembari menunggu ketiga orang itu pergi, Ampy Ang mengambil beberapa pelepah pisang. Kemudian, dengan cepat dia menganyamnya menjadi tali, sedangkan Renggin Ang hanya terbengong melihat keterampilan adiknya.Setelah ketiga orang dewasa itu pergi, Ampy Ang bergegas ke tepi jurang dan melemparkan tali pelepah pisang."Hei!
Keluarga Lin merupakan satu-satunya keluarga yang memiliki harta melimpah di Daerah Wahid. Di pesisir pantai Laut Pelangi, terdapat gua karang yang di dalamnya banyak ditemukan berlian. Itu sebabnya banyak kelompok yang menginginkan wilayah kekuasaan Keluarga Lin.Namun, pertahanan Keluarga Lin cukup kuat. Mereka tidak goyah hanya dengan beberapa serangan. Akan tetapi, tentu saja hati mereka tidak luput dari rasa khawatir. Rasa cemas yang terus menghantui, membuat Bersa Lin terus mengingatkan kepada anaknya semata wayang."Jika suatu saat Keluarga Lin berada di ambang kehancuran, kau harus menjadi salah satu yang selamat diantara kami apapun yang terjadi," ucap lelaki paruh baya itu kepada Li Lin.Adu kekayaan yang sengit, selalu dimenangkan oleh Keluarga Lin dalam pelelangan. Hal itu menyebabkan keluarga lain semakin iri kepada mereka."Barang lelang selanjutnya adalah tungku perunggu," ujar si pelelang.Sebuah tungku tua dan lusuh dengan ukiran unik di setiap sisinya. Tungku itu men
Monster kampret adalah seekor kelelawar besar. Kepakkan sayapnya, dalam jarak dekat dapat membuat lima puluh orang dewasa terhempas dengan mudah.Whuuuus!Tenda-tenda yang didirikan oleh rombongan Keluarga Lin terombang-ambing dengan arus angin yang dahsyat."Kakak, cepat bangun!" seru Ampy Ang menggoyang-goyangkan tubuh Renggin Ang.Namun, lelahnya perjalanan membuat Renggin Ang tertidur sangat pulas. Dia sama sekali tidak menanggapi seruan adiknya."Kakaaaaak!" Sekali lagi Ampy Ang berteriak di dekat telinga Renggin Ang dengan suara yang menggelegar.Renggin Ang terperanjat. Dia membelalakan matanya seperti orang linglung.Di depan tenda, mulai terdengar suara gaduh pertempuran. Tampaknya rombongan Keluarga Lin terbangun akibat goncangan angin."Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Li Lin membuka tenda kecil tempat Renggin Ang dan Ampy Ang berada."Tidak, Kakakku sedang kumat. Butuh proses untuk menata otaknya sampai dia benar-benar sadar." Ampy Ang berjalan keluar tenda meninggal
"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi
Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta
Zeng ... zeng ... zeng.Suara monster lalat berdengung memekikan telinga Ampy Ang. Titik lemahnya berada di kedua matanya.Monster lalat itu terbang mengelilingi Ampy Ang dengan mengeluarkan serangan seribu bakteri.Cuap ... cuap ... cuap.Kerumunan bakteri bersatu menyerang Ampy Ang."Tembakan telunjuk halilintar!" Gadis kecil itu berlari dan berguling di tanah sembari menghabisi serbuan gerombolan bakteri.Pyu ... pyu ... bzzzzt ....Setiap tembakan, mengeluarkan sengatan halilintar yang bisa menghabisi seratus bakteri. Sayangnya ribuan bakteri terus bertambah tanpa henti membuat Ampy Ang kesulitan.Di saat genting, tiba-tiba Ampy Ang merasakan kehadiran segerombol orang. Mereka berjumlah sekitar lima orang dengan membawa satu tawanan anak perempuan di dalam sangkar besi. Ternyata mereka adalah para bandit yang sedang menjajah mencari mangsa.Tanpa pikir panjang, Ampy Ang berlari melewati segerombol orang itu, lalu bersembunyi di bawah tumpukan daun pisang yang sudah mengering."Hos
"Lihatlah! Dia terlihat sangat frustasi," tunjuk salah satu anggota Keluarga Ang ke arah Renggin Ang. "Orangtuanya meninggal dan sekarang adiknya menghilang. Mati adalah keputusan yang tepat untuk seorang sampah daripada menjadi beban hidup orang lain. Hahaha.""Hahaha." Renggin Ang mengikuti tawa mereka. "Kalian lihat saja nanti. Aku akan membuat kalian takjub," gumamnya tersenyum bangga."Ckck. Tampaknya anak itu menjadi gila sejak kehilangan adiknya," celoteh Sembar Ang."Kak Renggin, turunlah! Kau tidak boleh mati!" teriak Beru Ang. "Jika suatu saat nanti Ampy Ang kembali, dia akan mengutukmu.Renggin Ang menghampiri Beru Ang dengan melempar tubuhnya dari atap."Wah, gila! Dia benar-benar melompat," ucap Sembar Ang menyaksikannya dengan seksama."Tidaaak! Kak Renggin!" Beru Ang hampir menangis."Perisai peang penjol cangkang keong!"Muncul lapisan berbentuk lonjong seperti cangkang keong menahan benturan dan membuat Renggin Ang mendarat ke tanah dengan mulus.Anak itu mendekati Ber