Jaquer, pria sederhana dan penuh kasih harus terbuang ke negeri penuh siksa dan kekuatan. Wilayah Sekte Bulan Sabit tempatnya diasingkan hanya karena satu kesalahan yang tidak pernah diperbuatnya. Pria itu pergi meninggalkan istri dalam keadaan hamil muda. Setelah sepuluh tahun berlalu akhirnya dia memutuskan untuk kembali. Kini Jaquer telah berkultivasi hingga ke tanah dewa. Cukup satu tunjuk saja semua hancur. Apakah dia mampu mengambil haknya? Bagaimana kehidupan anak istri selama dia diasingkan?
View MorePagi pun tiba, terlihat Jaquer di dapur sibuk dengan tepung. Kedua tangannya bergerak gesit membuat adonan mie mentah. Sudah ada beberapa yang sudah jadi dan dia simpan pada tempat biasanya. Suara riuh di dapur membangunkan Meilani. Dia segera bangkit dari ranjang lalu membuka selimutnya. "Ternyata masih utuh, tetapi suara itu terdengar begitu ricuh," gumam Meilani. Dia pun segera merapikan ranjang sebelum melangkah keluar. Setelah mencuci wajahnya, barulah Meilani berjalan menuju ke dapur. Kedua matanya membulat tidak percaya, ternyata apa yang dia ucapkan benar-benar dilakukan oleh Jaquer. "Sejak kapan kamu membuat ini semua, Jaqu?" "Sudah cukup lama, hanya menyisakan ini. Mungkin ada 200 bahan mie yang sudah jadi, Mei. Apakah kurang?"Mendengar jumlah nominal yang dikatakan oleh suaminya kedua bola mata Meilani melotot tidak percaya. Seingatnya saat dia membuka mata di jam dua dini hari, Jaquer masih tidur di sisinya. Lalu, kini di jam enam pagi bagaimana bisa mendapatkan has
Mobil yang dikendarai oleh Jaquer akhirnya sampai di depan kedai mie miliknya. Dia pun membuka pintu untuk Meilani. Dari teras terlihat Leonard berdiri di sana. Senyumnya mengembang kala dilihatnya kedua orang tuanya sudah menyatu kembali. "Selamat datang kembali, Ayah, Ibu!" sambut Leonard. Meilani tersenyum, lalu dia berjalan lebih dulu meninggalkan Jaquer. Dia segera memeluk tubuh putranya. "Terima kasih, Leon.""Apa sebenarnya yang terjadi?"Leonard menatap keduanya bergantian, dia sengaja ini diungkapkan pada ibunya apa yang dia ketahui mengenai ayahnya. Lalu tatapannya berhenti pada wajah Jaquer. "Apakah masalah itu sudah tuntas, Ayah?"Jaquer tidak mengeluarkan suara, dia hanya mengangguk saja. Lalu menatap pada Meilani. Wanita itu masih tetap bungkam. "Jadi apakah benar Paman Simon yang melakukan semua ini, Ayah?""Begitulah, tetapi ada seseorang yang mendukungnya selama ini. Apakah kamu juga kenal, Leon?"Leonard terdiam, dahinya berkerut. Satu nama melintas begitu saja
Langkah tegak memancarkan aura dingin membuat para barisan pria berjas hitam hanya menunduk. Mereka tidak berani menatap langsung pada sosok pria tersebut. Jaquer berjalan dengan kepala tengadah penuh kesombongan dan keangkuhan yang sulit untuk di tembus. Pakaiannya yang begitu berkelas menandakan posisinya yang tidak biasa di bangunan megah bak istana. Iya bangunan yang begitu megah berhias lukisan naga terbang di setiap dinding menyatakan bahwa itulah istana naga. "Semua sudah ada di tempat biasanya, Tuan. Apa masih perlu di keluarkan?""Antar aku ke sana!"Elang berjalan lebih dulu dia menunjukkan jalan ke dalam ruang bawah tanah. Lorong yang gelap dan lembab langsung menyapa penciuman Jaquer, pria itu mengeratkan rahang dengan kedua tangan mengepal. Terlihat sekali bahwa dia sedang menahan emosinya. Pintu terbuka dengan pelan, Elang berdiri di sisi pintu menunggu datangnya Jaquer. Pria dengan jas terbaik itu berjalan tenang menuju ke dua kursi yang diduduki oleh tersangka. "Ba
Kabar begitu cepat sampai di telinga Jaquer, dia hanya diam duduk di depan kedai mie rebus. Tatapannya jauh ke depan hingga dia tidak menyadari jika istrinya datang dengan membawakan segelas teh dan mangkuk mie. "Jangan banyak melamun, makan dulu beru bekerja!" Jaquer menoleh masih dengan tatapan dingin. Hal ini membuat dahi Meilani berkerut, ada gurat tanya yang terlihat di wajahnya. "Ada apa?""Apakah kamu mengenal Alfonso Kastialino?"Wajah Meilani seketika memucat, gerakan menjadi tidak fokus. Jaquer terus menatap setiap pergerakan istrinya dengan teliti. "Semua sudah terbongkar, mengapa masih kamu sembunyikan?""Aku-- aku hanya tidak mau kamu terluka. Biarkan aku yang hadapi ini semua, Jaqu!" kata Meilani dengan sedikit merendah. Jaquer berdiri menatap jalanan yang sepi dengan suasana pagi sedikit berkabut. Kedua tangannya masuk ke saku celana, dia berdiri begitu tegak dan menjulang. Wajahnya terlihat segar penuh pesona, apalagi terpapar sinar lampu. Meilani menelan ludahny
Xandria terus memicu adrenalin Domain. Dia tidak ingin tubuhnya disentuh oleh pria laknat itu. Dengan berbagai cara Xandria mengorek keterangan sepuluh tahun silam. Namun, Domain bukanlah pria yang bodoh. Meskipun pria itu dalam keadaan mabuk, otaknya masih bekerja dengan benar. Dia hanya tersenyum sambil tangannya mulai bergerilya pada tubuh Xandria. Sesekali tangan itu dengan jari panjang mulai meremas benda bulat dan kenyal milik Xandria. Wanita itu tidak bereaksi, hal ini membuat nafsu dan gairah Domain makin memuncak. "Keluarkan suaramu, Nona! Apakah semua ini kurang?""Sentuhan ini masih di bawah radarku. Tuan harus berusaha membuatku puas, baru nanti kepuasaan milik Tuan. Bagaimana?"Domain tidak menjawab, dia lebih memilih langsung bergerak pada area sensitif Xandria. Awalnya wanita terbawa arus yang dibuat akibat sentuhan Domain. Namun, kilatan wajah Elang membuatnya kembali fokus pada pekerjaan. Sedangkan Domain terus melakukan foyerplay pada tubuh Xandria. Dia tidak in
Alexandria berdandan selayaknya wanita pada umumnya. Malam ini dia memakai dress berwarna hitam dengan sedikit berlian yang menghias lehernya. Gaun malam yang cukup cantik dan elegan membungkus tubuh seksinya hingga membuat Elang menatapnya takjub. "Hai, apakah ini benar seorang Xandriaku? Cantik.""Just, jangan gombal. Aku muak dengar kata manismu!"Xandria pun berjalan lebih dulu meninggalkan Elang menuju ke mobil Rolls-Royce yang sudah siap di halaman. "Ayo segera antar aku ke lokasi!"Elang pun berjalan santai dan keren menuju ke pintu kemudi. Setelah semua alat terpasang lengkap barulah Elang menjalankan mobil menuju ke lokasi terakhir keberadaan pria targetnya. Jalanan yang sepi membuat laju kendaraan Elang melasat tajam menuju ke sebuah kelab malam kelas elit. Mobil terparkir di tempat khusus pelanggan VVIP. Satpam pun tahu bahwa mobil itu milik penguasa propinsi hanya melihat plat nomer saja. "Silakan, Tuan. Target ada di ruang 1008!"Elang berjalan sambil meraih pergelang
Leonard mulai menceritakan kehidupannya selama lima tahun terakhir. Dia terlihat begitu kesusahan menjelaskan juga menyebutkan satu nama yang menurut Jaquer begitu berpengaruh. "Coba kamu ulangi nama itu, Leon!""Lidahku seperti mengulung saat kusebut namanya, Ayah.""Sebut saja marganya jika kamu kesulitan!"Leonard masih menatap manik mata ayahnya, dia terlihat bingung. Hal ini membuat Jaquer berdiri, lalu berjalan menuju ke meja pembeli yang terdapat buku pemesanan dan dibawanya buku itu. "Coba tulis di sini!"Leonard menerima pensil dan selembar kertas dari ayahnya. Ada gurat ragu di sana, tetapi anggukan Jaquer membuat pria kecil itu menghembuskan napas berat. "Leon belum pandai menulis Ayah."Dada Jaquer seketika terasa sesak, bagaimana bisa putranya yang sudah berusia sembilan tahun masih belum paham huruf dan angka. Lalu sebenarnya seperti apa kehidupan mereka saat silam. "Sejak kapan kamu mulai bersekolah, Leon?"Leonard menghela napas panjang, kedua alisnya menyatu berus
Setelah Jaquer setuju dengan syarat yang diajukan oleh Leonard, dia mulai melakukan pendekatan pada istrinya. Hampir setiap saat Jaquer menempel kemana pun Meilani bergerak. Hal ini membuat wanita itu tidak nyaman dalam setiap kegiatannya. "Pergilah, cari kesibukanmu sendiri, Jaqu!""Tetapi aku sedang menginginkanmu, Mei.""Aku tidak pantas untuk berdiri sejajar denganmu. Identitasmu sudah tidak biasa lagi."Mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya seketika dada Jaquer terasa nyeri. Napasnya naik turun dengan kasar, terlihat jika pria itu sedang menahan emosi. Kedua tangan mengepal kuat melampiaskan kekesalannya. Setelah mereda dan kedai tampak sepi, barulah Jaquer bertindak memperlakukan Meilani dengan lembut. Tubuh ramping itu diangkat dan didudukkan pada meja khusus untuk menata satiap makanan yang sudah siap disajikan. Tubuh Meilani ditekan oleh Jaquer. Terlihat otot pada lengan bawah Meilani mulai tegang. Hal ini terjadi karena tubuh Jaquer condong ke depan mengakibatkan waj
Meilani menatap tajam pada Jaquer dengan kedua tangan di pinggang. Melihat sikap istrinya yang garang, Jaquer menciut nyalinya. Selama sepuluh tahun ke belakang dia sama sakali lupa wajah istrinya dalam emosi tinggi. Jaquer melangkah perlahan mengikis jaraknya dengan Meilani, saat tubuhnya sudah dekat tangannya terulur meraih telapak tangan kanan istrinya. Kemudian dicium lembut punggung tangan itu. "Sudahi ya marahnya, kan jadi jelek lho!" rayu Jaquer sambil mengerjab kelopak matanya memasang wajah melas. Meilani tidak menampilkan senyumnya, dia justru menyentak lengan suaminya. Lalu berbalik cepat melangkah menuju ke kedainya. Wanita itu membereskan semua mangkuk kotor yang telah mereka gunakan untuk makan sebelum datangnya para bawahan Jaquer. "Sayang, jangan marah dong!" Jaquer berkata sambil mengejar langkah istrinya Sementara Leonard yang sejak tadi berdiri masih tetap diam terpaku di tempatnya. Baginya apa yang dilakukan oleh Jaquer adalah sesuatu sikap yang keren. Pria ke
"Untuk apa menyelamatkan anak dari pengecut itu, dia telah merugikan keluarga kita. Bahkan sampai miliaran rupiah. Kalau ingin anak itu sehat, terima saran ayah. Nikahi Tuan Domain!" Suara pria tua yang merupakan mertua Jaguer membuat langkahnya terhenti. Berulang kali terlihat Jaquer menarik napas untuk menetralkan perasaannya. Setelah suara lantang, terdengar suara pilu seorang wanita, "Ayah, tolonglah cucu lelakimu ini, dia sedang sekarat!"Seketika Jaquer membeku, cucu? Dia menjadi bertanya-tanya. Apakah cucu yang dimaksud itu adalah anaknya? "Tega, sungguh tega pria tua itu!" jerit pilu Jaquer dalam hati. Meskipun anak kecil itu ada darah pria tua, tidak seharusnya pria tua berbuat seperti itu. Terdengar samar suara pria kecil yang menahan ibunya agar menyudahi permohonan pada kakeknya. Hati Jaquer semakin pilu. Dia pun bersiap membuka pintu dengan paksa. Namun... Plak! Plak"Argh ... Ayah, ampun!"Dua tamparan yang keras terdengar, membuat Jaquer mendorong pintu dengan k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments