Susanti hanya terdiam gemetaran memeluk adiknya. Ketika pria itu mengayunkan belati untuk membunuhnya, dia hanya bisa pasrah dengan memajamkan mata.
Whuuuuuuuuush!
Dzig!
Ningsih menangkisnya dengan kaki, hingga belati dalam genggaman pria itu jatuh terlempar.
"Heh. Ingin melenyapkan sumber bukti? Tidak semudah itu, Ferguso," ujar Ningsih.
"Ningsih!" Lelaki itu terperanjat dengan mata melotot. Bagaimana dia bisa tau bahwa aku adalah Ferguso? Pikirnya.
Mendengar namanya terucap dari mulut pria itu, Ningsih bergumam, "Dia mengenalku?"
Susanti berlahan membuka mata dan mendapati sosok wanita telah menyelamatkan hidupnya. "Nona Direktur?" ujarnya lirih.
Pria itu berbalik ingin melarikan diri. Namun, Ningsih berhasil meraih baju belakangnya. "Mau ke mana kau? Pengecut!" Dia menarik lelaki itu dan melepas maskernya dengan kasar.
Sraaaaak!
Tampak seorang lelaki berwajah oval dengan sedikit codet luka bekas sayatan d
Semalam, Ningsih mengobrol banyak hal dengan Tukijo. Dia juga memberitahunya bahwa Sekertaris Su ada adalah orang suruhan pamannya. Keesokan harinya, di suasana pagi yang agak mendung. Tukijo berangkat ke kantor lebih awal sebelum hujan, tentu saja bersama Cecep dan Sugeng. Keadaan kantor masih sangat sepi, ternyata ada seseorang yang sudah datang mendahuluinya. "Kakak!" Tukijo menghampiri Ningsih yang sedang menyapu di lantai satu. Namun, tiba-tiba Tukijo teringat ucapan sang kakak, bahwa dia hendak memakai baju berbau pesing. Seketika, anak itu memalingkan muka dari Ningsih sambil memencet hidungnya dan berjalan cepat melewatinya. Cecep dan Sugeng yang berada di belakang Tukijo pun di buat bingung dengan tingkahnya. Mereka hanya bisa bergeleng-geleng sambil meninggikan bahu. "Pfffft," tawa Ningsih yang melihat tingkah adiknya. "Ada ada saja, padahal aku belum memakai baju itu." Ketika melihat Ningsih, Cecep dan Tukijo bermaksud menunduk untu
"Rahasia?" Ningsih pikir, lelaki itu akan menceritakan tentang dirinya. Kris mendekatkan wajahnya, hingga mereka dapat merasakan napas mereka satu sama lain. "Aku menyukaimu." Kris melesatkan bibirnya ke mulut Ningsih. Akan tetapi, wanita itu menahannya dengan tiga jari tengah yang dirapatkan. "Maaf, saya tidak menyukai Anda." Ningsih berbalik beranjak pergi. "Rahasia yang amat sangat tidak penting!" gumamnya. "Tunggu!" Kris berhasil meraih tangannya kembali. "Sebenarnya, aku adalah anak dari pemilik Perusahaan Indodrink," ungkapnya. Ningsih menoleh. "Anda seorang mata-mata?" tanya Ningsih menduga. "Ah, bukan seperti itu. Aku ...." Lelaki itu tiba-tiba terdiam. "Jika aku mengatakannya, apa kamu akan percaya?" Dia menggenggam erat tangan Ningsih. Ningsih melihat, tidak ada ekspresi kebohongan di wajahnya. "Ya, saya akan mempercayai Anda," jawabnya. "Ayahku memang memerintahkanku untuk mengawasi gerak-gerik Perusaha
Baru saja Markonah sampai di tempat tujuan, dia melihat banyak wanita berkerumun di depan kantor perusahaan. Mereka tampak sedang menunggu seseorang."Ramai sekali," ucapnya keluar dari mobil.Ketika seorang lelaki membuka gerbang perusahaan, para wanita itu seketika menyerbunya."Itu Direktur!" teriak mereka.Markonah merasa tidak asing dengan lelaki itu. Gerakan lincah lelaki itu membuat dia mudah menghindari serbuan para wanita. "Tukijo!"Seorang nenek tua menghampiri Tukijo dan menggodanya. "Haish! Dasar nenek tua nggak ingat umur!" decaknya.Tukijo pun lari terbirit-birit, hingga menabrak seorang gadis gendut. "Chuuuu." Gadis itu memaksa mencium Tukijo.Plak!"Makan tuh sendal!" seru Markonah mendatangi mereka.Tukijo menoleh, dia menjumpai sosok wanita yang tidak lain adalah pujaan hatinya. Dia pikir ini adalah sebuah khayalan, sehingga lelaki itu mengucek matanya sampai beberapa kali. "Ini bukan mimpi kan?" Tukijo
Pada malam hari, Ningsih langsung memberitahu kabar yang disampaikan Kris kepada Tukijo melalui telepon."Tukijo, kita akan mengunjungi Paman Jesen besok pagi untuk berdamai," ucap Ningsih."Kenapa tiba-tiba?" tanya Tukijo."Ada seseorang yang ingin mengadu domba kita.""Kakak dapat kabar dari Manager Kris?""Iya, dia mengabariku tadi sore. Bersiaplah, jam enam pagi kita langsung meluncur.""Baik," jawab Tukijo. Kemudian Ningsih menutup teleponnya.Jika Manager Kris mengabarkannya tadi sore, kemungkinan mereka sedang beraksi saat ini. Sebuah berita mengejutkan, pasti akan dikabarkan besok pagi, dan target utama mereka adalah aku. Karena aku adalah satu-satunya kelemahan Kakak, pikir Tukijo.Tukijo berkali-kali memutar otaknya. "Apapun yang akan terjadi di esok hari, aku harus segera pergi dari sini, aku tidak mau menjadi beban," gumamnya.Tukijo bergegas mengemasi barang-barangnya. Dia berniat pergi dari rumah saat
"Hahaha. Aku memang menyukaimu Nona Yulie. Tapi, aku tidak akan pernah mengkhianati Kak Ningsih. Cepat atau lambat, suatu saat aku akan mendapatkanmu tanpa harus berkhianat," ungkap Cecep melepaskan diri dari Yulie dan pergi meninggalkannya."Bagus!" ucap Ningsih berjalan cepat melewati Cecep. Tiba-tiba dia berhenti.Ningsih sebenarnya sedang mencari Kris ke ruangannya. Tanpa sengaja, dia memergoki Cecep bersama Yulie."Apa kamu melihat Manager Kris?" tanya Ningsih kepada Cecep."Saya tidak menjumpainya sejak pagi, Kak," jawabnya.Kemudian, Ningsih menanyakannya ke para staff marketing."Apakah Manager Kris sudah datang?""Kami tidak melihat Pak Kris di ruangannya, sepertinya Pak Kris belum datang," ucap Susanti.Ke mana lelaki itu? Biasanya dia selalu muncul walau tak dicari, batin Ningsih."Oh, kamu sudah kembali bekerja, bagaimana kabar ayahmu?" tanya Ningsih."Berkat bantuan Anda, besok ayah saya sudah b
Gudang kumuh tempat mereka menyembunyikan Kris, berada di tengah pekarangan. Suasananya sangat sunyi. Bahkan orang-orang sekitar mungkin tidak tau bahwa di sana ada sebuah gudang, karena pekarangan yang begitu rimbun akan pepohonan dan semak-semak."Kakak, bagaimana cala kita menyelamatkan Paman?" tanya Bagas."Ssst. Kita tunggu sampai situasi aman," ujar Tukijo menutup mulut Bagas.Setelah mereka menunggu selama dua jam, akhirnya satu per satu orang-orang itu pergi meninggalkan Kris, hingga tersisa dua orang yang menjaganya.Tukijo dengan penampilan gembelnya mendatangi mereka secara terang-terangan."Permisi Tuan, aku ke pekarangan bermaksud mencari makanan. Tapi, aku belum menemukan apapun. Kiranya kalian sudi memberiku walau hanya sesuap nasi," tutur Tukijo."Cuiih! Pergi kau! Tidak ada makanan untukmu! Pergilah sebelum aku membunuhmu." Salah satu pria itu meludah dan berkata kasar kepada Tukijo.Tukijo menyeringai. Dia semakin me
"Ah, kenapa Kakak tidak membiarkanku membunuhnya?" tanya Tukijo."Maaf atas sikapku yang egois. Aku masih membutuhkannya untuk mencari kejelasan tentang kematian keluarga ibuku dan kakakku," ujar Kris. "Lagipula, dia tidak akan mati hanya dengan beberapa kali goresan. Di belakangnya, masih ada pasukan besar yang siap mati sedang menuju gudang itu. Jadi, kita lebih baik pergi sebelum mereka datang."Perusahaan Indodrink yang sebenarnya adalah milik keluarga Jubaedah, ibu Sukrisno. Karena orang tua Jubaedah hanya memiliki satu anak yaitu dirinya, dia mewarisi semua harta kekayaan orang tuanya.Tiba-tiba datang seorang lelaki gagah bernama Cokro, menjerat Jubaedah hingga terjatuh dalam genggamannya. Cokro adalah seorang ketua mafia yang kabarnya sangat sadis dan bengis. Namun, Jubaedah telah tenggelam dalam birahi asmaranya, sehingga waktu itu dia tidak begitu peduli tentang asal usulnya. Sampai akhirnya mereka pun menikah.Selang beberapa bulan, ketik
Tukijo memutar otaknya. Dalam kejadian yang menimpa keluarga Kak Kris, dapat disimpulkan bahwa, Pak Tua itu membunuh Yulie dengan menjadikan aku sebagai kambing hitamnya. Jika ini terjadi, pastinya akan membuat Ferguso berapi-api. Dia akan menerima tawaran siapa pun yang bersedia membantunya untuk membunuhku. Pikir Tukijo.Kemudian Tukijo bergumam, "Dan di saat itu, si pak tua Cokro akan membantu Ferguso sebagai penjahat dalam selimut.""Sebaiknya kamu pergi menyelamatkan Yulie sebelum ayahku menjadikanmu sebagai kambing hitam," ucap Kris memberi saran. "Aku akan bersembunyi di sini bersama Bagas.""Tidak," tolak Tukijo. "Kakak pikir ini tempat yang aman untuk bersembunyi?""Hah? Apa kau melihat ada orang yang mengikuti kita?""Aku tidak lihat, tapi mungkin seseorang telah memasang alat pelacak di tubuhmu."Kris meraba-raba tubuhnya. "Astagaaaa! Ini ..." Dia menemukan sebuah benda kecil berbentuk bulat, seperti kancing baju.