Home / Urban / Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan / Bab 5. Jejak masa lalu

Share

Bab 5. Jejak masa lalu

last update Last Updated: 2024-12-30 14:18:27

Rafael pulang ke apartemennya setelah makan malam, perasaan bercampur aduk memenuhi pikirannya. Pertemuan tak terduga dengan Maya telah mengguncang hatinya, meskipun ia mencoba menyangkalnya. Wanita itu adalah bagian dari masa lalu yang ia harap tidak perlu dihadapi lagi. Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji kekuatan seseorang.

Saat ia duduk di sofa sambil menyesap teh hangat, sistem tiba-tiba aktif.

> "Pembaruan misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihat daftar misi?"

Rafael mendesah, menggosok pelipisnya. "Apa lagi sekarang?" gumamnya, tapi ia menekan tombol "Ya" pada layar proyeksi.

Daftar misi muncul di depannya, masing-masing lebih aneh dan menantang dari sebelumnya:

1. Misi: Menjadi bintang tamu di acara talk show lokal

Imbalan: 500.000 Rupiah dan voucher belanja

Risiko: Dikenal sebagai orang aneh karena tidak punya latar belakang terkenal.

2. Misi: Menghadiahkan dompet penuh uang kepada seorang gelandangan di jalan raya.

Imbalan: 1 Miliar Rupiah

Risiko: Potensi disalahpahami sebagai pencucian uang.

3. Misi: Membeli seluruh persediaan bunga di sebuah toko dan memberikannya kepada pelanggan di restoran tempat Maya bekerja.

Imbalan: 5 Miliar Rupiah

Risiko: Perhatian yang tidak diinginkan.

Rafael memandangi layar, alisnya terangkat tinggi. "Pilihan ini semakin aneh saja."

Ia memikirkan misi ketiga. Memberikan bunga di restoran Maya akan menarik perhatian, tapi juga menjadi cara untuk menunjukkan bahwa ia sudah tidak memikirkan masa lalu. Namun, ia juga khawatir itu malah menimbulkan kesan bahwa ia ingin membuktikan sesuatu.

Setelah mempertimbangkan, Rafael memilih misi kedua. Ia merasa itu lebih bermakna.

> "Misi diterima. Waktu pelaksanaan: 24 jam."

Rafael tersenyum tipis. "Baiklah, mari kita lihat bagaimana ini berjalan.

Keesokan harinya, Rafael bersiap untuk menjalankan misinya. Ia membawa tas berisi uang tunai yang diberikan sistem ke sebuah daerah padat penduduk di pusat kota. Setelah mencari sebentar, ia menemukan seorang gelandangan tua yang duduk di tepi jalan dengan wajah letih.

"Pak, ini untuk Anda," kata Rafael sambil menyerahkan tas tersebut.

Pria tua itu menatap Rafael dengan mata terbelalak. "Apa ini? Kenapa kau memberiku ini?"

Rafael tersenyum. "Anggap saja ini sebagai hadiah. Pakailah untuk memperbaiki hidup Anda."

Pria tua itu awalnya ragu, tetapi setelah membuka tas dan melihat isinya, ia menangis terisak. Orang-orang di sekitar mulai memperhatikan, beberapa bahkan merekam kejadian itu.

Namun, tak lama kemudian, seorang pria yang berpakaian rapi mendekat, mengerutkan kening. "Apa yang sedang terjadi di sini?" tanyanya curiga.

"Apa itu urusan Anda?" balas Rafael tenang.

Pria itu adalah petugas keamanan setempat. Ia meminta Rafael untuk menjelaskan alasan memberikan uang dalam jumlah besar. "Ini mencurigakan. Apa ini semacam promosi atau ada motif lain?"

Rafael merasa geram, tetapi ia tetap menjaga ketenangannya. "Saya hanya ingin membantu. Jika Anda ingin memeriksanya, silakan. Uang itu bersih."

Kerumunan semakin besar, dan Rafael mulai merasa tidak nyaman. Namun, sebelum situasi semakin memanas, pria tua itu berdiri dan membela Rafael.

"Dia memberiku harapan!" serunya. "Dia orang baik. Apa salahnya membantu orang miskin sepertiku?"

Perkataan pria tua itu mengundang simpati dari kerumunan. Petugas keamanan akhirnya mundur, meskipun masih merasa curiga.

Saat Rafael meninggalkan tempat itu, sistem berbunyi lagi:

> "Misi selesai. Imbalan telah ditransfer ke akun Anda."

Rafael tersenyum puas. Ia mungkin telah menarik perhatian banyak orang, tetapi ia merasa misi itu sepadan.

Namun, di sisi lain kota, Maya sedang melihat video Rafael yang beredar di media sosial. Ia mengenali pria itu meskipun penampilannya telah berubah. Dalam hatinya, ia merasa bingung dan sedikit menyesal. "Apakah itu benar Rafael? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" pikirnya.

Setelah peristiwa pemberian uang di tengah jalan, Rafael kembali ke apartemennya. Sistem telah mengirimkan imbalan sebesar 1 miliar rupiah ke rekeningnya, tetapi perhatian yang ia dapatkan dari kejadian itu justru menjadi masalah baru. Media sosial dipenuhi dengan video yang merekam aksinya. Beberapa orang memujinya sebagai dermawan, sementara yang lain mencurigainya memiliki motif tersembunyi.

Rafael duduk di sofa, memeriksa ponselnya. Notifikasi tak henti-hentinya masuk, dari komentar orang asing hingga pesan dari teman lama. Sebagian besar teman-temannya merasa terkejut, bahkan ada yang mencoba kembali mendekatinya.

“Apa ini, Rafael?” pesan singkat dari Daniel muncul. “Lo serius bagi-bagi uang di jalanan? Dari mana lo dapet duit segitu?”

Rafael hanya membaca pesan itu tanpa membalas. Ia tahu Daniel mungkin hanya ingin tahu, tetapi di sudut pikirannya, Rafael menyadari bahwa kehidupan barunya mulai menarik perhatian yang tidak diinginkan.

Di sisi lain kota, Maya duduk di ruang tamu sambil memegang ponselnya. Video Rafael yang viral menarik perhatiannya, terutama karena pria itu tampak sangat berbeda dari yang ia ingat. Rafael yang dulu sederhana dan tampak tak berdaya kini berdiri dengan percaya diri, mengenakan pakaian mahal, dan melakukan hal-hal besar yang tak pernah ia bayangkan.

“Jadi itu benar Rafael?” gumam Maya, merasa campur aduk.

Di sebelahnya, pria yang kini menjadi pacarnya, Adrian, memperhatikan. “Kamu kenal pria itu?” tanya Adrian dengan nada ingin tahu.

Maya terdiam sejenak, lalu menggeleng. “Enggak. Hanya mirip seseorang yang aku kenal dulu.”

Adrian mengangguk, tetapi tatapan Maya tetap terpaku pada layar ponselnya. Ada sesuatu di matanya, sesuatu yang menyerupai rasa penasaran bercampur penyesalan.

Sementara itu, Rafael mencoba melanjutkan harinya dengan normal. Namun, saat ia berjalan di pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa barang, orang-orang mulai memperhatikannya. Beberapa bahkan mendekatinya untuk meminta foto.

“Mas Rafael, ya?” tanya seorang pria muda dengan antusias. “Saya lihat video Anda kemarin. Keren banget, Mas!”

Rafael tersenyum kecil. “Terima kasih,” jawabnya singkat sebelum melanjutkan langkahnya.

Namun, saat ia berhenti di sebuah toko jam tangan mewah, suara familiar membuatnya terhenti.

“Rafael?”

Ia berbalik dan melihat Maya berdiri di sana, mengenakan gaun cantik dan membawa tas belanja. Di sampingnya, Adrian berdiri dengan ekspresi bingung, tidak menyadari siapa pria yang dihadapi pacarnya.

Maya tampak gugup, tetapi ia mencoba tersenyum. “Kamu... apa kabar?” tanyanya ragu.

Rafael menatapnya dengan tenang, tetapi ada kilatan emosi di matanya. “Baik,” jawabnya singkat.

Adrian, yang mulai merasa tidak nyaman, menyela. “Maya, siapa dia?”

Maya terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara pelan. “Dia... teman lama.”

Rafael tertawa kecil, nadanya datar namun tajam. “Hanya teman lama, ya?” katanya, menatap langsung ke mata Maya.

Maya menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Adrian, yang mulai merasa kehilangan kontrol atas percakapan, menatap Rafael dengan tatapan penuh evaluasi.

“Sepertinya kamu sudah berubah banyak,” kata Maya akhirnya, mencoba mengisi kekosongan dalam percakapan.

Rafael mengangguk. “Ya, aku berubah. Dunia ini tidak menunggu orang yang tidak mau berubah,” jawabnya dingin.

Ia memalingkan pandangannya dari Maya, lalu berkata, “Aku harus pergi.” Tanpa menunggu tanggapan, Rafael melangkah keluar dari toko, meninggalkan Maya dan Adrian dalam keheningan.

Di perjalanan pulang, Rafael merasa campur aduk. Pertemuannya dengan Maya membuka kembali luka lama yang selama ini ia coba sembuhkan. Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus melihat ke belakang.

Sistem berbunyi di pikirannya, memecah lamunannya.

> "Misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihatnya sekarang?"

Rafael mendesah panjang, lalu menjawab dalam hati, “Tunjukkan.”

Sistem menampilkan misi dengan detail yang sederhana:

Misi: Beli restoran tempat Maya bekerja dan buat perubahan besar.

Imbalan: 10 miliar rupiah.

Risiko: Menarik perhatian berlebih dari orang-orang di sekitar.

Rafael menatap layar itu dengan ekspresi serius. Kali ini, ia tidak hanya memikirkan kekayaan yang akan ia dapatkan, tetapi juga pelajaran yang ingin ia berikan pada mereka yang pernah merendahkannya.

“Baiklah,” gumam Rafael. “Mari kita lihat bagaimana mereka bereaksi kali ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 56: Bayangan yang Tidak Pernah Tidur

    Udara malam menyelinap masuk melalui jendela apartemen Clara yang setengah terbuka. Di sisi ruangan, Rafael duduk bersandar di sofa, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan peta pengawasan baru dari sistem. Titik-titik merah yang melingkari nama Clara dan Ronald bergerak perlahan, seolah menjadi pengingat bahwa setiap langkah mereka kini diawasi, bukan hanya oleh Rafael, tapi oleh kekuatan yang belum terlihat wujudnya.Clara duduk tak jauh darinya, kedua tangannya memeluk bantal kecil di pangkuan, pandangannya kosong. Sejak pengakuan malam itu, atmosfir di antara mereka berubah. Tak ada lagi sekat formal atasan dan bawahan, yang tersisa hanya dua manusia yang sama-sama terjebak di dalam permainan yang tak mereka pahami sepenuhnya.“Pak Rafael…” suara Clara lirih memecah kesunyian.Rafael menoleh, sorot matanya tak sekeras biasanya. “Panggil nama gue aja kalau gak ada orang lain, Clara.”Clara terdiam sejenak, lalu mencoba, “Rafael…”“Ya?”“Kenapa… mereka targetin saya? Saya

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 55: Jerat yang Semakin Mengikat

    Rafael duduk sendirian di ruang tamu penthouse-nya. Lampu temaram menyelimuti ruangan, hanya ditemani bayangan dirinya sendiri di jendela besar yang menghadap gemerlap kota. Di tangannya, segelas whisky yang bahkan belum disentuh. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Leonhart beberapa jam lalu.Leonhart.Nama yang sebelumnya asing, tapi entah kenapa terasa seperti bom waktu yang baru saja aktif di bawah kakinya. Ia tahu, menolak pria itu bukan akhir dari segalanya. Justru itu awal dari sesuatu yang lebih berbahaya.Sistem tiba-tiba berbunyi lagi.> Ding! Misi Khusus Terbuka: "Menyusun Bayangan Sendiri"Deskripsi: Ketika kau menolak ajakan penguasa lama, kau harus menciptakan kekuatanmu sendiri agar tak dihancurkan.Tujuan: Bangun jaringan rahasia di balik bisnis-bisnismu. Rekrut orang-orang yang bisa dipercaya, tanpa mereka menyadari tujuan utamamu.Hadiah: Blueprint Proyek Rahasia 'Fortress' + 1 Kunci Informasi Tentang Leonhart.Mata Rafael menyipit.Jaringan rahasia? Dia bukan k

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 54: Permainan Catur di Dunia Bayangan

    Rafael menatap kartu hitam di tangannya dengan ekspresi datar, tetapi pikirannya penuh dengan analisis. Kata-kata Adrian tadi masih bergema di telinganya:"Dunia di mana uang bukan lagi batasan."Sistem dalam benaknya tetap diam setelah peringatan sebelumnya. Itu saja sudah cukup memberi tahu Rafael bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kartu ini.“Jadi, Rafael,” suara Adrian terdengar lagi. “Apa yang akan kau pilih? Kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar… atau jalan yang sulit sendirian?”Rafael menempatkan kartu itu kembali ke meja dan tersenyum tipis. “Kau terlalu percaya diri, Adrian.”Adrian mengangkat alis. “Maksudmu?”“Aku tidak pernah sendirian,” jawab Rafael, bersandar di kursinya. “Kau berpikir bahwa aku sampai di titik ini karena ‘bantuan’ dari sesuatu? Itu lucu.”Adrian menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari celah dalam ekspresi Rafael. Tapi Rafael tidak memberi sedikit pun petunjuk.Lalu, Adrian tertawa kecil. “Ternyata kau belum berubah. Masi

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 53: Kawan Lama, Lawan Baru

    Malam itu, Rafael duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur sambil menatap kelap-kelip kota. Udara dingin berhembus, membawa ketenangan sejenak setelah semua kekacauan yang terjadi. Vincent Caldwell telah ditangkap, dan Noah Sinclair menghilang tanpa jejak setelah jebakan itu.Serena berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan dengan ekspresi penuh pertimbangan.“Ini terlalu mudah,” ujarnya pelan.Rafael meletakkan gelasnya dan tersenyum kecil. “Kau juga merasa begitu?”Serena mengangguk. “Vincent memang sudah tumbang, tapi Noah… dia bukan orang yang akan menerima kekalahan begitu saja.”Dimas, yang baru datang membawa dokumen, menimpali, “Dan Leonard? Kita membiarkannya pergi begitu saja?”Rafael tertawa pelan. “Dia bukan ancaman. Hanya seorang pengecut yang mencoba bertahan hidup.”Serena masih terlihat tidak tenang. “Tapi pengecut juga bisa menjadi duri dalam daging.”Rafael menatap ke kejauhan, matanya memancarkan kilau tajam. “Itulah kenapa kita harus mulai bergerak lebih cep

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 52: Jerat yang Tak Terlihat

    Di sebuah apartemen mewah, Rafael duduk di depan meja kerja dengan laptop terbuka. Cahaya dari layar menyorot wajahnya yang serius. Flash drive yang diberikan Leonard sudah terhubung, dan mata Rafael menyapu berbagai dokumen yang tersimpan di dalamnya.Beberapa file berisi laporan keuangan yang dimanipulasi, transaksi mencurigakan, hingga rekaman percakapan antara Vincent dan seseorang yang disamarkan suaranya.“Ada yang aneh…” gumam Rafael.Ia mengaktifkan perangkat dekripsi yang ada di sistemnya untuk mengembalikan suara asli dari rekaman itu. Tidak butuh waktu lama sebelum suara yang familiar terdengar."Vincent, aku sudah memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Jangan buat kesalahan kali ini."Dahi Rafael mengernyit.Suaranya tidak asing—terdengar seperti seseorang dari keluarga Sinclair.“Sistem, bisa identifikasi siapa orang ini?”> Sistem:“Menganalisis suara…98% kecocokan dengan Noah Sinclair.”Tatapan Rafael langsung berubah tajam.Noah Sinclair.Sepupunya.Pria itu di

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 51: Kebenaran yang Berharga

    Rafael duduk di ruangannya, menatap layar yang dipenuhi data tentang Vincent Caldwell dan jaringan investasinya. Black Fox telah bekerja tanpa henti, menyelidiki setiap celah yang bisa mereka manfaatkan. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak anomali yang muncul.“Rafael, ada sesuatu yang tidak beres,” kata Black Fox, matanya terpaku pada layar.“Apa itu?”“Ada transaksi mencurigakan yang dibuat atas namamu.”Rafael menajamkan pandangan. “Transaksi apa?”“Sejumlah besar dana ditransfer ke rekening offshore. Dan yang lebih buruk, ada bukti yang menunjukkan bahwa itu berkaitan dengan pencucian uang.”Dimas mengumpat. “Sial, mereka benar-benar ingin menjatuhkanmu.”Serena menatap Rafael dengan waspada. “Apa kita bisa menghapus bukti itu?”Black Fox menggeleng. “Terlalu berisiko. Jika kita menghapusnya begitu saja, itu malah akan terlihat lebih mencurigakan.”Sistem berbunyi.> Sistem:"Kau sedang dijebak dalam permainan cermin. Mereka membuat skenario seolah-olah kau yang b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status