Dibuang semasa kecil setelah keluarganya hancur, Bintang di rawat oleh lima wanita cantik yang tak lain merupakan gurunya yang super hebat. Dengan semua ilmu yang dibekali oleh kelima gurunya, Bintang akhirnya turun dari tempatnya dibesarkan. Semenjak itu, dia mulai mengukir namanya sendiri. "Aku ingin menikahi kalian semua!" ungkap Bintang yang membuatnya harus segera turun dari tempat persembunyian gunung lima naga!
Lihat lebih banyak"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!"
Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya.
"Apa?!"
Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!
Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.
Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.
Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.
Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.
Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.
Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurunya.
Ini bukan tempat biasa, ini adalah surga bagi para pria!
Sebelumnya, Bintang adalah laki-laki lemah yang terbuang dari dunianya. Dicemooh, dihina, bahkan dibuang oleh orang-orang terdekatnya karena dianggap pembawa sial.
Ia pergi ke sebuah gunung untuk mengakhiri hidupnya. Namun, ia justru ditemukan oleh kelima dewi-dewi tersebut yang melihat potensi tersembunyi di balik tubuh lemahnya.
Kini, setelah sepuluh tahun ditempa, Bintang bukan lagi laki-laki lemah yang memohon untuk dikasihani!
Sementara itu, kelima wanita tersebut saling pandang setelah mendengar ungkapan Bintang yang tiba-tiba.
“Kamu merasa layak untuk menjadi pendamping kami berlima, Bintang?!” tanya Dewi Perang dengan angkuh.
"Guru, apa aku benar-benar tak layak untuk kalian?"
"Di seluruh Negara Amerta siapa yang tidak mengagumi kami? Bintang, jika kamu memang layak untuk kami, apa kamu mau menerima tantangan dari kami?" Dewi Medis ikut meramaikan suasana.
"Tantangan?" Menjawab penuh antusias, harapan besar untuk mewujudkan impiannya telah membuat semangat besar membakar hatinya.
"Benar, kamu hanya perlu turun dari gunung ini, lalu menerima setiap misi yang kami berikan, Bintang apa kamu mau menerimanya?"
Mengerti arah pembicaraan mereka, Bintang yang tahu bagaimana harus memulai itu mulai merenggangkan seluruh otot tubuhnya yang telah lama kaku.
Kraaaack!
"Guru, katakan saja misi apa yang perlu aku kerjakan? Sekarang aku akan memulainya..."
"..." Kelima guru Bintang terdiam terpaku. Mereka benar benar terkejut atas tekad kuat Bintang yang benar benar ingin menikahi mereka.
Dewi Medis terdiam sejenak, dia kemudian menyeletuk dengan cepat.
"Kota Awan, di sana banyak orang yang membutuhkan keterampilan medismu... Mungkin kamu bisa memulainya dari sana..." Dewi Medis melempar sebuah telepon genggam yang terlihat kuno kearah Bintang.
Menangkapnya, dan menaikan alisnya, Bintang segera berkata dengan nada tak percaya.
"Gu-guru a-apa hanya telepon genggam kuno ini saja yang ingin kamu berikan?!"
“Kenapa? Apakah kamu keberatan?” tanya salah satu Dewi dengan senyum tipis.
"Demi menikahi kelima guru cantik, aku tidak akan menyerah begitu saja! Guru aku akan segera pergi ke kota Awan!"
Dewi Medis menganggukan kepalanya, ia tak menyangka tekad murid terbaik mereka untuk menikahi guru-gurunya. Dia kemudian menelepon seseorang untuk mengantarkan Bintang.
"Dewi Medis, tanpa memberikannya uang, apa Bintang dapat bertahan hidup? Negara ini tengah kacau kondisinya, pertama kali keluar gunung apa dia tidak akan menemukan masalah besar?" tanya Dewi Kekayaan kepadanya dengan ragu.
"Bintang telah mewarisi semua keahlian yang kita miliki, lantas apa yang kalian takuti? Lagi pula, kita tak bisa terus menahannya di tempat terpencil ini."
Beberapa saat bintang menunggu di halaman villa gunung lima naga.
Tiiiin!
Sebuah mobil BMW X4 keluaran terbaru mulai memasuki halaman villa. Sosok gadis yang bernama Diana pun segera membukakan pintu dan memberikan hormat kearah Bintang.
"Tuan muda Bintang silakan masuk."
Menganggukan kepalanya, Bintang memulai perjalanan pertama kalinya selama sepuluh tahun terakhir dalam menuju ke kota Awan.
***
"Diana kenapa kamu menurunkanku di pinggiran kota? Apa ini juga perintah yang diberikan oleh Dewi Medis?"
Bintang menggaruk-garuk kepalanya saat mobil yang ia tumpangi tiba-tiba berhenti begitu saja.
"Tuan muda, ini perintah... Diana tidak berani melanggar perintah." Diana dengan cepat memasuki mobilnya kembali lalu meninggalkan Bintang.
Bintang yang tidak tahu misi apa yang harus dia lakukan mulai berkata, "Sepertinya aku telah gegabah setelah menerima tantangan kelima guruku tanpa persiapan sebelumnya..."
Menarik napas dalam dalam, Bintang mulai berjalan sembari melihat kondisi kota Awan yang terlihat cukup ramai keadaannya.
Ditengah perjalanan yang dipenuhi rasa lapar itu, pandangannya tertuju kearah seorang gadis berumur dua puluh tahunan yang terlihat tengah cemas akan kondisi pria paruh baya di pangkuannya.
Kondisi pria paruh baya itu cukup miris, kulit wajahnya terlihat kebiruan. Bahkan sedikit kejang yang terlihat seperti tengah sekarat.
"To-tolong! Siapapun yang ada disini tolong panggil dokter Tirta! Kenapa kalian hanya tetap melihat dan diam saja! Apa kota Awan tidak ada seorang yang perduli pada kami!" gadis itu berteriak hingga suaranya parau.
Mendengar suara itu, sembari melihat pakaian yang dikenakan gadis itu, Bintang mulai tersenyum tipis. Harapan untuk dapat mengisi perut laparnya mulai terlihat, takdir benar benar membantunya!
Berjalan kearah gadis itu, dan membuka jalan untuknya sendiri. Bintang segera memeriksa denyut nadi pria dipangkuan gadis itu. Namun tiba tiba.
"Kamu pengemis pergi! Aku tidak membutuhkanmu, tapi mencari seorang dokter hebat untuk mengobati penyakit kambuh yang dimiliki ayahku!" Gadis itu menatap tajam kearah Bintang.
Bintang menghela napas panjang, dia menatap sepasang mata gadis itu dengan seksama.
"Ayahmu tidak terkena penyakit, tapi dia keracunan."
Kulit membiru memang keracunan, tetapi gadis itu kenapa mengatakan penyakit ayahnya kambuh?
Mungkin seseorang dokter tengah menyesatkan pikiran keluarga gadis itu untuk mendapatkan keuntungan.
"Kamu tahu apa? Dokter nomor satu di kota ini sudah mendiagnosis ayahku terkena penyakit... Siapa kamu berani sekali menyesatkanku?"
"Pengemis ini benar benar salah sasaran untuk menipu orang kaya di kota Awan!" Seorang mulai berkata dengan reaksi yang menyedihkan. Selain dapat memicu masalah besar, mungkin pemuda setampan Bintang akan masuk penjara.
"Benar, apalagi dia berasal dari keluarga Cahyo, jika dia berani bertindak. Dan masalah bertambah parah, mungkin dia tidak lagi masuk penjara... Melainkan kuburan!"
Mendengar ungkapan orang lain, Bintang masih tetap tenang.
"Tapi kondisinya cukup kritis... Jika menunggu dokter yang kamu maksud tiba, mungkin ayahmu telah tiada... Nona apa salahnya kamu mempercayaiku?" Bintang menatap gadis itu tanpa reaksi sama sekali.
"Cuih! Dia itu sudah gila ya? Sudah tahu kehadirannya ditolak, tapi kenapa dia masih bersikeras?"
Namun Clara yang melihat sepasang mata penuh keyakinan itu terdiam sejenak. Seolah dia terhipnotis dengan ungkapan yang sebenarnya membuat hatinya merasa kesal.
"Jika sesuatu terjadi pada ayahku, keluarga Cahyo pasti akan membunuhmu...," suaranya terdengar begitu dingin.
"A-Aku akan menyerah... Aku akan membawa semua anggotaku untuk pergi dari seluruh wilayah Negara Amerta..." Kepala keluarga Rahwana menyatukan kedua rahangnya secara kuat. Dia sama sekali tidak dapat melawan. Semua menimbulkan kerugian, dan belum tentu dua keluarga kuno mau membantunya jika pertempuran berdarah terjadi.Semua anggota organisasi Naga Langit melepas sandera ditangan mereka. Namun sebelum mereka benar benar meninggalkan wilayah istana Naga Biru."Apa aku sudah mengizinkan kalian pergi?" Suara Bintang terdengar dingin, dia melepas topengnya."Raja Naga apa maksudmu... Aku sudah menyerah! Bukankah anda harus melepaskan kami semua?""Jika aku melepaskan mu begitu saja, bagaimana dengan penderitaan wilayah desa desa kecil di provinsi wilayah Malam Indah? Setiap satu anggota, potong satu jari kelingking kalian... Maka kalian bisa pergi?!""I-ini..." Kepala keluarga Rahwana menyatukan rahangnya.Jika para orang tua, melakukannya mungkin tak begitu masalah. Tapi bagaimana denga
Semua tatapan mata dari dua kepala keluarga kuno, dan dua tempat paviliun besar di negara Amerta menatap kearah kepala keluarga Sananta. Mereka semua meminta jawaban, atas hadirnya berkas yang bahkan leluhur mereka sendiri harus tunduk dibawah kekuasaan Kediaman Langit."Kalian begitu takut padanya... Berkas itu, hanya berkas yang berlaku pada masalalu... Semua usaha yang kita dirikan, itu adalah usaha kita sendiri... Kalian untuk apa masih takut?" Kepala Keluarga Rahwana tersenyum sinis."Ka-kamu..." semua tidak bisa banyak berdebat. Pilihan saat ini sangat sulit. Namun kepala keluarga Rahwana kembali menegaskan."Dia hanya berdua... Apa kalian tidak tahu kondisi kuat tengah berada dipihak mana?" sembari menyeringai.Maha Raja mendengus dingin, kesabarannya mulai goyah. Namun, lagi dan lagi cucunya yang menenangkan situasi."Aku hanya ingin meminta keputusan pada kalian semua..."Semua pandangan mata tertuju kearah Bintang. Hingga Bintang melemparkan buku semua keburukan dari tiga ke
"Didepanmu bisa mengaktifkan token Raja Naga... Sekarang masih ingin menunduk dan tidak ingin membuka pintu?!" wajah Maha Raja semakin suram.Hingga kesepuluh ahli bela diri yang ditugaskan menjaga Istana Biru membukakan pintu. Mereka, dengan sikap cepat memberikan jalan, lalu menundukan kepala sebagai tanda hormat.Melihat sikap para ahli bela diri yang dikirim keluarga kuno, Bintang mulai bergumam."Bermuka dua, ku ingin lihat seberapa besar ego mereka ketika keluarga Rahwana datang?!" Bintang tersenyum tipis. Dia bersama kakeknya memasuki halaman wilayah Istana Naga Biru.Istana ini, sangat luas. Mungkin jika beberapa helikopter pribadi mendarat, itupun masih terlihat berapa luasnya halaman istana termegah."Tempat ini, adalah tempat dimana ayah dan ibumu berkuasa... Dan di tempat ini, adalah tempat ayah dan ibumu terbunuh... Bintang, gejolak kekuasaan kali ini. Apa kamu benar benar siap?"Bintang mengangguk tenang, "aku tidak menantikan keberadaan tiga keluarga kuno... Tapi teruta
"Maksudmu kamu ingin menghancurkan keluarga Rahwana?" Bintang mengangguk, "kau ternyata tidak sebodoh itu..." "Tciiiih! Kau kira menghancurkan keluarga Rahwana itu mudah?" "Tunggu waktunya tiba... Kamu akan mengerti." Bintang keluar dari ruangan, dia segera masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Hingga tak berselang lama, dia melihat sebuah token emas. Memiliki ukiran naga, dan nama, 'Raja Naga.' "Istana Naga Biru...," senyum tipis terlihat. Dia segera menyimpan token, dan kembali menggunakan topeng, serta Jaz mewah. Keluar dari dalam kamar, Bintang segera menemui kakek, dan Zidane. "Tuan muda, apa kita akan mulai sekarang?" Bintang menganggukan kepalanya. Hal ini membuat Maha Raja yang bingung dengan rencana cucunya mulai berkata, "apa yang ingin kalian lakukan? Kenapa tidak berdiskusi denganku?" "Aku memanggil kakek juga karena hal ini..." Bintang berbisik. Hingga sorot mata yang tajam dari Maha Raja terlihat. "Kau ternyata sangat pintar... Mari, kake
Bintang membalas pelukan itu, hingga dia mulai berkata, "bagaimana dengan situasi kediaman ini?""Selama kabarmu meninggal... Kami melakukan masa berkabung hingga saat ini... Bintang maafkan aku..."Tak ingin menyalahkan mereka. Pintu kediaman yang telah terbuka memperlihatkan Awan, beserta para CEO yang memang selalu ada didalam kediaman Langit."Bu-bukankah itu tuan muda?!""Tu-tuan muda masih hidup?!""Apakah ini hanya mimpi?!"Semua orang di dalam kediaman Langit meracau tak jelas. Namun setelah Bintang melangkahkan kaki diikuti oleh banyak orang dibelakangnya. Semua para CEO mulai tersadar. Ini memang bukan sebuah mimpi!"Tuan muda salam hormat?!"Bintang menganggukan kepalanya, dia berjalan kearah aula pertemuan para CEO diikuti oleh semua orang. Duduk di bangkunya, Maha Raja yang tak asing dengan kediaman Langit hanya diam terpaku. Dia melihat sosok Bintang tengah menunjukan kedewasaan, sekaligus kewibawaannya sebagai pemimpin."Dia memang cucuku yang paling hebat?!""Semuanya
"Kakek... Tuan muda, lalu bagaimana denganku?" Athena memasuki ruangan dengan wajah yang lesu. Dia tidak ingin kehilangan Maha Raja yang telah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Maha Raja hanya bisa meminta keputusan dari Bintang. Karena dia tahu, keluarga Langit sekarang berada di kendali tangan cucunya. Semua keputusan, tetap berada ditangan Bintang! "Kamu menanggap kakek ku, sebagai kakekmu... Ku tahu, kamu pun merawat kakekku dengan baik... Athena, kamu jangan panggil lagi aku sebagai tuan muda... Panggil aku sebagai Kakak mu sendiri..." Athena ingin menangis, selain Maha Raja. Siapa yang begitu baik padanya? Dia tanpa rasa ragu berlari, dia memeluk Bintang beserta Maha Raja dengan perasaan yang sulit digambarkan. "Te-terimakasih kek... Terimakasih kakak... Athena pasti akan melakukan yang terbaik untuk kalian?!" Bintang tak pernah merasakan rasa kehangatan keluargaan seperti saat ini. Dia sedikit terharu, tapi banyak orang termasuk kakeknya. Dia tidak ingin menangi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen