Usai acara penyerahan Piala Bergilir Gubernur DKI Jakarta di podium, para penonton pertandingan final seri C petang itu akan dihibur oleh deretan artis dangdut goyang Pantura yang disponsori oleh Pemda DKI Jakarta.Agus justru buru-buru kabur ke ruang ganti atlet untuk mandi dan berganti pakaian bersih. Dia harus menjemput majikannya di Mall Plaza Senayan. Setelah mandi bersih dan wangi, ia tak lupa menyemprotkan AXE for Men, kesan pertama begitu menggoda ... slogan itu begitu melekat di benaknya hingga tak pernah lupa memakai body mist pria itu sesudah mandi."Buru-buru amat, Gus? Loe kagak nonton dangdut nih? Seru, Bro, nyesel kagak ikutan!" ujar Endro, kapten Harum Tanurie FC yang baru saja mau mandi dan berjalan ke bilik kamar mandi.Dengan segera Agus menjawab, "Jemput si cantik di mall dulu, Capt. Ntar pasti aku balik kok ke mari. Udahan dulu ya keburu bubar!"Pemuda itu berlarian menuju ke parkiran kendaraan pemain kesebelasan yang bertanding. Agus mengendarai sepeda motor Yama
"Silakan menikmati malam yang indah di Hotel Indonesia Kempinski, Pak, Bu. Saya permisi ...," ujar bell boy ramah yang mengantarkan Agus dan Anita ke sebuah kamar Deluxe King di lantai 7. Kemudian bell boy itu menutup pintu setelah keluar dari kamar tersebut. Anita bergelanyut manja di leher Agus sembari memerhatikan wajah pemuda itu. Pasalnya, dia baru saja menguras dompet sopirnya dengan membayar biaya menginap semalam di hotel bintang 5. Harganya semalam 4,5 juta rupiah. Hmm ... berat tentunya bagi seorang pekerja kelas rendahan seperti Agus.Namun, di luar dugaannya tak ada raut wajah menyesal atau kesal yang Anita lihat dari Agus. Dia pun bertanya, "Mas nggakpapa bayar mahal buat semalam aja sama aku di sini?""Memang kenapa, Mbak? Saya suka ... hari ini kemenangan pertandingan yang luar biasa buat saya. Cocok dirayakan dengan seorang wanita istimewa," jawab Agus mulai menurunkan risleting punggung midi dress yang dikenakan Anita hingga berhenti di atas bokong wanita itu."Nggak
Langit telah berubah warna dari hitam pekat menjadi putih kelabu sebelum mentari tiba pagi itu. Dari kaca kamar Hotel Indonesia Kempinski, Agus tahu sudah saatnya dia bangun, semalam yang indah bersama pujaan hatinya telah usai. Ada rasa tak rela saat dia harus melepas tubuh indah majikannya dari dekapan hangatnya.Layar ponsel Anita di nakas samping tempat tidur yang mereka berdua tempati menyala terus sejak semalam. Agus juga tahu itu mungkin suami majikannya yang mencari istrinya yang semalaman tak pulang ke rumah.Dia memilih tak ambil pusing dan malah melanjutkan kemesraannya pagi ini dengan menciumi tubuh molek yang masih terlelap dalam buaian mimpi indah itu. Agus suka menyentuh kulit halus Anita terutama di bagian dadanya yang membulat seukuran buah jeruk Bali.Sang pemilik tubuh molek itu menggeliat karena geli dengan sentuhan yang membangkitkan hasrat kewanitaannya. "Mass ... aahh!" Perlahan sepasang mata indahnya terbuka bersitatap dengan mata Agus yang seolah memujanya."P
Saat Agus masuk ke ruang tamu depan, Anita sedang tersungkur di lantai memegangi pipinya yang merah bekas telapak tangan. "Dasar wanita murahan! Kamu memang pantas dipukul. Cuihh!" Radit meludah di hadapan istrinya sembari bertolak pinggang.Sementara Anita dengan wajah basah oleh air matanya berkata, "Aku sudah bilang kalau aku minta cerai, Mas. Kamu bebas nikahi Sheila, pacar selingkuhan kamu itu!""Yang selingkuh sama sopir 'kan kamu, kenapa jadi Sheila yang dijadikan alasan?" kelit Radit tak terima.Anita bangkit dari lantai dan membuka tasnya lalu melemparkan berlembar-lembar foto ke wajah Radit hingga lembaran foto itu berhamburan ke mana-mana. Itu adalah foto mesra Radit dan Sheila baru-baru ini. Mereka berciuman dan berpelukan di tempat umum tanpa jengah. Kini Radit tahu bahwa selama ini dia telah dibuntuti oleh mata-mata suruhan istrinya. Dia pun bertepuk tangan sambil tertawa keras. "Hebat ... hebat ..., cocok jadi istri politikus, kamu Nit! Lalu mau kamu apa setelah menyu
Periode pemilihan calon legislatif tiba bulan ini, Radit sudah merogoh kocek dengan maksimal. Poster fotonya banyak menghiasi baliho dan spanduk di ibu kota. Tampangnya terbilang ganteng, muda, dan menarik perhatian terutama untuk daftar pemilih kaum Hawa. Raditya Poncobuwono, caleg nomor 2 dari Partai Banteng Ngamuk, wakil rakyat demi kemajuan bangsa, mohon doa restu. Demikian isi tulisan baliho yang terpajang di puluhan titik strategis perempatan lampu lalu lintas Jakarta. "Mas Radit, bagus banget deh fotonya di baliho!" puji Sheila seraya bergelanyut di lengan Radit di dalam mobil Expander hitam yang sedang melaju di jalan raya Jakarta Pusat.Dengan cengiran kuda Radit tertawa senang mendengar pujian pacarnya. "Pasti dong! Radit ... gitu loh. Besok coblosan jangan lupa pilih aku ya, La!" sahut pria tampan itu menatap wajah Sheila."Oya, Mbak Anita tahu nggak sih kalau kita masih jalan bareng, Mas?" tanya Sheila sembari membelai dada Radit yang bidang terbungkus kemeja biru muda m
Osaka, Jepang, 2 tahun yang lalu."Masss ... aakkhh! Enak bangetttt ...," desah wanita bertubuh seksi yang tergolek bersimbah peluh setelah bergumul panas di atas ranjang. Sang pria bertubuh kekar yang dipanggil oleh Gita masih terus berpacu di atas tubuh polosnya tanpa kenal lelah sebelum akhirnya menggapai puncak asmara mereka. "Ougghh, Gitaaa!" lenguhnya seiring pekikan nama wanita yang ia rajai di bawah tubuhnya.Bibir Radit dan Gita berpagutan mesra hingga menimbulkan bunyi berkecipak dua bibir yang saling beradu seiring sentuhan yang terus menyalakan gairah di tengah cuaca yang bersalju di negeri Sakura itu.Perjalanan dinas yang seharusnya membosankan bagi Radit, tak lagi demikian. Pasalnya, seorang wanita cantik bertubuh seksi yang sudah ia kejar-kejar berbulan-bulan di kantor dinas yang dia pimpin berhasil dia taklukan juga pada akhirnya.Anggita Rosanna, wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai, berkulit kuning langsat. Dia adalah mantan Finalis Puteri Indonesia dari Jawa
"Gita ini bintang FTV ya kalau saya nggak salah?" pancing Anita sembari memerhatikan wajah selingkuhan suaminya itu dengan seksama.Gita pun tersenyum bangga dan menganggukkan kepalanya. "Iya, benar, Mbak. Ada beberapa judul FTV yang baru selesai syuting dan sudah mulai tayang di Surya TV. Mbak Anita apa suka nonton FTV?" sahutnya ramah."Ohh ... ikutan anak-anak yang kerja di butik saya yang biasa nonton FTV aja kok, tapi memang pernah lihat wajah Gita karena cantik di atas rata-rata jadi ingat," jawab Anita memuji kecantikan selingkuhan suaminya.Sebelum dia kemudian berkata ke Radit, "Mas, jangan sampai jadi viral lho beritanya. Pesannya 'kan kalau ke aku, jangan bikin skandal sama selingkuhanku. Nah ... Gita ini artis lho, mana lagi naik daun pula. Apa mau kalau Mas Radit masuk berita infotainment?!"Radit pun sontak gelagapan mendengar sindiran halus Anita yang ada benarnya. Dia pun memijit pelipisnya yang mendadak terasa pening. Ribut sih nggak, tapi runyam iya.Tak puas begitu
Jantung Agus seolah selalu berpacu kencang setiap berhadapan dengan majikannya yang binal berduaan. "Mbak ... nggak jadi bobo siang?" desah Agus saat tubuh kekarnya dipepet Anita di balik pintu apartment yang baru saja disewa itu.Pemuda itu membatin, 'Lagunya Ahmad Dhani banget 'di setiap ada kamu kenapa jantung ini berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang'Anita menyusuri dada bidang yang ditumbuhi bulu lebat itu dengan bibirnya sambil memelintir puncak dada Agus hingga pria itu mengerang memejamkan matanya. "Aku lagi pengin main-main deh, Mas ... badan Mas Agus gemesin soalnya," jawabnya santai.Akhirnya Agus memilih untuk membiarkan majikannya itu berbuat nakal sepuasnya dengan tubuhnya. "Mas Agus apa bisa mijit?" "Bisa, Mbak. Apa mau saya pijit?" jawab Agus menatap Anita yang lebih pendek sehasta dari tinggi badannya. Tubuh majikannya yang menggairahkan itu menempel erat di hadapannya membuat kepalanya pusing.Anita pun tersenyum lebar. "Wah, asik! Mau dong dipijitin