/ Romansa / Simpanan Tunangan Tuan Presdir / Bab 5—Ciuman Pertama Sanaya.

공유

Bab 5—Ciuman Pertama Sanaya.

작가: Na_Vya
last update 최신 업데이트: 2022-08-03 22:54:31

"Mbak Sanaya baik-baik aja 'kan? Atau... Mbak Sanaya sakit?" tanya Dilan pada Sanaya yang masih berada di pelukannya. Sementara Sanaya terhenyak dan mengerjap lambat.

Beruntung pemuda itu berinisiatif untuk menyusul Sanaya ke dapur, karena tak sengaja mendengar percakapan. Andai saja dia telat sedikit, pasti Sanaya akan terjatuh di lantai.

"Kepala saya sakit, Dilan. Saya pusing." Sanaya menjawab lemah, bahkan memilih menaruh kepalanya di dada Dilan dan memejamkan mata.

Lalu Sanaya kembali bersuara, "Dilan...."

"Iya, Mbak."

"Boleh saya minta sesuatu?"

"Apa, Mbak? Mbak Sanaya mau aku ambilin obat atau mau aku anter ke rumah sakit?" Dilan yang merasa khawatir memberondong begitu banyak pertanyaan pada Sanaya yang cuma terkekeh.

"Bukan, Dilan. Bukan itu," sahut Sanaya yang kembali sendu.

"Terus apa dong, Mbak?"

"Tetaplah seperti ini untuk sementara waktu, Dilan. Saya ... merasa tenang berada di pelukan kamu. Saya butuh sandaran malam ini. Saya benar-benar enggak tahu lagi mesti gimana, Lan," pinta Sanaya yang saat itu juga merasakan tubuh Dilan menegang.

Kenyamanan yang dirasakan Sanaya mungkin hanya perasaan sesaat. Di saat hatinya merasa rapuh seperti ini akan selalu ada Dilan yang hadir untuk memberinya semangat. Atau paling tidak, Dilan selalu mampu membuat Sanaya merasa tak sendirian melewati semua ini. Dia tidak peduli jika detik ini Dilan menilainya sebagai wanita lemah seperti yang sudah-sudah.

Yang Sanaya butuhkan malam ini hanya sebuah sandaran untuk berbagi. Ya, hanya itu.

'Yakin cuma itu, Sanaya?' Sudut hati Sanaya kembali mempertanyakan sikapnya sendiri.

Bibir Dilan tersungging, mendengar permintaan atasannya itu. "Boleh, Mbak. Silakan. Mbak Sanaya bisa kapan aja meminta itu dari aku," ucapnya yang secara sadar. Entah mengapa, permintaan Sanaya malam ini terdengar begitu memohon. "Tadi yang telepon Leo 'kan?"

Sanaya hanya mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan Dilan, bibirnya enggan untuk mengucap nama lelaki brengsek itu. Setiap kali dia mengingat Leo, maka saat itu juga dia merasa muak dan benci. Benci pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa pun.

Melihat Sanaya yang terdiam, Dilan mengurungkan niatnya yang ingin bertanya lagi. Namun, apa yang dia dengar barusan membuat hatinya gelisah dan tidak tenang. Pasti, ada sesuatu yang melukai hati Sanaya, sampai-sampai perempuan ini begitu tersakiti dan terlihat kacau.

"Mbak, tadi aku enggak sengaja denger semuanya. Mbak Sanaya minta maaf sama cowok brengsek itu. Kenapa, Mbak? Memang ada masalah apalagi? Si kampret itu pasti ngancem Mbak lagi 'kan?" cecar Dilan yang otaknya mulai mendidih ketika mengingat nama Leo.

Di dalam pelukan, Sanaya menahan senyum saat Dilan memangil Leo dengan sebutan Kampret. Anak ini memang selalu bisa menghiburnya. Kalimat absurd yang terlontar dari bibirnya seakan menjadi hiburan tersendiri bagi Sanaya. Tidak salah 'kan? Jika dia memilih pemuda ini untuk dijadikan teman ngobrol.

"Begitulah, Dilan. Memangnya apalagi, yang bisa dia lakuin selain ngancem?" jawab Sanaya yang seketika mendapatkan desahan kasar dari Dilan.

Lalu, kelopak mata Sanaya yang semula terpejam langsung terbuka lebar, mendongak untuk menatap rahang tegas Dilan dari bawah. Tingginya tak seberapa jika dibandingkan dengan pemuda itu.

"Kenapa?" tanya Sanaya saat melihat Dilan masih terdiam dan hanya mengeluarkan decakan halus. Namun, dari raut wajahnya, Sanaya bisa menebak jika Dilan pasti sedang merasa kesal. Seperti yang sudah-sudah.

"Enggak ngerti aku, Mbak, sama jalan pikiran Mbak." Dilan menyahut tanpa menurunkan pandangan, enggan menatap lawan bicaranya yang kini mengerutkan kening.

Sanaya sontak menarik diri dari dekapan Dilan. "Maksudnya?"

"Mbak, dengerin aku." Dilan memegang bahu Sanaya, menatap kedua manik kecokelatan itu dengan lekat. "Mbak, bisa 'kan sekali aja enggak minta maaf sama Leo? Sekali aja, Mbak. Mbak Sanaya jangan ngalah terus sama dia," mohon Dilan dengan sangat dan penuh harap.

"Enggak bisa, Dilan. Saya enggak bisa ngelakuin itu." Sanaya menggeleng lemah seperti yang sudah-sudah sebab merasa tak punya kuasa untuk melakukan apa yang diminta Dilan padanya.

"Mbak, dengerin ini, ya. Mbak boleh ngejaga perasaan orang lain. Tapi, lebih penting kalo, Mbak, bisa ngejaga perasaan Mbak sendiri." Dilan merubah posisi tangannya untuk menyentuh pipi Sanaya.

Dan, di sana dia langsung bisa melihat bekas luka di sudut bibir Sanaya. "Mbak Sanaya orang baik. Mbak juga cantik," ucap Dilan lagi, yang entah dapat keberanian dari mana, meraba sudut bibir Sanaya yang terluka.

"Ssshh...." Sanaya mendesis kala ibu jari Dilan menyentuh sudut bibirnya. Ada getaran yang tidak bisa dia jabarkan saat ini. Harusnya, Sanaya menolak perlakuan Dilan padanya. Akan tetapi, rasa nyaman itu, lagi-lagi lebih mendominasi akal sehatnya.

"Mbak Sanaya enggak pantes dapetin ini semua. Mbak lebih pantes buat dilindungin bukan disakitin." Dilan semakin memangkas jarak yang ada, mendekatkan wajahnya ke wajah Sanaya yang hanya mematung.

Suara gemuruh petir di luar sana seolah tak mengusik suasana yang tercipta. Pandangan keduanya terkunci satu sama lain. Sorot mata Dilan begitu menghanyutkan, hingga Sanaya tak kuasa menghindar saat pemuda itu mulai menempelkan bibirnya.

Ya, Dilan berani mencium Sanaya. Sesuatu hal yang sama sekali belum pernah dia lakukan bersama Leo. Ini adalah ciuman pertama Sanaya, tetapi justru dia melakukannya dengan pria lain.

'Astaga... Sanaya! Apa yang kamu lakukan?' Bisikan di hati tak dihiraukan Sanaya. Dia memilih menikmati setiap sapuan lidah Dilan yang meminta untuk disambut.

Awalnya memang Sanaya merasa terkejut, namun lama kelamaan dia membalas ciuman Dilan yang semakin dalam. Menyesap dan merasai bibirnya dengan lembut. Semua permasalahan yang ada seolah enyah dalam pikiran Sanaya hanya dengan ciuman dari Dilan.

'Ini gila! Ini tidak benar! Tapi aku suka! Aku...' Batin Sanaya disela-sela pertautan bibirnya dengan bibir Dilan.

###

bersambung....

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 97—Ending.

    Setelah melewati drama yang mengharu biru, dan puas melepas rindu dengan semua orang di Restoran. Sorenya Sanaya meminta Dilan untuk mengantarnya ke Hotel tempat menginap para karyawannya yang bekerja di toko kuenya. Sesuai dengan janjinya, Sanaya mampir ke Hotel tersebut sebelum Rena dan yang lainnya berangkat untuk kembali ke Jogja. Sanaya ingin mengucapkan terima kasih secara langsung kepada semua yang telah menyempatkan datang ke pernikahannya kemarin. Jika tidak ada mereka, Sanaya juga tidak akan bisa menjalankan bisnis toko kuenya di Jogja dengan lancar. Sekalian, Sanaya ingin menyerahkan separuh tanggung jawab kepada Rena, yang sekiranya sudah mampu dan dapat dipercaya. Usulan Dilan tentu mendapat sambutan baik dari Sanaya, jika dipikir-pikir, akan sangat merepotkan apabila dia mesti bolak-balik Jakarta-Jogja. Belum lagi, Sanaya harus mengurus restoran yang kini telah kembali ke tangannya. "Apa, Mbak? Aku diangkat jadi Manager? Manager toko kue Mbak Sanaya? Aku gak salah den

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 96—Kejutan~

    Sepanjang perjalanan menuju tempat yang akan ditunjukkan Dilan pada Sanaya, seakan semua tempat yang dilewati terasa tidak asing di ingatan perempuan berhijab itu. Sanaya masih ingat dengan jelas, rute jalan tersebut hendak menuju ke mana. Namun, dia yang tak ingin menerka-nerka sendiri pun, akhirnya bertanya kepada sang suami. Lelaki yang fokus dengan jalan di hadapan nampak santai dan datar. Sejak keluar dari halaman rumah hingga hampir setengah jam berada di jalan, Dilan tak ada sedikit pun membuka suara. "Dilan?" Sanaya menegur sang suami, memiringkan posisi duduknya sambil mengamati jalan sekitar yang dilewati. Kenapa, dugaannya semakin kuat saja, pikirnya dalam diam. "Ya? Kenapa, Nay?" Dilan hanya menoleh sekilas, lalu fokus ke depan lagi. Sayangnya, Sanaya tidak sadar, seringai samar yang terbit di sudut bibir Dilan. "Ini? Kayaknya aku gak asing sama jalanan ini deh?" ucap Sanaya ragu, takut apabila dugaannya meleset. "Gak asing gimana?" Dilan masih berpura-pura bersikap

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 95—Solusi.

    Usai sarapan, Dilan pergi ke ruangan kerjanya untuk mengerjakan sebentar pekerjaan kantor yang dikirimkan sekretarisnya melalui email, sebelum dia mengajak sang istri pergi ke Restoran. Sementara Sanaya memilih bersiap-siap lagi di kamar, berganti baju yang lebih rapi dan sedikit berdandan. Namun, mengingat jika besok dia akan berangkat bulan madu pagi-pagi sekali, karena itu Sanaya berpikir untuk menyicil mempersiapkan beberapa keperluan yang akan dibawanya. Hanya beberapa potong pakaian, lantaran Dilan melarangnya membawa banyak barang. 'Gak usah bawa banyak-banyak, nanti kita bisa beli di sana kalo semisal kurang sesuatu. Biar waktu pulang kita juga gak kerepotan.' Kata Dilan mengingatkan sang istri, dan menurut Sanaya itu ada benarnya juga.Sanaya yang sibuk memasukkan baju-baju yang dia ambil dari lemari, tiba-tiba kepikiran toko. Otomatis, dia harus menambah masa liburnya, karena dia akan pergi bulan madu sekitar satu Minggu."Oia, aku belum ngasih tau Rena, kalo aku bakal lam

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 94—Paket Bulan Madu.

    Paginya, Sanaya yang selalu bangun lebih awal sudah sibuk berkutat di dapur, menyiapkan sarapan dengan dibantu bibi yang bertugas di bagian itu. Walaupun ada banyak asisten rumah tangga, Sanaya tak bisa berdiam diri begitu saja, dan tinggal menikmati makanan yang sudah disiapkan. Terbiasa mandiri, dan basicnya dia suka memasak, membuat Sanaya ingin mengeksplor berbagai macam jenis masakan. Sayang 'kan, ada dapur sebagus ini jika tidak dimanfaatkan? pikir Sanaya. Semalam meskipun Sanaya hanya tidur beberapa jam saja, tenaganya masih cukup kuat kalau hanya memasak. Dilan benar-benar mengerjainya habis-habisan, sampai tak memberinya jeda sebentar saja.Ya ... kendati begitu, Sanaya tak bisa berbohong, kalau dia pun menikmati setiap momen panas semalam. Suatu kegiatan yang pastinya berbuah pahala, karena menyenangkan pasangan kita di ranjang. Sanaya berharap, rumah tangganya akan selalu dilimpahkan kebahagiaan dan keberkahan dari Sang Pencipta. "Bi, saya tinggal sebentar, ya? Saya mau

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 93—Mendebarkan.

    Mau tak mau Dilan harus mandi, bukan? Bercinta dalam keadaan bersih tentu akan terasa lebih nyaman dan tenang. Apalagi, setelah sekian lama dia menantikan momen ini. Sanaya telah resmi menjadi miliknya seutuhnya, dan dia berjanji akan terus berusaha melimpahkan kebahagiaan untuk perempuan cantik itu.Sementara Dilan masuk ke kamar mandi, Sanaya menunggu sang suami di depan meja rias. Senyumnya belum luntur, dan semakin mengembang ketika mengingat bagaimana konyolnya Dilan yang sempat tak mau mandi."Dia gak berubah sedikit pun," gumam Sanaya, sambil menggelengkan kepala, lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer yang tersedia. Sambil menunggu, mungkin Sanaya akan sedikit memberi riasan di wajahnya, supaya tidak terlalu pucat. Kebetulan sekali, di meja rias sudah tersedia perlengkapan make up lengkap dengan skincare yang biasa Sanaya pakai."Darimana dia tau, kalo aku pakek ini?" Sanaya mengambil penyegar wajah, setelah selesai dengan urusan rambut. Botol kemasan kecil itu adalah m

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 92—Mandi dulu.

    Acara pernikahan Dilan dan Sanaya berlangsung cukup meriah, meskipun yang hadir hanya beberapa orang terdekat saja, tetapi tidak mengurangi kebahagiaan sepasang pengantin yang tak lagi baru itu. Semua orang tentu tahu, akan status keduanya yang lebih dulu telah menikah dengan pasangan masing-masing. Namun, tak banyak yang tahu, jika selama ini pula, keduanya sempat menjalin hubungan diam-diam di belakang. Saling mengisi kekosongan di hati.Waktu pun terus berlalu, sampai hampir malam menjelang, satu persatu dari mereka berpamitan pulang. Melihat sang istri kelelahan, Dilan berinisiatif memintanya agar kembali ke kamar terlebih dahulu. Sanaya menurut, dan pergi ke lantai atas, ke tempat kamarnya Dilan berada.Statusnya yang sudah resmi menjadi istri dari lelaki itu, tentu mengharuskan Sanaya tinggal di kamar tersebut. Rasanya, kenapa sangat mendebarkan, padahal dulu dia sering masuk ke kamar Dilan, waktu masih tinggal di apartemen.Apa mungkin, karena sudah begitu lama, dia tidak masuk

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status