Episode 23: Segala Produk Harga Diri Adalah Dibawah Kaki Pemilik Modal. Mayoritas pola pikir masyarakat negara Bangsa Selatan berasas pada paham sosialis-anarkis. Itu pun relevansinya hanya dalam bernegara. Sehingga ada atau tidak adanya pemerintahan dampak itu tidaklah begitu berarti dalam kemasyarakatan. Mengolaborasikan paham yang mengacu pada kebutuhan sistem bernegara dan paham yang mengacu pada anti pemerintahan menjadi perkara yang kesannya muskil. Tetapi dengan bangga kedua paham yang kontradiktif itu dapat bersinergi dalam negara Bangsa Selatan. Anarkisme tidak memerlukan pemerintahan untuk mengatur kemasyarakatan dan sosialisme menjadi penunjang keperluan masyarakat dalam menjalankan perekonomian yang adil. Pertama dalam kaitannya sosialis yang mana menguasai beberapa sarana dan prasarana seperti: Aset, jasa, barang produksi/distribusi, dan segala macam bentuk usaha yang berkecimpung demi publik/masyarakat akan dikelola atau dikuasai langsung oleh negara/pemerintahan
Episode 24: Nilai Dari Kematian Selaras Gaya Hidup.Alternasi waktu: 21 / Bintang Cancer. Musim hujan.Hujan menerpa hari ini. Deras yang dinginnya seolah mencakar kulit. Butiran-butiran es sebesar biji jagung terbawa bersama hujan. Kediaman Aldia selalu nampak sunyi, yang pagi ini kegiatan belajar-mengajar bersama Erika tidak dihadiri Kael. Hanya Eriel yang melakoni agenda studi seperti hari-hari biasanya—butuh tiga hari bagi Eriel De Atria hanya untuk kembali terbangun dari tak sadarkan dirinya. Tetapi, di halaman belakang rumah, tepat di ruang bawah tanah yang nyaris hanya berdinding tanah, berlantaikan semen polos seakan ruangan ini belum rampung dibangun lantaran terlalu malas kalau hasilnya terlalu bagus, dan beberapa meter dari tangga pintu masuk, sosok remaja malas tengah tertidur pulas di atas tikar jerami yang sering memicu gatal-gatal di kulit, bersandarkan pada jeruji besi yang mengurungnya di sana. Sebab begitulah, semua kronologi pertarungan antara Kael, Eriel serta pr
Episode 25: Pengampunan Yang Tulus Itu Mestinya Tanpa Syarat.Pada malam harinya, bersama cuaca yang masih menyajikan guyuran hujan es dalam intensitas deras, Kael dengan kerendahan hatinya berlutut di depan mamanya—posisinya masih di balik jeruji besi bungker, sementara Aldia di luar bersama Eriel. “... sekali lagi, ampuni kebodohanku. Maafkan kesalahan dan kekuranganku saat nyatanya tidak menunjang kebaikan. Lalu untuk Eriel, adikku tercinta ... maafkan aku telah menjadi kakak yang tidak dapat diandalkan ....”Kael berpasrah diri sekalipun batinnya bergejolak lantaran harga dirinya serasa digadaikan. Dia nampak serius, dan memang serius.Akan tetapi, entah adakah Aldia dapat melihat keseriusan putranya. Atau malah melihat adanya kesepakatan yang telah dibuat Kael pada Eriel. ”Apa yang membuat mama harus percaya kalau permohonan maafmu itu adalah hasil penyesalan hatimu, bukan manipulasi? Dan premis apa yang membuat mama pantas mengampunimu? Bagaimana bisa mama percaya kalau di masa
Episode 26: Kalau Gagal Coba Kembali, Siapa Tahu Kegagalan Berikutnya Lebih Berarti.Aldia menyadari bahwa putra-putrinya mesti berkembang lebih pesat kearah yang progresif. Kekalahan dua anaknya dengan Lunio adalah premis yang mendasari pikirannya untuk bertindak.Dia punya rencana. Tapi sementara itu, markas militer komando 13 yang seluas dua puluh tiga hektare menjadi destinasi sang jenderal—pusat Kemiliteran Komando 13. Gedung bercat kelabu berlantai 5 berarsitektur serupa dengan sarang lebah itu adalah lokasi keberadaannya. Wanita berambut hijau itu tengah berdiskusi bersama beberapa staf kemiliteran di ruangan rapat. “... manuver p-politik dari lima pihak d-di kota Aurania k-kian gencar ....” Seorang wanita muda bergaya bicara gagap mengutarakan topikalitas diselenggarakannya rapat ini. “Dari b-banyaknya persoalan ya-yang terdeteksi, terdapat sa-satu persoalan pelik yang se-sejatinya berkembang secara signifikan. Salah s-satu persoalan lainnya me-menyangkut independensi kemili
Episode 27: Semoga Semua Pelayanan Ini Diterima Sang Kegelapan Abadi. DALAM beberapa bintang/bulan berikutnya Jenderal A Aldia mengurus banyak persoalan pelik yang mengharuskannya tidak pulang ke rumah. Persoalan yang nyatanya telah mengguncang lagi psikisnya, yang menjadikannya dilema dalam opsional sebuah keputusan, bagai 'buah simalakama'.Merelakan dua anaknya melaksanakan rutinitas studi mereka sebaik-baiknya, menaruh percaya pada mereka walau entah apakah Kael dan Eriel dapat konsisten belajar dan selalu akur.Tentulah, Aldia tak dapat menarasikan pada putra-putrinya tentang fakta yang sesungguhnya telah terjadi dalam negaranya sendiri. Terlalu berat untuk sekarang dua anaknya terlibat kasus internal di negerinya sendiri dengan kondisi mental, fisik dan ilmu mereka yang belumlah kompeten.Dan untuk Erika, wanita 40 tahunan itu selalu konsisten melaksanakan kewajiban dan tugasnya tanpa hal aneh-aneh yang mengusik penugasan sang jenderal. Alternasi waktu: 02 / Bintang Capricon.
Episode 28: Rasa Sakit Yang Jadi Alasan Mencapai Kebahagiaan, Ketidakberdayaan.“Sejalan dengan apa yang pernah Mama bilang; kita akan melakukan ujian dengan hadiah kebebasan.”Aldia mulai menjabarkan motif kehadirannya di sini. “Dengan begitu, tiga insan di depan kalian ini termasuk dalam ujian tersebut ....”Apa yang sang jenderal itu kemukakan perlahan membayar semua keheranan Eriel dan Kael. Rupanya tiga individu itu menjadi soal dalam ujian.Lalu Aldia menyodorkan sebilah pisau seraya menitah, “Cabut nyawa mereka untuk kebebasan kalian ....”Sontak bukannya senang karena dengan begitu ujian menjadi mudah, malah menjerumuskan Eriel dan Kael ke dalam kebingungan yang mengguncang psikis mereka. Karena sejujurnya ini diluar perkiraan dan prasangka. ”Ini terlalu berat.“ Kael sampai mencetuskan pendapat untuk tidak habis pikirnya. “Ta-tapi ... kukira kita akan bertarung?” timpal Eriel untuk ketidakmengertiannya. ”Kapankah Mama bilang ujian kalian akan bertarung?“ sindir Aldia untuk
Episode 29: Hanya Karena Masalah Terlihat Sama, Bukan Berarti Diselesaikan Dengan Cara Yang Sama.ALDIA beserta dua prajuritnya telah kembali berdinas sekalian mengurus tiga jasad yang sampai detik ini tidak diketahui motif mereka hingga dijadikan objek ujian sang jenderal. Latar belakang ketiga korban saja tidak diketahui.Sementara di kamar, Eriel sedang duduk bersila di lantai sembari konsentrasi dalam semadi Aura-nya. Meningkatkan lagi kualitas Aura yang dimilikinya. Pukul 14:03. Siang yang mendung agak kejinggaan, Kael De Atria menyusuri perhutanan secara sembunyi-sembunyi, membawa bekal pancingannya hanya demi menuju danau favoritnya. Walakin, bukannya gembira karena dirinya kini tiba dengan selamat di lokasi memancing, Kael malah mendekus jengkel saat menyadari bahwa di area danau ini sudah hadir seorang gadis menyebalkan. Sosok itulah yang serta-merta membuat Kael terpaku bimbang di bibir danau yang membeku—bimbang antara kembali pulang atau tetap memancing walau ditemani s
Episode 30: Matahari Tidak Melelehkan Salju, Itu Hanya Membuat Hari Jadi Tidak Gelap.Pukul 17:57.Murka.Satu kata itu sudah mampu mendeskripsikan motif penyerangan yang Eriel lakukan. Dan ... bingung. Itu yang masih terpatri dalam pikiran Aira menyikapi kenyataan yang sukar dielakan. Sedang Kael secara apatis mematung di posisinya. Itulah yang memotivasi Aira menahan setiap serangan Eriel secara sukarela dan berani. Bertaburan dalam udara pecahan Aura Cahaya Eriel dan pecahan Aura Pingai Aira lantaran mereka saling beradu kemampuan lewat pukulan-pukulan Aura. 'Tafh' 'Tafh' 'Tafh'. “Minggir jalang! Jangan kau lindungi manusia tidak berguna itu!” hardik Eriel sembari bergerak ke sana-sini mencari ruang untuk menghajar kakaknya sendiri. “Jangan sebut diriku jalang! Cewek berambut hijau rumput!” ketus Aira kendati balasannya tidak senyelekit perkataan Eriel—setidaknya ia sudah berusaha. Tapi Aira juga tidak sudi menyingkir begitu saja. Alih-alih Eriel dan Kael yang semestinya ad