Uring-uringan Joya saat mendengar nama Naomi, entah kenapa ia ingin mengobras mulut Fajar saat Fajar menyebutkan nama Naomi.
"Naomi terus, terus aja. Ide dari Naomi, hilih ... minta aku gosok pake batu!?" geram Joya sambil mengampo. "Naomi terus, ini Naomi itu Naomi, ih ... nyebelin!?"
"Awas aja kalau minta transfusi darah putih sama aku. Sama aku, aku nggak bakal kasih, bodo amat—"
Xoxo Gallon hobi kellon.
Joya benar-benar di buat berpikir karena perkataan Fajar kemarin. Perkataan Fajar yang mengatakan bahwa jiwanya sekarat membuat Joya tersadar kalau sebenarnya memang benar, jiwanya sekarat. Dirinya sering tersenyum berusaha menutupi kekurangannya. Kadang, Joya tersenyum untuk menutupi suatu kebohongan, ah ... kenapa Joya jadi memikirkan itu semua. "Makan Joy, jangan diliatin aja." Fajar menyuapkan makanan ke mulut Joya.
Fajar merasakan jemari yang menyentuh lehernya, rasanya menggelitik dan membuat dirinya mendamba. "Jar ... Fajar bangun. Aku mau kamu." Suara wanita itu terdengar manja dan mendesah di telinga Fajar. "Joy?" ucap Fajar saat melihat Joya sedang duduk di atasnya, tampak menggairahkan hanya mengenakan bra dan celana dalamnya. "Bangun Jar. Aku mau kamu," bisik Joya sambil mengecupi garis leher Fajar seinci demi seinci. Sedangkan, tangan Joya menyelusup ke boxer miliknya dan menggenggam kejantanan Fajar. "Joy," desah Fajar sambil menutup matanya merasakan kenikmatan sentuhan tangan Joya yang mulai menaikkan dan menurunkan tangannya membuat hasrat Fajar meledak. "Mau, aku mau ... aku udah ngerengek ini. Kamu nggak mau kasih?" tan
"Hai Fajar, gimana semalem masih mimpiin aku?" ledek Joya sambil mengedipkan sebelah matanya."Berisik," jawab Fajar sambil menutup kedua matanya dan menikmati sinar matahari yang mengenai tubuhnya. Fajar tidak mau berurusan dengan Joya hari ini.Joya yang akhirnya bisa meledek Fajar sangat menikmatinya. Dengan cepat Joya berbaring di samping Fajar sambil menopang kepalanya agar bisa menatap Fajar dengan jelas. "Jadi, gimana?"
"Karena ... aku juga kaya gitu.""Joy.""Hehehe ... terus gimana ibu kamu?" tanya Joya berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya. Joya kelepasan mengatakan itu semua, mungkin Joya terlalu terhanyut dengan cerita Fajar yang membuat dirinya hampir menceritakan kisah kelamnya.
"Joy," ucap Fajar menyadarkan Joya dari kekagetannya. "A—" Joya langsung merasakan mulutnya penuh dan hangat, milik Fajar benar-benar memenuhi mulutnya yang kecil. Joya kaget dan berusaha untuk melepaskan milik Fajar dengan bergerak mundur. Fajar yang salah kaprah beranggapan Joya sedang memberikan dirinya kenikmatan langsung mengerang dan menahan kepala Joya agar memajukannya. "Joy ... kamu nikmat," ucap Fajar sambil menarik kuping Joya pelan. Deg .... Joya terkesiap, seperti rangkaian film pendek, ingatan Joya langsung melayang kesatu malam yang membuat ia kehilangan segalanya, malam yang membuat dia tertawa dibuat-buat, malam yang membuat dirinya menolak berhubungan d
"Joy ... Joya," teriak Fajar karena kesal ditinggalkan Joya setelah mereka memadu kasih di rumah panggung."Apa?" tanya Joya sambil berbalik dan menatap Fajar yang memeluknya. "Apa sih?""Kamu kok ninggalin aku?" tanya Fajar kesal karena ditingalkan Joya. "Aku bangun kamu udah nggak ada? Ngapain kamu di sini?"Fajar kesal karena Joya meninggalkannya di rumah panggung dan malah asik di depan tukang penjual kumang.Joya memutar bola matanya kesal, "Suka-suka aku lah mau di mana-mana juga. Bukan urusan kamu," ucap Joya kesal."Urusan aku, ayo pulang," pinta Fajar sambil menarik paksa Joya untuk meninggalkan penjual kumang tersebut."Fa
"Hina."Deg ...."Walaupun dia lakuin itu semua karena terpaksa?" tanya Joya sambil menatap Fajar."Hina ... sekali hina yah hina. Ngapain jual diri buat uang, aku nggak ngomongin Szasza yah, itu urusan Szasza sama Byan aku nggak mau ikut campur sama sekali. Tapi, kalau aku mending nggak usah.""Berarti ak—""Kamu nggak hina.""Kenapa?" tanya Joya bingung, menurutnya dia sama saja dengan wanita-wanita itu."Joy ... kita lakuin ini buat kesenangan, bahkan aku yakin kamu nggak mau ngelakuin sama aku seandainya kamu nggak suka sama aku kan?" tanya Fajar sambil menatap Joya.
Seharian ini Joya kabur-kaburan dari Fajar, pokoknya dia nggak mau dekat-dekat dengan Fajar. Dan Joya berhasil melakukannya, Joya seperti bermain petak umpet dengan Fajar ini.Pokoknya Joya nggak mau ketemu Fajar! Joya membungkuk dan mencoba masuk ke dalam kamarnya. Ini sudah malam dan Joya butuh tidur, makanya Joya harus pulang ke kamar.Dilihatnya situasi di dalam kamar dan mendapati Fajar yang sudah tertidur di kasur. Dengan cepat Joya menghela napasnya, melihat Fajar tidur membuat dirinya bebas untuk bergerak, dia bisa melakukan apa pun juga. Contohnya mandi dengan tenang.Selesai mandi dan berbenah, Joya naik ke kasur sepelan mungkin. Dia tidak mau membangunkan Fajar. Saat sudah menyentuh kepalanya di bantal ...."Darimana kamu?"