Zack terlihat sama sekali tidak menyadari. Padahal dua bulan yang lalu ia jelas-jelas sedang tidak berada di LA, lelaki itu berada di Indonesia. Justru Veronica bercinta dengan Andrew hampir setiap hari di masa itu.
"Oke, sudah! Mengenai flek yang keluar dari jalan lahir itu karena perkembangan bayi. Tetapi, tetap mesti waspada," seru Steve ke arah pasangan suami istri tersebut. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan menuju ke meja kerjanya.Veronica pun beranjak dari brankar dibantu oleh seorang perawat wanita. Zack menunggunya, kemudian mengiring sang istri duduk di hadapan sang dokter.Beberapa hari yang lalu memang ada flek yang keluar dari vag*na Veronica. Tadinya ia sangka itu darah haid. Namun, hanya dua hari flek itu keluar, berikutnya tidak. Malah kepalanya yang justru sering pusing, dan perut pun mual-mual. Makanya ia putuskan membeli tespek."Akhirnya kamu hamil lagi ya, Ve. Aku turut senang ...," ujar Steve seraya tersenyum lebar menata"Mak–maksudku bukan begitu, Zack. Kamu tahu mama dan papa gimana .... Mereka itu kolot dan kaku. Aku hanya nggak mau kita malah nambah masalah jika berterus terang. Apa lagi mama paling anti dengan poligami," ungkap Veronica beralasan."Hah? Benar begitu? Bukannya poligami itu ada dalam syariat Islam?" Zack tahu kalau syariat Islam menerima poligami. Makanya dia tidak ragu untuk meneruskan pernikahan poligaminya ini. Lagipula, orang tua Nabila tentu lebih paham, karena mereka muslim sejak lahir. Begitu pemikirannya."Memang ada ...," sahut Veronica. Ia mendesah malas, "tapi tidak semua orang Islam juga bersedia dan menerima poligami itu di kehidupan pribadinya, Zack," ujar Veronica berusaha memberi pengertian kepada sang suami.Zack terdiam. Dia berusaha mencerna apa yang Veronica jelaskan. Namun, di dalam hatinya tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Ia kasihan kepada putranya jika sampai tidak diakui seperti itu."Sudahlah, Zack. Nanti kita p
Wanita muda itu mengusap wajahnya lelah. Ia berusaha membuang jauh-jauh bayang-bayang kejadian malam itu."Nabila," panggil Zack dari seberang sana.Nabila pun mengarahkan kamera ponselnya kembali ke wajahnya. Veronica masih berada di toilet sepertinya."Lusa aku berangkat kembali ke Indonesia. Kamu mau dibawakan apa?" tanya Zack dengan wajah ramahnya itu."Nggak usah repot-repot!" cetus Nabila memasang wajah tidak bersahabat."Kamu masih marah?" lirih Zack sembari mencuri-curi pandang ke arah kamar mandi di kamarnya.Nabila bergeming."Maafkan aku, Sayang ...," bisik Zack lagi.Entah mengapa wajah Nabila menjadi terasa memanas mendengar bisikan Zack yang memanggilnya dengan sebutan sayang. Padahal sebelumnya panggilan itu justru membuatnya ingin muntah saja. Namun, sekarang mengapa berubah? Batinnya jadi bertanya-tanya. "Kamu sudah selesai neleponnya ini? Bukannya di sana masih gelap?" ujar Nabila tanpa menjawa
"Apa Anda tidak mengetahui tentang hal ini?" tanya Dokter Mishelle kepada Zack. Ia menangkap ada sesuatu hal penting, sehingga pria di hadapannya itu terlihat memucat ketika mendengar apa yang ia sampaikan.Zack menggeleng lemah. Matanya terasa memanas. Rasa di dalam hatinya bercampur aduk. Ada marah, sedih, dan juga kecewa. Ia tidak menyangka, selama ini Veronica dan Steve membohonginya. Atau justru memang dia yang bodoh?Dokter Mishelle membalik kertas di pegangannya. "Di sini istri Anda, Nyonya Veronica Robinson telah melakukan inseminasi tiga kali, dan ketiga-tiganya gagal dalam proses fertilisasi. Tetapi, ketika dengan ovum sang surrogate mother, sekali saja, langsung berhasil," jelasnya."Oh begitu, Dokter?"Sang dokter menganggukkan kepala meyakinkan. "Saya tidak paham, mengapa Anda sampai tidak mengetahui hal ini. Ada tanda tangan Anda di sini." Dokter Mishelle menunjuk ke arah bubuhan tanda tangan Zack yang ada di kertas yang kini ia leta
Tidak pernah Zack bersikap sekeras itu selama ini. Ya, selama sebelas tahun pernikahan mereka, kalaupun marah, Zack tidak pernah sekali pun membentak sekeras itu di hadapan Veronica. Ini adalah pertama kalinya."I–iya, Zack ... Nabila tidak tahu kalau itu menggunakan sel telur miliknya sendiri," ujar Veronica menjawab pertanyaan sang suami.Kontan Zack meremas rambut kepalanya sendiri. Ia benar-benar sudah kehabisan kata-kata. "Aaarrgh!""Zack ... maafkan akuuu ...," ucap Veronica memelas. Ia berusaha memegang lengan suaminya. Namun, sekali lagi, ditepis oleh Zack. Hatinya perih sekali menerima kekasaran sang suami.Pria itu benar-benar marah kali ini. "Aaakh! Huekk!" Tiba-tiba Veronica merasa sangat mual. Ia memegang perut dan menahan mulutnya.Sontak Zack menatap cemas ke arah sang istri. Ia teringat ketika dulu Veronica hampir meninggal dunia karena keguguran. "Kamu ... nggak apa-apa?" tanya pria itu lirih. "Hhhhgg!
Semenjak Veronica menyampaikan keinginannya untuk putus hubungan dengannya, Andrew menjadi gusar. Bagaimana tidak? Ia mencintai wanita cantik itu. "Bagaimana bisa dia mencampakkan aku begitu saja? Aku tidak akan pernah menerima itu!" lirih Andrew pada diri sendiri.Hari ini ia bermaksud untuk kembali mendatangi Veronica. Ia benar-benar tidak akan mau jika Veronica memutuskan hubungan di antara mereka.Sesampai di butik Veronica, Andrew yang sudah terbiasa masuk sampai ke ruangan kerja wanita itu pun langsung menuju ke sana. "Sorry, Sir. Mrs. Robinson sedang tidak ada di tempat," lapor asisten Veronica mencegat Andrew."Oh ya?"Sang asisten pun mengangguk memastikan.Andrew lalu berbalik hendak keluar dari tempat itu. Ia merogoh ponsel yang ada di balik jasnya dan menghubungi kontak Veronica.Sekali dia menghubungi, tidak diangkat. "Ck!" decak pria itu kesal. Kemudian ia coba lagi menelepon. Akan teta
"Berapa usia kandungan kamu, Ve?" ulang Andrew berusaha untuk meredam emosinya yang tadi begitu menggelegak."Sudah tiga bulan," jawab Veronica kembali berbohong. Ia harus menjaga rahasia ini sampai kapan pun.Andrew terduduk lemas di sana. Ia menghela napas panjang. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Veronica. Pria itu mengingat-ingat tiga bulan yang lalu, Veronica bersama siapa? Dirinya, ataukah Zack?"Ini anak Zack ...," lirih Veronica mengulang ucapannya meyakinkan Andrew. Isak tangisnya mulai mereda. Akan tetapi, ia tidak mau menatap mata pria itu.'Benar, tiga bulan lalu aku ke Paris karena ada pekerjaan. Dan Veronica bersama suaminya,' bisik hati Andrew."Beberapa hari belakangan ini dan sampai beberapa bulan ke depan Zack tidak akan berani menyentuhku. Dokter bilang, kandunganku lemah. Zack khawatir kejadian dulu terulang, aku hampir meninggal karena keguguran dan pendarahan," terang Veronica. Zack saja begitu pengertian. I
"Apa?! Veronica hamil? Yang bener kamu ...?" Jennifer terkejut mendengar berita kehamilan sang menantu dari putranya, "jangan sampai kalian membohongi kami lagi, Zack," lanjutnya mencoba meyakinkan diri. Meskipun ia bahagia mendengar berita tersebut, dirinya masih ingat dengan kebohongan anak dan menantunya waktu itu."Iya, Mom. Veronica benar-benar hamil sekarang," ujar Zack meyakinkan ibunya. Bibirnya senantiasa tersenyum senang menyampaikan berita bahagia ini."Syukurlah, Zack. Mommy turut senang kalau begitu. By the way, apa orang tua Veronica sudah mengetahui berita ini?""Sudah, Mom. Kemarin Veronica sudah menghubungi mereka," jawab Zack apa adanya."Hhh, bagus ... dan kamu baru ngasih tahu Mommy hari ini?" rajuk Jennifer."Sorry, Mom. Aku memang mau segera menyampaikan ke Mommy. Tapi, banyak sekali yang mesti aku urus kemarin. Aku rencananya akan kembali bekerja di LA, Mom," kilah Zack menjelaskan kepada sang bunda."Oh, y
Ternyata lelaki yang membonceng Nabila itu adalah sang security bakery shop tempat mereka bekerja."Makasih, Bang Kemal." Nabila menyerahkan helm yang ia pake kepada pria yang sudah mengantarnya itu.Kemal pun tersenyum manis. "Sama-sama, Nab. Jangan sungkan-sungkan," ucap pria itu. Sejurus kemudian, senyum itu luntur ketika melirik ke arah Zack. Dari tatapan itu, sepertinya pria itu tidak senang dengan suami Nabila tersebut.Kedua bola mata biru Zack pun menatap tajam ke arah sana. Ia juga tidak senang melihat pemandangan di hadapannya.Melihat sang ibu kembali, Zayn kembali berteriak-teriak menangis."Oh, Sayang ... dari tadi nunggu Bunda ya? Kasihaaan," bujuk Nabila seraya meraih putranya dari gendongan Zack. Wanita muda itu seperti menghindari kontak mata dengan sang pria. "Makasih, Pit. Sorry dah ngerepotin," ucap Nabila kepada Pipit."Aku sih, santai. Anakmu ini, tadi pas aku jemput anteng. Lepas magrib eeh, dianya ngamuk.