Langit musim dingin yang kelabu menggantung rendah di atas Frost Cliff, area ujian murid tingkat empat dilangsungkan. Puluhan peserta berkumpul memakai jubah putih dengan simbol Great Snow Mountain Sect berlari memasuki celah tebing, wajah mereka penuh percaya diri. Tetapi tidak ada satupun yang tahu bahwa ujian kali ini akan menjadi mimpi buruk bagi mereka.
Di ujung salah satu tebing yang menjulang tinggi, sosok berjubah hitam berdiri tegak. Jubahnya berkibar diterpa angin, dan topeng berwarna merah darah menutupi wajahnya. Matanya yang dingin menatap puluhan Murid Tahun Keempat seperti raja pemangsa yang menilai ternaknya sendiri.Dia adalah Kai.Setelah Kai memilih targetnya, ia segera melompat turun dari tebing sebelum tubuhnya menghilang menyatu dengan bayangan tebing, seolah tidak pernah ada di sana sebelumnya.Ujian bulan kedua baru saja dimulai. Di antara kerumunan, seorang murid dengan pakaian lebih mewah dari yang lain berjalan seorang dLangit musim dingin yang kelabu menggantung rendah di atas Frost Cliff, area ujian murid tingkat empat dilangsungkan. Puluhan peserta berkumpul memakai jubah putih dengan simbol Great Snow Mountain Sect berlari memasuki celah tebing, wajah mereka penuh percaya diri. Tetapi tidak ada satupun yang tahu bahwa ujian kali ini akan menjadi mimpi buruk bagi mereka.Di ujung salah satu tebing yang menjulang tinggi, sosok berjubah hitam berdiri tegak. Jubahnya berkibar diterpa angin, dan topeng berwarna merah darah menutupi wajahnya. Matanya yang dingin menatap puluhan Murid Tahun Keempat seperti raja pemangsa yang menilai ternaknya sendiri.Dia adalah Kai.Setelah Kai memilih targetnya, ia segera melompat turun dari tebing sebelum tubuhnya menghilang menyatu dengan bayangan tebing, seolah tidak pernah ada di sana sebelumnya.Ujian bulan kedua baru saja dimulai. Di antara kerumunan, seorang murid dengan pakaian lebih mewah dari yang lain berjalan seorang d
Kai mengepakkan sayap darahnya dan melesat di udara menuju Great Snow City, angin dingin bersiul kencang saat tubuh Kai membelah udara dengan kecepatan tinggi. Beberapa jam kemudian, ia berhenti di area yang cukup jauh dari Great Snow City dan mulai berjalan dengan tenang menuju kota. Sesampainya di kota, Kai tidak kembali ke kediamannya, melainkan langsung melangkahkan kakinya menuju Golden Tower Paviliun. Seperti biasa, Kai disambut dengan sangat baik, ia segera bertemu Wu Hanfeng di lantai dua. "Satu Minggu lebih cepat dari jadwal yang engkau berikan Saudara Kai." Wu Hanfeng tertawa renyah, ia merasa senang melihat Kai datang mengunjunginya. "Sepertinya kau sudah tahu bahwa Pil yang engkau titipkan itu telah habis terjual." Mendengar Wu Hanfeng ingin memancingnya, Kai hanya tersenyum tipis. "Saudara Wu, tidak perlu berbasa-basi, kita tahu, tidak ada hal sekecil apapun yang luput dari pandangan Golden Tower Paviliun, mari kita langsung
Waktu berjalan dengan lambat di Aula Goa itu. Para anggota Renyi Dao telah memasuki keadaan trans yang dalam, nafas mereka teratur, aura mereka meningkat perlahan, dan jiwa mereka menyatu dengan tubuh serta energi di sekitarnya. Kai berdiri di tengah aula dengan kedua tangan bersedekap, menatap mereka dalam diam sebelum akhirnya menarik napas panjang dan berbalik menuju sudut ruangan tempat Ruangan Batu Meditasi miliknya. “Sudah saatnya aku mempersiapkan langkah selanjutnya…" Kai memasuki ruang batu dan pintu batu menutup dengan keras. Dengan satu sentuhan jari, Gold Dragon Cauldron keluar dari Inventory dan berdiri tegak di hadapan Kai. Api Inti Bumi menyala tenang di bawah kuali, memanaskan dindingnya hingga bersinar merah keemasan. Kai mulai mengeluarkan bahan-bahan dari Inventory-nya. Kai berencana untuk memproduksi Pil Regenerasi Vitalitas, namun, kali ini ia tidak ingin membuatnya sekuat sebelumnya. “Ji
Dua hari kemudian, giliran Kelompok Array Pedang yang berhasil menyelesaikan pelatihan. Sejak awal, Gu Chen serta Chen Bao mengalami kesulitan dalam memahami maksud berpedang, namun semakin sering mereka dikalahkan, semakin sering mereka diserang dan semakin sering mereka memperhatikan permainan pedang dari Tentara Roh Kai, semakin mengerti pula mereka bahwa pedang bukanlah senjata semata, melainkan perpanjangan dari jiwa. Gu Chen adalah yang pertama yang memahami Niat Pedang pada hari keempat, meskipun niat itu tampak sedikit lebih lemah dari Tentara Roh Kai, namun seiring berjalannya waktu di antara ribuan tebasan yang telah ia lakukan, Niat Pedangnya semakin jelas dan kuat, bahkan auranya menjadi lebih tajam dan berbahaya. Setelah Gu Chen berhasil memahami Niat Pedang, ia beraksi sendirian, membantai jalannya menuju para Tentara Roh milik Kai, gerakannya cepat dan serangannya tajam. Saat ia mulai berhasil menggabungkan Niat Pedang deng
Lima sosok terakhir dari kelompok Renyi Dao, Feng Tao, Guo Sheng, Wang Yun, Zhao Rui serta Chen Jie, terhisap masuk ke dalam cahaya ungu. Dunia di sekitar mereka langsung berubah menjadi kehampaan. Tidak ada tanah. Tidak ada langit. Hanya kegelapan tanpa ujung.Di dalam kegelapan itu, satu suara bergema bukan suara Kai, bukan suara musuh, melainkan suara hati mereka sendiri.Suara itu menusuk tanpa ampun, menggali keraguan terdalam yang selama ini mereka kubur. Salah satu dari mereka, Wang Yun merasakan dadanya sesak saat siluet ayahnya muncul dari dalam kegelapan, ayah yang mati dibunuh perampok karena kelalaiannya sendiri. “Kau gagal melindungiku… dan kini kau gagal lagi,” ujar sosok itu sebelum berubah menjadi abu.Wang Yun jatuh berlutut, tubuhnya gemetar hebat. “Tidak… tidak, ini tidak nyata."Kai memperhatikan dari luar sambil menyilangkan tangan. “Hal pertama yang harus mereka lalui dalam Pelatihan Jiwa ini adalah berdamai dengan kenangan p
Kai duduk bersila di luar lingkaran formasi, matanya terpejam setengah. Kesadarannya terhubung langsung ke dalam inti Array Pedang. Dari sudut pandang itu, ia bisa melihat jelas bagaimana dunia ilusi terbentuk. Padang luas dengan tanah kering dan langit kelabu, seolah tak ada kehidupan selain kilatan pedang yang berkelebat.Di dalam arena, puluhan Tentara Roh muncul perlahan satu demi satu. Tidak seperti di Array Bayangan, kali ini tubuh mereka lebih ramping, masing-masing memegang pedang panjang hitam berkilau. Namun yang membuat Kai mengangkat alisnya bukanlah pedang itu, melainkan aura yang keluar dari setiap ayunan.“Niat Pedang…” Kai bergumam, suaranya nyaris tak terdengar. “Bahkan roh yang ku bentuk dari energi pun bisa mengeluarkan Niat Pedang semacam ini. Bagus… ini akan memaksa mereka merasakan Niat Berpedang."Tentara Roh pertama melangkah maju. Sekilas gerakannya sederhana, hanya satu tebasan lurus dari atas ke bawah. Namun Kai bisa merasakan te