The night before the company went public, my wife told me she had a surprise for me and reminded me to dress up for the occasion. I thought she was planning to reveal our secret relationship, and I was so excited that I couldn’t sleep all night. However, the next day, in front of everyone, she announced that I was a creepy obsessive admirer. On top of that, she revoked my promotion and gave my position to her first love who had just returned to the country. Everyone was waiting to see me humiliated. I froze for a moment but quickly composed myself, walking up to her first love with a faint smile. Then, I took off the badge on my chest and placed it on him. “As the new director, you should celebrate, shouldn't you? How about a wedding? I’ll officiate for you two.” Glaring at me coldly, my wife told me to get lost and stop embarrassing myself. What they didn’t know was that I was the key connection holding the entire company together. If I left, none of the investors would back them anymore.
Lihat lebih banyak“Eughh … hangat ….”
Seorang perempuan mengerjapkan matanya pelan, tangannya melingkar indah pada hal yang membuatnya nyaman.Mata yang masih memejam tak mampu menyadari kalau di sebelahnya ada seorang pria. Menyentuh dadanya yang berdetak tenang. Sampai tepat tangan itu menyentuh bagian lain …Tunggu.Kenapa ia merasakan benda kecil?Satu detikDua detikTiga detik“Aaaaa!” Perempuan itu terpekik kaget. Dengan spontan ia bangun dari baringannya. Terduduk dengan selimut yang ia tarik untuk menutup tubuhnya.Seorang pria yang tadi berada di sampingnya mengerjap. Pria itu mendesis kecil.“Ssshh, pusing …,” ucapnya dengan nada berat.“Bangun! Siapa kamu hah?!” Perempuan itu berteriak marah. “kenapa kamu ada di kamarku!” teriaknya kembali.Jantung perempuan itu berdetak dua kali lebih cepat saat mengetahui siapa lelaki yang tertidur dengannya— di sampingnya. Menyadari satu hal lantas ia mer*ba bagian tubuhnya.Helaan nafas terdengar pelan kala menyadari kalau ia masih memakai baju. Namun, kenapa pria itu tidak memakai baju?Ya, perempuan bernama lengkap Carissa Rindiyani menoleh pada lelaki itu. Sosok laki-laki yang paling ia kenal.Tidak! Kenapa ia harus ada di sini? Kenapa tiba-tiba ia berada seranjang dengannya? Harusnya ia menghindar dari lelaki sepertinya. Sosok laki-laki yang harus Carissa hindari!Dengan cepat Carissa bangun dari duduknya. Perempuan bertubuh gendut itu mencari kacamatanya, namun tak ia temukan kacamata miliknya.“Di mana kacamataku?” Perempuan itu panik, hendak membuka sebuah laci. Namun belum sempat membuka sebuah pintu didobrak dengan begitu keras.“Carissa?!”Deg.Carissa terkejut kala mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Suara itu ..“Ayah?” ucapnya lirih.“Anak kurang ajar!”Plakkk!Suara tamp*aran yang amat keras terdengar sampai ke udara. Carissa bahkan sampai terjatuh kala tamparan keras itu mengenai pipi kanannya.“Pak!” Sosok laki-laki yang tadi tertidur dengan Carissa terbangun dengan mata terkejut. Pria itu tak memakai baju, hanya celana panjang yang menutup setengahnya.“Apa–”“Jadi preman ini yang semalam tertidur denganmu Carissa?!” teriak Fathur murka. Dia menunjuk muka pria itu dengan jari telunjuknya.“Tak tahu malu! Anak kurang ajar!”“Enggak! Bukan Ayah, Ayah telah salah paham.” Carissa menangis, menggeleng dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya.Perempuan bertubuh gemuk itu bersimpuh di hadapan sang Ayah.“Ini tidak seperti yang Ayah lihat, kami tidak melakukan apapun Ayah! Tidak!”“Sudah terbukti masih mengelak, hah?!” Napas Fathur naik turun. Dia menatap nyalang putrinya. Ah putrinya, bahkan gelar itu tak pantas di dapat karena sudah mempermalukan nama baik keluarga.“Puas kamu mempermalukan Ayah! Puas kamu jadi wanita murahan untuk pria yang tidak tau diri sepertinya?!”“Kami tidak melakukan apapun!” Pria itu menjawab dengan tegas. “kau—”“Diam kamu!” Fathur memotong ucapan pria itu. “Preman seperti kamu tidak pantas dipercayai! Apalagi yang setiap harinya selalu diincar oleh para polisi, kau telah menodai putriku!”“Tidak Ay--ayah, kami tidak melakukan apapun.” Carissa masih bersimpuh, namun dengan cepat Fathur menghempaskan kakinya. Tak sudi ia dipeluk oleh putri yang telah mempermalukan dirinya.“Pak, pak! Sudah, lebih baik kita bicarakan hal ini nanti di rumah. Malu, ini hotel Pak. Tempat orang.” Seseorang tiba-tiba bersuara, menjadi penengah atas kericuhan yang ada.“Tidak! Kita selesaikan di sini saja!” potong seseorang dengan tegas. “Saya, selaku tunangannya Carissa memutuskan menggagalkan pernikahan ini! Tidak sudi saya menikah dengan perempuan penz*ina sepertinya!”Jantung Carissa terasa mau copot saat ia mendengar suara pria. Dia … tunangannya!Carissa mendongak dengan air mata yang setia membasahi pipinya. Dan benar saja, tunangannya yang besok lusa akan menikah ada di sini tepat di samping Ayahnya.Carissa semakin menggeleng, tangisnya tidak bisa lagi ditahan. Sesak, sakit, semuanya … terasa menghimpit hatinya.“Tolong … percaya padaku. Aku tidak melakukan apapun.” Bibir Carissa bergetar hebat. Namun, tidak ada satu orang pun yang percaya padanya.“Sudahlah Tur, kau nikahkan saja dia dengan lelaki yang telah menodainya,” ucap seorang pria. “daripada putrimu menanggung malu, lebih baik kau nikahkan saja dengannya.”Fathur mengepalkan kedua tangannya. Pria dengan pahatan keras itu menatap tajam pria yang berhasil menodai anaknya. Seorang preman di kompleknya, bagaimana mungkin ia tidak mengenali lelaki itu?"Setiap orang memang melakukan kesalahan, tapi setiap kesalahan harus mendapatkan pertanggung jawaban! Maka dengan ini saya ... Fathur Damarsatya menyatakan bahwa putri saya yang bernama Carissa Rindiyani ... telah meninggal dunia."Semua orang yang mendengar tercengang sudah. Apalagi teruntuk Carissa yang mendengarnya secara langsung. Perempuan itu membekap mulutnya sendiri. Menahan tangis yang kian membanjiri kelopak matanya. Lemas sudah pertahan Carissa menahan tubuhnya, perempuan itu menangis sekeras-kerasnya.“Lakukan proses kematiannya sekarang juga!” ucap Fathur tanpa melihat putrinya yang menangis keras, apalagi melihat tubuhnya yang bergetar hebat. Pria itu melenggang pergi dengan kemarahan yang tersimpan di ubun-ubunnya.Sakit, sesak. Bagaikan di tikam ribuan jarum besar. Bagaikan dilempari tombak yang amat runcing, Carissa merasakan itu semua. Ayahnya … seseorang yang paling ia banggakan, seseorang yang paling ia puja dan hormati. Mengatakan bahwa putrinya ini … telah meninggal dunia?Menangis sekeras-kerasnya, tubuhnya semakin bergetar, lemas sudah semua pertahannya dalam menerima keadaan ini. Kenapa … kenapa dunia setega itu padanya?Di depannya Carissa melihat ada seseorang berdiri di hadapannya. Dengan mata memburam Carissa mendongak, mendongak walau tau hanya air mata yang terkumpul di sana.“Maafkan aku, Carissa. Aku tidak berniat melakukan ini, hanya saja … aku tidak ingin menikah denganmu.”Pria itu, pria yang besok lusa akan menikahinya. Berjanji akan mengikat sebuah hubungan dalam kehalalan. Dia yang tak lain tunangannya.“Tidak perlu kau tanyakan alasan aku menolak pernikahan ini. Kau pasti tau alasannya bukan?” ucapnya tersenyum miring.“Kau … tidak menarik di mataku. Sama sekali tidak. Sudah gendut, cupu, norak pula. Siapa yang mau menikah dengan perempuan seperti itu? Setiap laki-laki pasti menginginkan pasangan yang enak dipandang bukan? Dan kau tau siapa yang ingin aku nikahi …” Pria itu menjeda, sedang Carissa hanya bisa menangis. Menahan rasa sesak dan sakit yang ditambah berkali-kali lipat.“Adikmu!”Carissa memejamkan matanya. Selalu, selalu saja adiknya yang mereka inginkan. Kenapa, kenapa dunia selalu mengucilkan dirinya?“Aku hanya ingin menggagalkan pernikahan ini, tapi tak ku sangka. Ayahmu bahkan langsung men-cap dirimu sudah mati. Hal itu benar-benar membuatku ikut sedih.” Pria berucap dengan tatapan sendu.“Aku pergi, semoga hari-harimu bahagia.”Pria tidak tahu malu itu hanya tersenyum tipis. Melenggang pergi meninggalkan luka yang kian menganga di hati Carissa. Tidak peduli atas apa yang sudah dia lakukan. Hanya untuk menggagalkan pernikahan itu agar tak terlaksana, pria itu nekad memfitnah dirinya?Sungguh. Tidak ada dunia yang lebih kejam daripada manusia itu sendiri.Lemas. Tubuh Carissa lemas. Matanya semakin memburam, pusing sekaligus sakit terasa di kepalanya. Sampai detik berikutnya … Carissa pingsan tak sadarkan diri.It was then that I learned the truth. The so-called big foreign corporation that Aaron had introduced was actually a scam syndicate.At first, they paid a large deposit to Allison’s company, leading everyone to believe that the deal had been finalized. However, the source of the deposit was unclear, and the money was suspected to have been laundered.Now, Interpol traced the case back to Allison. This situation had escalated significantly, and the day before the police arrived, Aaron had fled. Before leaving, he even embezzled all the cash from Allison's company.Unfortunately, Allison was still as naïve as ever. Even now, as a suspect in a criminal case, she continued to defend Aaron, believing that he had done nothing wrong.After further investigation, the police determined that Allison had been unknowingly deceived.As the former cornerstone of the marketing department, I had publicly resigned on Aaron's first day in the company. The police were concerned that there might stil
I thought it was the food delivery I had ordered, so I quickly hung up the phone and went to open the door.However, when I saw Allison standing there, I froze for a moment.“What do you want?” I hadn’t expected her to show up so suddenly.She glanced around the room with disdain, then walked in while pinching her nose."Eric, you're so sloppy," she said, her tone filled with contempt. "When we got divorced, you acted so carefree, saying you didn’t want any shares of the company. I honestly thought you had some big shot backing you and were about to hit the jackpot. But look at you now, holed up in this tiny pigeonhole, wallowing in mediocrity. Good thing I never made our marriage public, or it would’ve been so humiliating for me."I didn’t respond and only stared at her coldly before repeating my question, “Why are you here?”I had just moved into the place and hadn’t had time to organize everything. Plus, I’d been genuinely exhausted these past few days. The gas stove in the ap
The next day, the lawyer sent me the divorce agreement. Since it was a standard divorce process, our shared assets were divided equally. As for Allison's company, I had only taken a small share of the stock when we started it. However, now that things had come to this juncture, the company was naturally part of the division.Even though we founded it together, I chose not to take a cent.When Allison received the divorce agreement, her first reaction was to call me to confirm it. "Are you really willing to give up your shares in the company and walk away with nothing?"I knew her concern. She was afraid I'd regret it and come back to claim something later. After all, the company was now publicly listed with a bright future ahead.Without a moment's hesitation, I replied, "I still remember when we founded the company. I said you’ve always lacked a sense of security, so I registered everything in your name. Since I made that promise back then, I won’t go back on it now. Besides, I’ve
Allison was completely stunned. Just as she tried to ask for more details, the other party had already hung up the phone.Beside her, Aaron sensed something was wrong and looked over, now visibly tense. “Allison, what’s going on? What does it mean that the contract has been awarded to someone else? Didn’t they say William was interested in working with us?”Allison furrowed her brows in confusion. Then, as if realizing something, she turned her sharp gaze toward me.“Eric, this is your doing, isn’t it? You plan to resign and take all the company’s resources with you? Let me tell you, that’s not happening! If you dare to do that, I’ll take you to court and sue you for industrial espionage! Neither of us will walk away unscathed. Whatever you’ve taken behind my back, you’ll cough it all up!”I looked at Allison’s relentless attitude and her cutting words, feeling completely disheartened. In her eyes, it seemed like our relationship never mattered. Everything had changed the moment Aa
I returned to the office to pack up my things and, on the spot, wrote a resignation letter to leave on Allison’s desk.As I stood in the office I had personally designed, a wave of emotions washed over me. I wondered, how did Allison and I end up like this? Or perhaps, our love never truly began at all.Just as I was about to leave, Allison burst in, dripping wet. When she saw me, her anger was palpable. She threw a cup of water at me with all her strength.“Eric, what’s the meaning of this? You just left us to fend for ourselves and came back on your own? How selfish can you be?”Selfish? If we were talking about selfishness, how could anyone compare to Allison?I said nothing, adjusted my jacket, and prepared to leave.Unfortunately, Aaron blocked my way, putting on a façade of concern. “Eric, this isn’t right. Even if you don’t like me and want to make things hard for me, you can’t just abandon Allison like that. She’s a girl! How could you be so heartless? As men, sometimes w
Allison’s sharp voice rang in my ears. “Eric, are you crazy? How dare you push him in front of everyone?”As she spoke, Allison hurried over to pull Aaron out of the fountain, but he floundered in the icy water for quite a while without getting up. It was winter, and the fountain water was freezing. Aaron sneezed several times, his carefully styled hair now soaked and disheveled. He looked utterly miserable.Some colleagues even pulled out their phones and started taking pictures.Allison still managed to throw a parting threat my way. “Eric, you uncivilized brute! I won’t let you get away with this!”I ignored her, shoved my hands into my pockets, and walked straight out of the venue. Standing by the roadside waiting for a ride, I watched the rain outside grow heavier and felt a pang of nostalgia.The first time I met Allison was on a rainy day like this. I’d been standing outside a convenience store, making a phone call. Just as I opened my umbrella and was about to leave, a spi
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Komen