Bab 26. B
Dengan wajah kaku kutemui keluarga Rista hendak berpamitan pulang, di sana juga ada Amira meluap sudah rasa benciku padanya."Oh mau pulang ya? ya sudah, Bu, pulang aja ga apa-apa," jawab Bu Tamara dengan wajah datar.Jangankan membekaliku dengan aneka makanan yang ada, menyunggingkan senyumannya saja tidak, dasar keluarga rese! Lihat saja nanti akan kubuat anakmu bertekuk lutut lagi di hadapanku seperti dulu."Nanti aja, Bu, pulangnya 'kan pengajiannya baru mulai, nanti aku antarkan sampai rumah," sahut Amira.Cih!Ingin sekali meludahi wajahnya, ia pasti ingin memamerkan mobil barunya yang murahan itu, tak Sudi! lebih baik aku jalan kaki."Ga usah saya bisa naik taxi, permisi."Aku pergi tanpa membawa sesuatu dari rumah itu, hanya hinaan dan rasa malu. Dada ini sakit saat melihat Rista mengobrol begitu renyahnya dengan seorang lelaki.Kalau tak salah namaBab 27. A(POV Bu Ninik)"Tania kenapa, Heri? jangan diem aja dong!"Kupandangi wajahnya yang kusut dengan tajam, otakku hampir meledak memikirkan Ardan, sekarang bisa meledak sungguhan karena terlalu memikirkan Tania.Apa kata orang-orang jika menantu yang selalu kubanggakan jadi narapidana? dan Amira yang so kaya itu akan terus tertawa melihat hancurnya keluargaku ini."Exploitasi anak, selama ini orang tua Tania mempekerjakan anak-anak gelandangan di bawah umur dengan cara menjadi pengemis boneka Mampang, dan memberikan upah yang rendah.""Bahkan, mereka sampai menyiapkan fasilitas tempat tinggal untuk anak-anak yang ga punya rumah sama sekali dengan fasilitas yang buruk, juga memperlakukan mereka layaknya binatang, yang penting bisa menghasilkan uang, begitu kata polisi."Akhirnya anak itu membeberkan semuanya membuat jantung ini hampir lepas dari tempatnya.Aku mematung sambi
Bab 27. B(POV Bu Ninik)Ada yang remuk di dalam sini, anak manja itu benar-benar keterlaluan! Andai saja Ki Kusumo masih hidup dapat dipastikan anak itu akan kembali bertekuk lutut di hadapan Ardan."Dia juga ingin bercerai dariku, Bu. Aku tahu ini semua pasti ide mama sama papanya, mereka yang ngomporin supaya rumah tangga kami hancur."Ardan menundukkan wajah terlihat frustasi, dalam hati aku berkata semua ini buka gara-gara orang tua Rista, melainkan Ki Kusumo yang tak bisa bantu kami lagi."Terus kamu ke sini ngapain?" tanyaku dengan hati-hati."Mau nginep beberapa hari, siapa tahu setelah aku pergi Rista merasa kehilangan terutama malam hari, dia pasti akan kelelahan mengurus bayi seorang diri, bolehkan, Bu?"Ide yang lumayan bagus, ya siapa tahu saja ketulusan anakku bisa meluluhkan kerasnya hati Rista yang membatu."Ya sudah nginep aja di sini." Aku menganggukkan kepala.
Bab 28. A(POV Bu Ninik)Bagai sebuah petir menggelegar tepat di atas ubun-ubun ini, surat yang kugenggam jatuh dengan sendirinya, beberapa saat kemudian putraku Ardan keluar dengan wajah muramnya."Apa salahku, Ris? selama ini aku sudah jadi suami setia, baik, tak pernah kasar padamu."Ardan mencecar Rista dengan banyak pertanyaan, luka di hatinya teramat kentara, dan sebagai seorang ibu aku pun dapat merasa."Tahu ga, haram hukumnya bagi seorang istri menggugat cerai duluan tanpa sebab, apa kamu ga takut terhadap murkanya."Rista malah menunjukkan wajah pongahnya, seolah ia benar dan anakku berada di posisi yang salah."Jangan bawa-bawa dosa! Coba inget-inget lagi selama kita nikah apa kamu pernah kerja cari nafkah? apa itu juga bukan perbuatan dosa?" tanya Rista dengan jumawa.Ardan menunduk dalam tentu saja ia akan kalah jika ditanya hal itu, si4lnya di dekat kami ada ba
Bab 28.B(POV BU NINIK)Apalagi dengan komentar para ibu-ibu yang lain menambah kesempurnaan firasat burukku.'Bukan ditendang ke laut lagi, tapi kalau gua udah dihempaskan ke dasar bumi, hahahaha.' Komentar Tika yang teramat pedas'Sadis amat sih ibu-ibu untung suamiku orangnya pantang pulang sebelum ada uang, kalau ga gitu siap-siap aja ga dapat jatah, hahaha.' komentar Farida pun tak kalah panas.Karena suasana hati tiba-tiba tak enak, kuputuskan untuk menyimpan ponsel dan mengurai amarah ini, keterlaluan sekali trio bengek itu, berkunjung ke rumahku hanya untuk menggali informasi lalu menjadikannya bahan gibahan dan hinaan.Saat ini ibu-ibu rese itu pasti sedang membicarakanku dengan riangnya, menertawakan kegagalan rumah tangga Ardan dan juga menertawakan kondisi rumah tangga Heri yang memalukan.Ah, ingin saja bersembunyi ke dasar bumi atas nasib memalukan ini, kukira dengan lepa
Perut yang membukit ini sudah terasa mulas-mulas, aku tahu ini pertanda akan lahirnya si kecil ke dunia, betapa haru dan bahagia yang kurasa, akan segera menimang dan memeluknya sepanjang masa.Ia memang lahir tanpa kasih sayang sempurna, di luar sana akan ada seorang ibu dan ayah yang menanti buah hatinya dengan rasa bahagia. Namun, tidak dengan bayi ini yang akan disambut oleh sang bunda saja."Mir, mau ke klinik sekarang?" tanya ibu, terlihat khawatir dan gelisah."Nanti aja, Bu, kayanya baru pembukaan satu," jawabku sambil mondar-mandir di teras rumah.Aku tak boleh manja dan lemah, bagaimana pun juga anak yang kukandung harus lahir normal, sehat dan selamat."Ya sudah nanti kalau mulesnya udah sering, kita ke klinik barusan Ibu udah telpon dokter kandunganmu."Aku mengangguk sambil menahan perihnya sebuah dorongan, hanya lantunan istighfar yang mampu menguatkan, sedangkan a
Bab 30.AIsi hati Heri (POV Heri)Usai Tania mengatakan ide konyol itu leherku berputar memandangnya beberapa ratus detik, haruskah aku lakukan itu lagi terhadap Amira? membiarkan ia terluka demi diriku yang tak bahagia."Kenapa? Kita coba aja ngomong sama Amira, aku yakin dia setuju," ujar Tania dengan percaya dirinya.Ia tak tahu saja Amira itu seperti apa, bahkan ia rela menukar nyawa demi kedua buah hatinya, sampai kiamat pun aku yakin wanita itu takkan menyerahkan anak-anak pada ayah kandungnya.Kupalingkan wajah ke arah Hanan, bayi berwajah bulat berkulit kemerahan, di wajah itu terlukis jejak ayahnya, Sisi jahatku memang menginginkan jika bayi Hanan tetap ada di sampingku."Emang kamu bisa urus bayi?" tanyaku tanpa menoleh wajah Tania."Ya pasti bisa kalau dicoba, siapa tahu aku hamil, Mas, setelah angkat anak ada kok temenku yang begitu."Kami saling terdiam dalam keriuhan, di luar sana orang-orang terdengar heboh menyaksikan dua ekor kambing di sembelih, sementara di sini aku
Bab 30.BMata ibu memerah menumpahkan segala amarah, beberapa detik kemudian ia menyeringai senang, karena semua orang beramai-ramai mencibir dan menghina kami bergantianAku tahu Tania pun sedang memendam bara yang siap dimuntahkan, oleh sebab itu sengaja aku mengeratkan cekalan, agar ia diam dan mengalah saja toh memang kami berdua yang salah."Kalau masih punya muka silakan pergi dari sini," ujar ibunya Amira, kali ini nada suaranya sedikit merendah."Dasar orang sok suci! Harusnya Anda mikir kenapa suami anak Anda bisa terpikat wanita lain, ya karena anakmu saja ga pandai jaga suami, dan juga ga pandai jaga penampilan," celetuk Tania dengan pandangan menantang.Terlihat Amira menjauh dari ketegangan sambil memeluk putranya erat-erat, dapat dipastikan lukanya kembali menganga, entah mengapa semakin waktu bergulir maka semakin dalam rasa iba ini menjalar.Maafkan aku, Amira. "Kaya Lo cantik aja, sadar diri woy coba bedak lo hapus sekarang, gua yakin muka loh ga ada apa-apanya sama
Bab 31. A(POV HERI)Semua perbuatan ada balasannya"Gimana? mau tetap menyuruhku minta maaf? sadar, Mas ini rumahku, jadi jangan seenaknya," ucapnya menantang sambil kembali duduk di kursi.Aku melirik ibu yang melengos meninggalkan kami, sudah pasti ia benci situasi ini, di mana sang menantu tak lagi menghargai dirinya, masih lebih baik Amira walau perempuan itu sering menantang, tapi ia tak pernah merendahkan suami dan mertuanya.Ah lagi-lagi Amira, ada perbedaan besar antara dirinya dan Tania, aku memang bodoh terpikat oleh perempuan yang cantik di luar, sedangkan hatinya lebih busuk dari seekor bangkai."Aku ini suamimu, Tania, ga pantes kamu ngomong kaya gitu." Suaraku sedikit merendah.Sesakit inikah rasanya tak dihargai? padahal pernikahan kami belum genap berusia satu tahun, lalu bagaimana dengan Amira yang hampir sepuluh tahun hidupnya tak pernah di hargai suami."Kalau kamu ngaku suami usaha dong cari uang, aku butuh banyak uang, pengen bayar servis mobil ga tahan kalau kem