Share

Pernikahan Kilat

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 11:07:07

"Aku sibuk sekali. Bagaimana kalau sekarang?"

"Sekarang?" pekik Gea. 

***

Gea membuka buku nikahnya setengah tidak percaya. Tiba-tiba saja ia telah menikah dengan laki-laki yang baru dikenal. Ia menatap fotonya bersanding dengan seorang laki-laki tanpa berkedip. 

Di belakangnya Ahsin setengah berlari membawa payung dan memberi naungan padanya. Spontan wajahnya tengadah.

Syok kembali menyelimutinya. Ia baru menyadari pria yang sekarang jadi suaminya ternyata sangat tampan. 

"Mulai gerimis."

Gea mengerjap. Seakan rohnya baru kembali. 

"Mmm … Aku mau kerja dulu. Masukkan nomor telponmu," ucapnya sambil menyerahkan ponsel. 

Ahsin menyambutnya, kemudian memasukkan nomor telponnya tanpa menyimpan nama. 

"Namamu?" tanya Gea. 

Ahsin mengerutkan kening. 

"Oh maaf. Aku sedikit linglung hari ini," ucapnya sambil menutupi rasa malu dengan mengetikkan beberapa huruf. Nyatanya ia memang tidak bisa mengingat nama laki-laki yang telah menjadi suaminya. Ia berinisiatif memberi nama suamiku. Setidaknya panggilan itu akan menyadarkannya kalau ia telah bersuami. 

"Aku mau kerja dulu. Nanti aku kirim alamat dan sandi apartemenku. Kalau Kakek?"

"Kakek sudah punya rumah," jawab Ahsin. 

"Baiklah. Aku akan usahakan menjenguk Kakek seminggu sekali … aku pergi dulu," ucapnya canggung. 

"Tunggu!" Ahsin menaruh gagang payung ke tangannya. "Bawalah payung ini. Jaga kesehatanmu. Jangan sampai sakit."

"Mmm …," jawabnya sambil mengangguk. Ia berbalik dengan masih berbalut syok. Kembali ia membuka buku nikah dan mengeja nama suaminya. 

"Ahsin Buana. Kenapa namanya terasa familiar? Buana? Apa dia pewaris grup Buana?" Ia berbalik. Nyatanya Ahsin yang masih berdiri di belakangnya hanyalah mengenakan baju buruh bangunan. "Benar. Dia hanya seorang kuli. Nggak mungkin pewaris Grup Buana." 

Ponsel di tangannya berdering. Ia hanya bisa menghela napas panjang begitu melihat nama yang tertera. 

***

Plak. 

Sebuah tamparan mendarat di pipi Gea. 

"Adikmu bilang kau putus dengan Bei? Dia datang secara baik-baik, kau malah mengusirnya," tuding papanya, Lyman. 

"Apa Papa sudah tanyakan pada putri kesayanganmu mengapa kami putus?" tanya Gea dengan sedikit menahan rasa kecewanya. 

Sinta terkesiap. Malika maju. 

"Pa, Gea baru pulang. Bicaralah baik-baik."

"Pa, mungkin tadi Kak Gea tidak sengaja. Aku tidak peduli. Tidak memasukkan ke hati."

"Kau memang tidak peduli. Kau kacaukan pesta pertunanganku, curi tunanganku, kau dorong aku sampai nyaris mati."

"Kak Gea, aku dan Kak Bei cuma berteman," bela Sinta sambil memegang tangan ibunya. 

Gea tersenyum sinis. 

"Sudahlah. Kamu tidak boleh putus dengan Bei Prayoga. Bagaimanapun aliran dana dari Prayoga sangat berarti buat perusahaan kita," titah bapaknya.

"Kenapa tidak nikahkan saja dengan Sinta?" sahut Gea. 

"Mana mungkin aku merebut dari Kakak," kilah Sinta dengan menahan senyumnya. 

"Tidak bisa. Reputasimu telah buruk. Adikmu masih memiliki masa depan cerah. Ia dapat melakukan misinya dengan pewaris Buana."

"Bagaimana dengan Sinta? Ibuku baru meninggal dan Papa datang membawa Sinta usianya hampir sama denganku. Bukankah reputasinya lebih buruk?"

"Pa, bagaimana dia bisa bicara begitu pada adiknya," bela Malika. 

"Memang benar 'kan?" tukas Gea. 

"Pa!" rengek Sinta. 

"Sudahlah. Kau harus menikah dengan Bei. Karena tidak mungkin pewaris Buana menyukaimu."

"Aku tidak akan menikah dengan Bei," sahut Gea sambil berbalik.

"Kau!" tunjuk Lyman. Mendadak dadanya terasa sakit. Badannya sedikit limbung, beruntung langsung disambut oleh istrinya. 

Gea cuek. Ia berpaling badan dan melangkah.

"Berhenti." 

Langkah Gea terhenti. 

"Berhenti membuat masalah!" perintahnya sambil memegang dada yang terasa sakit. 

Gea tersenyum getir. "Di mata Papa aku hanya seorang pembuat masalah?"

"Kalau tidak? Apa yang akan kau lakukan jika putus dengan Bei? Kau masih bekerja dengannya?" cecar Lyman. 

"Jangan khawatir. Aku akan mengambil perusahaan ibuku," sahut Gea cuek.

"Papa, dia bisa apa? Hubungannya saja hancur, bagaimana mengurus perusahaan?" sela ibu tirinya yang masih duduk di sofa sambil mengelus dada Lyman. 

Sinta membenarkan dengan anggukan. 

"Setidaknya aku tidak seperti anakmu yang kerjanya hanya membuat masalah di perusahaan," sahut Gea. 

"Pa!" bela Sinta. 

"Jangan kira Papa bisa menekanku lagi," teriak Gea. "Papa jangankan menunaikan kewajibannya seorang ayah, bahkan hakku sebagai salah satu pemilik saham tidak dia tunaikan. Aku tidak akan diam lagi."

"Bagaimana kau bicara begitu? Bukankah Papa sudah berjuang demi keluarga?" sahut Malika. 

"Apa kalian menganggapku keluarga?" sahut Gea. "Aku tidak akan diam lagi. Dan kau Sinta, aku memberimu waktu seminggu. Jika aku masuk ke perusahaan, aku tidak akan menoleran kekacauan yang selalu kau buat."

Lyman yang kesakitan dada semakin tertekan dengan sahut menyahut anggota keluarganya.

"Sudahlah. Sesuai wasiat ibumu. Kau bisa mengambil perusahaan Zurra jika sudah menikah. Jadi menikahlah dengan Bei jika ingin mengambil alih perusahaan."

Gea membuka tasnya dan memperlihatkan buku nikah. "Aku sudah menikah."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Kuli Terhormat    Cinta

    “Gea!” Ahsin memegang bahu Gea. “Tenangkan dirimu.”“Bagaimana bisa tenang, Paman begini karena aku,” sahut Gea panik. “Gea, dengarkan aku.” Ahsin mengguncang bahu Gea. Seketika Gea terdiam. “Jangan menyalahkan diri. Paman melakukannya dengan senang hati. Kau juga lihat ‘kan senyumnya kemarin?”“Tapi ….”Ahsin mengusap wajah istrinya yang basah. “Selain itu, ternyata Paman mempunyai kanker paru-paru, jadi tusukan itu memparah kesehatannya yang buruk.”Gea menggenggam tangan Ahsin. “Kita ke sana ya. Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya.”“Paman belum sadar.”“Dia pasti dengar. Seperti kau bilang kemarin, kau mendengarnya hanya saja tidak bisa memberi respon.”Ahsin menghela napasnya. Ia merapikan rambut Gea. “Kau tidak menanyakan keadaanku? Kau tidak lihat, aku juga mengenakan gelang pasien?” Gea tergagap. Ia baru menyadari gelang yang dikenakan Ahsin. “Bukankah kau kelihatan baik-baik saja sekarang?” kilahnya.“Setidaknya kau bertanya perasaanku?” protes Ahsin dengan memasang

  • Suamiku Kuli Terhormat    Pengorbanan Paman

    Ahsin sudah merasakan separuh nyawanya melayang. Ia tidak akan pernah rela Gea terluka untuknya. Namun, sepersekian detik ia dikejutkan fakta lain. “Paman?” seru Ahsin. Gea berbalik. Matanya membesar begitu melihat pisau yang dipegang Noura itu berada di badan Tuan Mirja.Noura tersentak. Pisau di tangannya terlepas. Badannya mendadak gemetaran. Ia sulit mempercayai penglihatannya. Bagaimana Tuan Mirja tiba-tiba menghalanginya? Melihat Noura yang syok, Ferry tidak membuang kesempatan itu. Ia berhasil meringkus Noura, sedang bodyguard lain menangkap anak buah Noura. Ferry menyerahkan Noura ke bodyguard lain. Ia segera menelpon ambulan.Ahsin menyambut tubuh Tuan Mirja yang hampir menyentuh tanah. “Kenapa Paman lakukan ini?” sesal Gea. Air matanya mendadak tumpah ruah. Tuan Mirja menyentuh pipi gigi dengan tangannya yang berlumuran darah. Ia menyunggingkan senyum. “Jangan menangis. Paman bahagia bisa melakukan ini. Keinginan Paman untuk menyelamatkan ibumu akhirnya tertunaikan hari

  • Suamiku Kuli Terhormat    Obsesi

    Gea tertawa. “Sekarang kau mengakui kehebatan seseorang yang hanya bisa belajar dengan otodidak?” ejek Gea lemas.Noura tersentil, tapi bukan waktunya memikirkan harga diri. Sudah berapa lama High tidak bisa diakses dan entah berapa milyar kerugian yang ia alami.Pria besar itu menyeret Gea dan mendudukkan ke kursi yang berhadapan dengan laptop. Noura mengambil pisaunya dan menodongkan ke leher. “Bersihkan.”“Kau pikir aku sebodoh itu? Kau akan membunuhku begitu Highmu kembali.”Plak. Sebuah tamparan mendarat ke pipi Gea. “Jangan keras kepala. Jika tidak, kau akan memohon kematian kepadaku.” Peuh. Gea menyemburkan ludahnya yang merah ke muka Noura, kemudian ia memasang wajah ejek. Plak. “Cepat lakukan!” teriak Noura. Ia semakin kesulitan mengendalikan emosinya. Kalau saja bukan karena ingat kerugian dan tuntutan yang akan dialaminya, ia tidak akan sesabar ini. “Begitu cara meminta. Noura, sekarang kau yang membutuhkanku.”Noura mengerjap. Terlihat kebimbangan di matanya. Gea teru

  • Suamiku Kuli Terhormat    Pemilik High

    Tuan Mirja beralih pada dokter Austin. “Seberapa buruk, dokter?”“Seharusnya tidak apa, selama emosinya tidak dirangsang dan energinya tidak dikuras.”Mendadak Tuan Mirja jadi panik. “Dalam situasi ini bagaimana dia bisa tenang?” tukas Tuan Mirja. “Maafkan saya,” jawab dokter Austin. Tuan Mirja beralih pada Erwin. “Erwin, aku harus pergi. Tolong jaga Tuan Besar. Langsung saja telepon jika ada kabar.”Erwin mengangguk. Tuan Mirja berlalu, tetapi baru beberapa langkah ia berhenti. “Dokter, bisakah saya meminta waktu tinggal di sini sementara. Saya tidak bisa membayangkan kondisi ayah jika keduanya kenapa-napa.”“Saya mengerti. Pergilah.”“Terima kasih.” Tuan Mirja segera bergegas keluar. ***“Presdir, kemana saja? High diserang. Kami kewalahan.”Dengan gugup Noura membuka aplikasi lewat ponselnya. Benar saja, aplikasi tidak bisa diakses. Parahnya tampilan depan memperlihatkan tengkorak warna merah dengan dua tulang yang disilang. Ponselnya kembali berdering. Kali ini dari kepala bag

  • Suamiku Kuli Terhormat    Aku Tak Sebodoh Itu

    “Kau juga tahu itu?” Gea tersengal. Matanya memerah. Selain kesulitan bernapas, ia merasakan matanya nyaris keluar akibat urat lehernya yang dicekik. Tubuhnya bergerak-gerak ingin melakukan perlawanan, tapi apa yang dapat dilakukannya dengan tangan terikat.Noura melepas cekikannya. Napas Gea memburu. Berkali-kali ia batuk. "Aku tidak tahu siapa dia saat itu. Aku kira dia hanya seorang kuli,” ucapnya dengan napas masih tersengal.“Kuli?” Noura tergelak. "Kau pandai berbohong. Kenapa tidak menulis skenario saja? Mana ada orang ngajak nikah seorang kuli? Munafik!”Plak. Sebuah tamparan mendarat di pipi Gea. Seketika pipi putih itu menjadi memerah. Gea tersenyum sinis. “Aku munafik, lalu kau? Kau pura-pura bersikap manis, padahal di belakang menyerang perusahaannya. Merusak rem mobilnya. Ah, aku masih ingat kau memanggilnya Kak Ahsin.” Gea meniru nada Noura di ujung kalimatnya. Amarah Noura memuncak. Ia mendorong dengan segenap tenaga sehingga Gea terlempar dengan kursi. Gea meringis.

  • Suamiku Kuli Terhormat    Cinta Ditolak, Hacker Bertindak

    “Bagaimana orang asing bisa masuk ke komplek ini?” gumam Ferry. Ahsin hanya bisa terdiam. Selama ini ia hanya curiga kepada pamannya hingga tak terpikirkan ada kemungkinan lain. “Ya.” Ahsin menoleh ke arah Ferry. “Bos, mobil yang dideskripsikan Tuan Muda ternyata kosong.”Ahsin dan Ferry tersentak. Sesaat mereka saling tatap. “Kalian di mana?” tanya Ferry. “Kami di luar kota arah timur.”“Kita dikecohkan,” gumam Ahsin sambil menggenggam kepalan tangannya. “Terus lakukan pencarian!”“Baik, Tuan Muda,” sahut seorang pria lewat telepon itu. Dokter Austin menatap cemas. Tuan Mirja bergabung bersama mereka. “Kau sudah menemukan mereka?”Ahsin menggeleng. “Ferry, hubungi Ricky!”“Baik, Bos.” Ferry langsung menekan nama Ricky dan mengaktifkan speaker ponselnya.“Hallo, Kak Ferry!”“Ricky, Tuan Muda mau bicara.”“Ricky, Gea diculik.”“APA?” pekik Ricky. “Kami kesulitan mencarinya. Dia tidak membawa ponsel juga bros yang kau berikan. Aku tidak tahu bagaimana kalian bisa melakukannya ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status