Hari ini Dara mulai bekerja di perusahaan Wiyaya group. Dara sangat bersemangat hari ini, akhirnya dia bisa juga bekerja di perusahaan besar itu. Dara berdandan ia, memakai bedak dan memoles tipis bibirnya dengan lipstik. Sebelum turun ke bawah untuk sarapan Dara memandang wajahnya di cermin, iya tersenyum melihat wajah cantiknya.
Randy yang duduk di kursi makan menatap ke arah Dara. Cantik batin Randy. Ia memuji bahwa istrinya itu memang benar-benar cantik.
"Cantik." Kata Randy, ia menatap Dara.
Dara diam saja, dia malas berdebat dengan Randy. Tumben sekali dia bilang gue cantik, batin Dara.
Randy dan Dara sarapan dalam diam, sesekali Randy mencuri pandang kearah Dara. Sedangkan Dara sedang mengunyah makanannya, ia tidak menghiraukan Randy yang juga ada di sana.
"Kamu, mau ke mana? Udah Rapi aja?" Tanya Randy, di saat mereka sudah selesai sarapan.
"Mau kerjalah," ketus Dara.
"Mau aku antar?" Tawar Randy, dia serius mau ngantar Dara.
"Gak usah sok baik deh, mending aku naik taksi aja daripada di antar sama kamu." Tolak Dara.
Hmm, Randy hanya tersenyum saja dengan tingkah dan ucapan Dara.
"Ya sudah. Aku berangkat duluan kalo begitu." Randy berdiri dari duduknya dan segera melangkah ke luar.
Dara menatap punggung Randy, yang sedang berjalan, dia heran saja. Mau kerja atau ke mana suami dadakannya itu, sebab Randy hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih dan celana jens panjang. Ah masa bodo, dia mau kemana bukan urusanku, batin Dara.
Dara meraih ponselnya dan segera memesan taksi online. Dara tidak mau lagi berangkat menggunakan motor pemberian Randy. Bisa-bisa hancur dandannya kalau dia naik motor.
Tak berapa lama Taksi yang dipesan Dara sudah datang. Dara mengambil tasnya dan segera menghampiri taksi yang sudah Dara pesan.
======
Dara duduk di kursi tempat kerjanya, hari ini adalah hari pertama Dara kerja. Wajahnya nampak sumringah. Di hari pertama kerjanya Dara berusaha untuk tidak melakukan kesalahan apapun, Dara terlihat fokus pada pekerjaannya.
Saat jam istirahat, Sinta menghampirinya dan mengajaknya untuk makan siang bersama.
"Woy, serius amat sih, loe."
"Ya, harus dong." Sahut Dara.
"Kita makan siang bareng, yuk!" Ajak Sinta.
"Oke, tunggu bentar, ya."
"Cepetan, udah lapar ini, gue." Seru Sinta.
"Sabar...!"
"Nah, sudah selesai, yuk kita makan."
Mereka makan di kantin perusahaan. Dara dan Sinta duduk di pojokan.
"Hai, gue boleh duduk di sini, gak?" Tanya seorang lelaki tampan, tinggi, berhidung mancung, alisnya tebal, dan yah pokoknya tampan deh.
"Oh, silahkan...!" Sahut Sinta, mata berbinar melihat lelaki tampan di depannya.
"Kalian, anak baru ya?"
"Iya." Sahut Sinta, sedang Dara cuma tersenyum simpul.
"Kenalin, nama gue Dion." Lelaki itu memperkenalkan dirinya pada Dara dan Sinta.
"Gue, Sinta dan ini Dara, sahabat aku." Ucap Sinta.
"Oh, hai Dara." Sapa Dion.
"Hai," kata Dara singkat.
Dion memandang Dara, dengan pandangan kagum, ia terpesona dengan kecantikan Dara. Dion melontarkan beberapa pertanyaan pada Dara, tetapi yang banyak menjawab hanya Sinta, sedangkan Dari hanya sesekali saja menjawab. Dion menjadi bertambah penasaran dengan gadis cantik di depannya ini.
Dara dan Sinta kembali ke kantor tempat mereka.
"Eh, kayanya si Dion itu naksir loe, deh." Kata Sinta pada Dara, mereka berjalan menuju kantor.
"Tau dari mana, loe. Ngaur deh." timpal Dara.
"Gue lihat dari cara dia mandang loe tadi, masa loe gak merasa sih."
"Perasaan biasa aja, deh."
"Gak percaya lagi dikasih tahu."
"Ya, mana gue bisa percaya. Ketemu aja barusan tadi." Sahut Dara.
"Kita lihat aja, nanti." Ucap Sinta.
"Terserah loe, deh. Yuk kerja-kerja. Semangat." Seru Dara.
Dara dan Sinta pun kembali dan duduk di kursi yang ada di kubikel masing-masing.
Jam pulang kerja sudah tiba, Dara bersiap-siap untuk segera pulang. Dara merapikan meja kerjanya, setelah itu baru Dara beranjak meninggalkan ruangan kerjanya.
Dara mengotak-atik ponselnya, ia memesan taksi online lagi. Kali ini dia sudah hapal alamat rumah suami dadakannya, jadi Dara tidak perlu khawatir lagi akan tersesat dan lupa jalan pulang.
Dara sedang duduk di sebuah kursi yang ada di lobby kantor, Dara menunggu taksi online yang dia pesan.
"Menunggu, siapa?" Dara yang tengah melamun kaget mendengar ada suara yang menyapanya.
"Saya...?" Dara menunjuk dirinya.
"Iya, kamu. Siapa lagi?" Sahut Dion.
"Oh, lagi nunggu jemputan." Ucap Dara.
"Boleh, gue temenin?" Tanya Dion.
Dara menoleh kearah Dion, lalu mengangguk pelan. Sebenarnya Dara gak ditemani juga gak apa, tapi gak enak aja menolak tawaran Dion.
Setelah Dara mengiyakan tawarannya, Dion langsung duduk di kursi samping Dara.
Tak berapa lama taksi yang dipesan Dara tiba, Dara beranjak dari duduknya. Lalu mengucapkan terima kasih pada Dion karena sudah menemaninya.
Dara tiba di rumah Randy, tetapi belum terlihat kalau Randy sudah pulang. Mobil Randy juga tidak ada di halaman rumah, berarti lelaki itu belum pulang, gumam Dara. Ah ngapain juga aku mikirin dia, lebih baik aku mandi saja.
Dara naik ke atas menuju kamarnya berada. Dara meletakan tas kerjanya di atas tempat tidur, ia melepas pakaiannya kemudian beranjak masuk ke kamar mandi.
Hari pertama kerja, dan untuk pertama kalinya bagi Dara bekerja, itu membuatnya merasa lelah. Dia butuh mandi dan berendam di air hangat.
Dara turun ke dapur, di sana Bi Surti dan Bi Nah, ART di rumah Randy sedang sibuk menyiapkan makan malam.
"Bi, ini tolong cucikan!" Perintah Dara, ia menyerahkan sepatunya pada ART Randy.
"Iya, Non. Tapi nanti ya saya mau siapkan makan malam dulu." Sahut Bi Surti.
"Gak bisa, saya maunya sekarang." Sahut Dara dengan suara keras.
"I-iya, Non." Ucap Bi Surti, ia segera melaksanakan perintah istri majikannya itu.
"Tunggu, Bi!" Suara Randy yang baru saja pulang, menghentikan langkah Bi Surti. Sedangkan Dara menatap malas ke arah Randy.
"Iya, Mas Randy. Ada apa?" Sahut Bi Surti.
"Bibi mau ke mana?" Tanya Randy, matanya melirik sepasang sepatu yang berada di tangan Bi Surti.
"Ini, Mas. Mau nyuciin sepatunya Non Dara." Sahut Bi Surti.
Randy mengambil sepatu yang ada di tangan Bi Surti, lalu melemparnya ke hadapan Dara. Sedangkan Dara kaget matanya melotot ke arah Randy.
"Kamu, punya tangan, kan? Cuci sendiri jangan menyuruh orang lain. Jangan manja." Bentak Randy.
Dara menatap Randy nyalang. Ingin sekali dia menelan bulat-bulat lelaki di depannya ini.
"Buat apa bayar pembantu kalo nyuci sepatu aja gak bisa."
"Aku yang bayar, bukan kamu. Jadi jangan pernah menyuruh-nyuruh Bi Surti ataupun Bi Nah." Ucap Randy, dengan tatapan tajamnya pada Dara.
"Cuci sendiri! Jangan cuma bisanya nyuruh aja."
Mata Dara berkaca-kaca, segera ia ambil sepatu yang tadi dilemparkan Randy ke hadapannya, lalu berlari memasuki kamar, ia membanting pintu kamar dengan keras. Biar aja rusak. Bodo amat. Dara menangis, ia merasa sakit hati, orang tuanya saja tidak pernah membentaknya. Lah ini Seorang Randy yang baru beberapa hari menjadi suaminya sudah membentaknya.
Bersambung...
Terima kasih.
Dara keluar dari kamarnya, Dara merasa kehausan dan persediaan air minum di dalam kamarnya habis. Dara melangkahkan kakinya ke arah dapur, keadaan dapir yang gelap tak menyurutkan langkahnya. Dara membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dingin dan meminumnya."Kamu, ngapain?" Dara langsung tersedak karena kaget mendengar suara Randy yang saat itu tepat berada di belakangnya. Dara memutar tubuhnya ternyata jarak mereka sangat dekat. "Uhukkk uhukk....!" "Hei, pelan-pelan minumnya!" Ucap Randy."Bikin kaget aja, sih. Kalo gue mati gimana? Mau jadi duda situ." Omel Dara, sambil mengelus dadanya yang masih terasa sesak, akibat tersedak. "Siapa juga yang ngagetin, kamu tuh yang ngapain malam-malam begini gelap-gelapan di dapur sendiri." "Gue haus, air minum di kamar gue habis. Jadi ya terpaksa gue ke dapur, eh di sini malah ketemu kamu lagi." Kesal Dara."Oh," jawab Randy singkat.Dara segera beranjak dari dapur, dan masuk ke kama
Randy memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua yang terlihat nampak asri dan nyaman. Randy menoleh kesamping tepat dimana Dara saat ini masih tertidur pulas. Hatinya pun bimbang mau membangunkan Dara atau tidak."Dara... Ra... bangun!" Randy mengoyang lengan Dara, tadinya Randy tak tega membangunkan Dara dan berniat untuk menggendongnya, tapi dia takut saat Dara terbangun saat masih di dalam gendongannya Dara akan marah dan memakinya."Emmh..." Dara lenguh Dara pelan."Ayok bangun, kita sudah sampai.""Apaan sih, berisik tau..." tuhkan belum apa-apa dan masih dalam keadaan setengah sadar aja Dara ngomel aja."Bangun,Ra....! Atau mau saya gendong." Randy masih berusaha untuk membangunkan Dara.Tinnnn tinnnnRandy membunyikan klakson mobilnya dengan keras, karena kesal dengan Dara yang susah sekali dibangunkan. Dan itu berhasil membuat Dara membuka matanya."Apaan sih, ganggu orang lagi enak-enak tidur j
Dara menikmati makan malamnya dengan perlahan, sesekali Dara mencuri pandang ke arah Randy yang yang sedang menikmati makan malamnya. Randy yang merasa seperti di perhatikan, mengulum senyum lalu mengedipkan mata kepada Dara yang terlihat sedang memperhatikannya, seketika saat itu juga Dara ingin menengelamkan wajahnya kesemak-semak. Dara yang merasa kikuk karena ketahuan sejak tadi mencuri-curi pamdang pada Randy pun langsung menyuap makanannya dengan cepat sampai tersedak-sedak.Uhukk uhukk."Aduh, pelan-pelan dong, sayang makannya!" Kata Bunda.Dengan gerakan cepat Randy menyodorkan segelas air putih pada Dara.Dara menerima gelas air tersebut dan langsung meneguk habis air putih tersebut, lalu ia merasakan ada yang mengusap-usap pungungnya, uh bisa-bisanya lelaki ini mencari kesempatan dalam kesempitan batin Dara, gak tau apa jantungnya serasa mau copot saat merasakan jemari Randy yang masih mengusap-usap pungungnya. Astaga, kalo saja tak mengingat kalau mer
Dara dan Randy memasuki kamar mereka, lebih tepatnya sih kamar Dara."Mas Randy tuh, apa-apaan coba, pake acara setuju segala?" Semprot Dara saat mereka sudah berada di dalam kamar."Ya, apa salahnya sih. Kasian Oma dah nyiapin hadiah buat kita masa gak di ambil." Jawab Randy, lalu menghempaskan pantatnya ke kasur. Dara yang melihatnya pun mendelik tak suka."Eeh... jangan duduk di kasur aku, sana mas Randy tidur di sofa aja!" Dara menarik-narik tangan Randy dan menyuruhnya pergi dari kasurnya."Aku mau tidur di sini," kata Randy lalu merebahkan tubuhnya dengan santai."Gak bisa, ini kamar aku, kasur aku, Mas Randy tidur di sofa sana." Pekik Dara tak terima, lalu menerjang Randy yang sudah berbaring, tapi tak sempat karena Randy sudah menangkapnya dan membawa tubuh mungil Dara ke pelukannya."Auwww..." teriak Dara, Dara terus meronta dan memukuli Randy supaya terlepas dari pelukan Randy."Udah diam, napa." Kata Randy."Lepas, ah. Mas Randy...." teriakny
Randy dan Dara kini tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Dara memakai kaca mata hitamnya, gadis cantik dengan balutan dress berwarna navy itu berjalan dengan tergesa-gesa untuk menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Dara sangat kesal gimana bisa suaminya itu meninggalkannya?. Ah menyebalkan sekali."Mas Randy tunggu, dong. Kaki aku pegal nih!" Kata Dara, Randy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tanpa sengaja Dara menabrak punggung Randy."Auuww..., ah mas Randy kalo berhenti jangan sebarangan dong. Tuh jidat akukan jadi sakit." Dara mengelus jidatnya."Mana yang sakit?" Tanya Randy datar."Nih...! Dara menunjuk jidatnya dengan jari telunjuknya sendiri."Sini!" Randy menyuruh Dara mendekat ke arahnya, bagai kerbau di cucuk hidungnya Dara pun mendekat.Cup...Randy mengecup jidat Dara dengan tiba-tiba, sontak saja Dara langsung terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Randy, bisa-bisanya lelaki ya
Andai saja, Randy dan Dara saling mencintai mungkin momen bulan ini akan sangat indah, sayang seribu sayang, rasa itu belum menghampiri dua sejoli yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu. Randy yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya serta laptop yang ada di hadapannya. Sedangkan Dara memilih untuk menonton film-film favoritenya seperti drama Korea, tapi lama-lama Dara juga merasa bosan karena tak ada kegiatan lain selain nonton drama di kamar. Mau ngajakin Randy gelud kan gak mungkin, hahaa. Astaga otaknya mungkin sudah tercemar akibat beberapa adegan dewasa di dalam drama yang baru saja Dara tonton.Dara memperhatikan Randy yang terlihat serius dengan pekerjaannya, Randy terlihat tampan berkali-kali lipat saat sedang serius, garis wajah yang tegas, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun, astaga Dara dibuatnya sampai menelan air liurnya berkali-kali."Ada apa?" Randy berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di
Pagi ini Dara terlihat lebih bersemangat untuk berangkat bekerja. Ya mereka kini sudah pulang dari acara berbulan madu yang menurut mereka tidak ada istimewanya. Setelah pulang dari Bali, Dara dan Randy sepakat untuk mengawali semuanya dari hal kecil dulu seperti teman misalnya, ya mereka memutuskan untuk lebih saling mengenal dulu di awali dari kata teman.Dara mematut penampilannya di cermin, hari ini Dara memakai kemeja berwarna putih, rok hitam selutut, rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai.Setelah dirasa penampilannya kini pas, Dara mengambil tas serta memasukan ponsel ke dalamnya dan mengambil dua paper bag yang berisi oleh-oleh untuk teman-teman kerjanya. Dara keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan."Pagi!" Sapa Dara pada orang yang ada di dapur, Dara meletakan tas dan paper bag yang dia bawa di kursi yang ada di sebelahnya. Bik Sum sampai melongo tumben sekali hari ini istri majikannya itu bersikap ramah, tapi bik Sum juga merasa
"Mas Randy....""Dara"Begitulah reaksi mereka berdua saat sama-sama terkejut. Dara yang kaget bahwa Pimpinan perusahaan tempat dia bekerja adalah suaminya, sedangkan Randy kaget karena yang masuk ruangannya adalah Dara.Saat sadar dari rasa terkejutnya Dara berjalan mendekat ke meja Kerja Randy."Mas, ngapain di sini?" Dara mendekat ke arah Randy."Menurutmu? Saya ngapain ada di sini?" Randy balik bertanya."Jadi, mas Randy itu Direktur di sini?""Hmm,""Iss...." Dara mencebikan bibirnya."Iss, mas kok gak bilang sih, kalo mas itu Direktur di perusahaan ini!" Cecar Dara, lalu menaruh berkas laporan yang ia bawa tadi di atas meja kerja Randy."Kan, kamu gak nanya." Ucap Randy dengan tenang. Benar juga, ya. Selama inikan Dara tidak pernah bertanya tentang pekerjaan Randy apa."Uhg, dasar menyebalkan." Dara mengerucutkan bibirnya.Dara pun menuju sofa yang ada di ruangan kerja Randy dan mem