Share

5. SIAPA KAU?!

Penulis: lyns_marlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 10:12:02

Teriakan dan pukulan Dokter Virgolin di punggung tak berarti apa-apa bagi Pangeran Pisceso. Bahkan dengan ringannya seakan sedang membawa kapas, Pangeran Pisceso melanjutkan langkahnya ke luar dari ruang pameran. 

"Orang ini gila!" Security bernama Dodo menghadang langkah Pangeran Pisceso.

Detik berikutnya terdengar suara sirine dari mobil polisi. 

Wiiw! Wiiw! Wiiw!

"Polisi sudah datang!" 

Dodo tersenyum kemenangan, bala bantuan sudah datang.

"Hai! Bocah tengil! Lepaskan Dokter Virgolin!" teriak Rio marah melihat wanita pujaannya berada di atas bahu pria lain.

Satu per satu, polisi dengan perlengkapan lengkap layaknya akan menangkap seorang teroris kelas kakap langsung masuk ke dalam gedung pameran. 

Pangeran Pisceso semakin memasang kewaspadaan penuh. Tubuh Dokter Virgolin dipegangnya erat. Begitu juga dengan pedang yang ada di tangan, semakin digenggam dengan kuat.

"Turunkan senjatamu!" 

Satu polisi yang bertindak sebagai komandan, langsung memberikan perintah sambil mengarahkan senjata laras panjang pada Pangeran Pisceso dari jarak dua meter.

Pangeran Pisceso menatap tajam orang yang baru saja bicara. "Orang-orang di sini sungguh aneh. Benda apa yang ada di tangannya itu?!" bisik hati kecilnya.

"Lepaskan wanita itu dan angkat tanganmu!" tegas komandan polisi memberikan perintah pada Pangeran Pisceso.

Dokter Virgolin kembali memberontak, dipukulnya punggung Pangeran Pisceso berulang-ulang. "Lepaskan aku!"

Satu per satu polisi mengepung, mengelilingi Pangeran Pisceso dengan senjata laras panjang terarah kepadanya. Wajah mereka semua memakai penutup kepala warna hitam lengkap dengan pakaian anti peluru.

"Dalam hitungan ketiga, serahkan wanita itu!" Komandan polisi kembali memberi perintah. 

"Satu!"

"Dua!"

Belum sampai pada hitungan ketiga. Pangeran Pisceso memasukkan pedang kesayangannya ke dalam sarung pedang.

DOOR!

Satu peluru melesat ke luar dari senjata laras panjang milik komandan. 

Bukan Pangeran Pisceso namanya, putra mahkota dari kerajaan Voresham jika tidak bisa menghindari peluru. Hanya dengan menggeser tubuhnya sedikit, peluru melesat entah ke mana.

Dodo dan Bowo, security yang berdiri tak jauh dari Pangeran Pisceso terbelalak kaget melihat Pangeran Pisceso bisa menghindari peluru yang melesat bagai kilat.

"Astaga! Hebat sekali orang ini!" puji Dodo dengan mulut ternganga. "Ilmu apa yang dia miliki?!" 

"Jangan-jangan orang ini bukan manusia!" 

"Bisa jadi!" seru Dodo. "Cara berpakaiannya saja aneh!"

"Jangan-jangan orang ini dari planet lain!" 

"Hah?! Planet lain?!"

Dodo dan Bowo malah ribut berdebat mempermasalahkan tentang Pangeran Pisceso berasal darimana.

Sementara itu, Pangeran Pisceso tiba-tiba mengeluarkan ilmu tenaga dalamnya yang selama ini selalu disimpannya kecuali jika saat-saat darurat seperti keadaan yang sekarang sedang dihadapinya.

"Hai! Lihat itu!" 

Tangan Pangeran Pisceso mengeluarkan cahaya putih kemerahan lalu tiba-tiba.

Wuush!

Cahaya dalam tangannya melebar dan berhembus bagai angin menyapu sekeliling. Tentu saja semua orang yang berada dekat dengan Pangeran Pisceso berdiri, terlempar ke belakang.

Praang! Praang!

Kaca-kaca jendela tak luput dari hembusan cahaya yang ke luar dari tangan Pangeran Pisceso. Pecah, berhamburan ke lantai menimbulkan suara bising di setiap tempat dalam gedung.

"Astaga!" 

Komandan Polisi dibuat kaget, tubuhnya yang tinggi besar tak luput dari hembusan cahaya, terjungkal ke belakang dengan senjata api laras panjang miliknya terlempar jauh.

Melihat semua orang jatuh, tergeletak di lantai tak berdaya. Pangeran Pisceso segera angkat kaki dengan membawa Dokter Virgolin di bahunya meninggalkan gedung yang kini bagai kapal pecah akibat dari tenaga dalam yang telah dikeluarkannya.

"Aww!" Tubuh Dokter Virgolin jatuh ke tanah ketika Pangeran Pisceso dengan kasar menurunkan Dokter Virgolin tak jauh dari pintu cahaya langit yang hampir tertutup.

"Maaf," ucap Pangeran Pisceso.

"Aduh," rengek Dokter Virgolin merasakan pantatnya sakit mencium tanah. 

Pangeran Pisceso melihat pintu cahaya langit mulai mengecil. "Kita harus segera pergi!" Tangan besarnya kembali mencengkeram pergelangan tangan Dokter Virgolin.

"Aww!" 

"Kita harus segera pergi!" ajak Pangeran Pisceso. "Pintu cahaya langit sebentar lagi akan tertutup."

"Hah?!" Dokter Virgolin bingung dengan apa yang sedang diucapkan Pangeran Pisceso. "Lepaskan! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan! Pintu langit apa?!"

"Aku akan jelaskan," Pangeran Pisceso melepaskan cengkeraman tangannya. 

Satu per satu cerita mengalir dari bibir Pangeran Pisceso, mulai dari perjalanannya bersama kedua orangtuanya sampai berada di dunia yang sekarang sedang dipijaknya.

Dokter Virgolin melihat Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah. Apa yang diceritakannya sungguh tak masuk akal. "Apa orang ini gila? Dia seorang pangeran?! Dunia lain? Ya Tuhan, aku sedang bermimpi atau apa?!" Dokter Virgolin bicara sendiri dalam hati, diakhiri dengan menepuk pipinya sendiri berharap semua itu adalah mimpi.

"Kamu tidak sedang bermimpi." Pangeran Pisceso seakan mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan Dokter Virgolin. "Lihatlah itu!" tunjuknya kemudian. 

"Apa itu?!" tanya Dokter Virgolin, baru menyadari ada cahaya.

"Itu yang aku ceritakan tadi. Pintu cahaya langit yang akan membawa kita ke duniaku," jawab Pangeran Pisceso.

"Hah? Kita?!" Dokter Virgolin menolak. "Tidak, tidak! Aku tidak mau!" Dengan cepat segera berlari sambil memegang tas tangan erat yang tak lepas dari tadi.

Pangeran Pisceso menghela napas melihat Dokter Virgolin berlari lalu kemudian hanya dengan satu hentakan saja ke tanah, tubuhnya telah melesat dan berdiri menghadang Dokter Virgolin.

"Astaga?!" Dokter Virgolin kaget, Pangeran Pisceso telah berdiri menjulang di depannya. 

"Aku sudah menceritakan semuanya padamu, tapi kamu malah pergi. Di mana jiwa kepedulianmu sebagai seorang tabib yang tugasnya menyelamatkan nyawa manusia?!"

"Apa kau bilang?!" Dokter Virgolin tersinggung Pangeran Pisceso menyinggung profesinya.

"Jangan-jangan, aku yang salah telah membawamu."

"Heh, pangeran kesiangan! Aku ini memang seorang dokter! Dokter kecantikan, bukan dokter seperti apa yang kamu inginkan. Jika ibumu itu sedang sekarat, cari Dokter yang lebih hebat dariku!" sewot Dokter Virgolin menatap tajam Pangeran Pisceso.

Sreet! Sreet!

Tiba-tiba pintu langit mengeluarkan pijaran cahaya ke sekelilingnya dibarengi dengan angin yang terasa semakin kencang.

"Gawat! Pintu cahaya langit sepertinya akan tertutup kembali?" seru Pangeran Pisceso.

Dokter Virgolin ketakutan melihat apa yang sedang dilihatnya, segera berlari menghindari angin.

Tanpa membuang waktu, Pangeran Pisceso menarik tangan Dokter Virgolin. "Maafkan aku. Aku bersumpah atas nama Pangeran dan kerajaanku, akan mengembalikan mu ke dunia ini lagi setelah kamu selesai menyembuhkan ibunda ratu!" 

"No! Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut denganmu!" Jerit Dokter Virgolin ketika tangannya ditarik mendekati pintu cahaya langit.

Jeritan, teriakan dan penolakan yang dilakukan Dokter Virgolin tak mempengaruhi apapun pada Pangeran Pisceso Helios. Langkah kakinya begitu tegas masuk ke pintu cahaya langit membawa Dokter Virgolin ke dunianya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   83. DIPERSATUKAN CINTA, DIRESTUI ALAM SEMESTA

    Pisceso semakin memeluk erat tubuh Virgolin. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."Kedua tangan Virgolin memeluk erat pinggang Pisceso. "Benarkah semua akan baik-baik saja?!" tanyanya bersuara serak di antara isak tangis. "Semua akan baik-baik saja," bisik Pisceso. Walau sejujurnya, dirinya juga tidak tahu, apa mungkin akan baik-baik saja setelah hatinya mulai jatuh cinta pada Virgolin. "Bagaimana, kalau tidak baik-baik saja?!" tanya Virgolin lirih. Pisceso tak menjawab. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuh Virgolin. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatinya. "Pisceso," Virgolin merenggangkan pelukannya. Menghapus air mata yang telah membasahi pipi. Pisceso menatap dalam iris mata Virgolin yang masih tergenang air mata. "Jika nanti, aku sudah pulang ke duniaku, jangan pernah lupakan aku," bisik Virgolin, diakhiri bulir-bulir air bening yang jatuh dari kelopak mata.Hati Pisceso terenyuh. Aliran darah di seluruh nadinya seakan berhenti. "Aku tidak mungkin bisa melu

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   82. DILEMA

    Tatapan Pisceso beralih pada plastik kotor yang dipegang Virgolin. "Benda apa yang kau pegang?!" "Bukan apa-apa," jawab Virgolin. "Hanya sampah."Pisceso tak percaya begitu saja. Plastik kotor yang ada di tangan Virgolin diambilnya. "Itu plastik obat," ucap Virgolin pelan, bahkan suaranya nyaris tak terdengar. Pisceso diam, menunggu kelanjutan bicara Virgolin. "Tempat ini ,,," Virgolin menjeda ucapan, menelan saliva. Entah kenapa, tenggorokannya terasa kering. Pisceso mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Virgolin."Dari tempat ini, aku tahu kemana arah jalan menuju ke pintu langit," sambung Virgolin.Deg!Pisceso tertegun. "Aku bahkan sangat hapal, kemana jalan menuju pintu langit," lanjut Virgolin. Membalikan badan, melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti pada satu arah. "Kesana," tunjuknya.Pisceso mengikuti arah tangan Virgolin. Memang benar, jalan itu adalah jalan arah di mana pintu cahaya langit berada, tapi apa mungkin pintu langit itu akan ter

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   81. JATUH HATI

    Pisceso mengajak Virgolin menikmati keindahan air terjun yang ada di Desa Padi. Suara gemuruh dan percikan air yang menimpa batu membuat takjub Virgolin. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. "Lihat! Banyak ikan kecil di sini!" tunjuk Virgolin pada aliran sungai yang berada di bawah kakinya. "Cepat kemari, Pisceso!" Suaranya kencang menyatu bersama suara gemuruh air terjun. Pisceso datang mendekat. "Kita tangkap ikannya!" pinta Virgolin. "Lebih baik biarkan ikannya besar terlebih dahulu, ikan itu masih terlalu kecil," larang Pisceso. "Iya sih, masih sangat kecil." Virgolin setuju. "Ayo, kita ke sana!" ajaknya. "Kita duduk di batu besar itu." Pisceso dengan senang hati mengikuti kemauan Virgolin. Diraihnya tangan Virgolin agar tidak terjatuh disaat berjalan di antara batu-batu kecil yang terhampar di tepian sungai. Batu cukup besar menjadi tempat duduk mereka berdua. Suara gemuruh air terjun begitu kontras, seirama menyatu bersama angin.Virgolin tak berkedip menatap jatuhn

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   80. TUMBANGNYA PIMPINAN TOPENG PERAK

    Perih dipunggung semakin menjalar. Darah yang keluar dari luka semakin banyak. Roxy bahkan merasakan penglihatannya mulai tidak jelas. Keseimbangan tubuhnya pun tidak stabil.Melihat Roxy terlihat limbung, Pisceso memberi isyarat pada prajuritnya agar menangkap Roxy. "Gawat. Mataku, kenapa dengan mataku ini?" hati kecil Roxy bertanya-tanya sendiri. Pedang yang dipegangnya pun mulai terlihat buram.Prajurit dengan sigap mengepung Roxy, tapi jiwa pemberontak Roxy tak membiarkan dirinya ditangkap begitu saja. Walau penglihatan sudah tak begitu jelas, Roxy masih tetap melawan bahkan dengan membabi buta mengayunkan pedangnya ke segala arah. Trang! Clang! Clang!Suara pedang yang beradu mengisi udara di ruangan yang temaram. Roxy masih lincah menangkis mata pedang dari para prajurit yang mengepungnya bahkan dua orang prajurit berhasil terkena sabetan pedangnya. Pisceso memberi perintah agar prajuritnya mundur. Senyum kemenangan terukir di bibir Roxy. "Kalian pikir karena tubuhku terluka

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   79. BERHASIL DIGAGALKAN

    Krieeet,,,Pintu kembali didorong dari luar. Roxy secepat kilat bersembunyi di kolong tempat tidur.Airin kembali masuk membawa wadah yang berisi makanan. Diletakkan di atas meja kecil samping teko air. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi keluar dari kamar. Roxy mengelus dada lega. "Untung tidak ketahuan. Sialan si dayang itu, bolak balik masuk ke kamar. Lama-lama, aku bunuh juga si dayang itu!"Setelah melihat keadaan aman, Roxy keluar dari tempat persembunyiannya. Virgolin masih terlelap tidur dibuai mimpi, tidak tahu kalau dirinya dalam keadaan terancam. Dengkuran halusnya terdengar berirama keluar dari bibirnya."Baguslah, tidurnya sangat nyenyak. Ini akan memudahkan aku untuk membawanya pergi," gumam Roxy bersiap akan membuat Virgolin pingsan dengan memukul bagian tengkuknya. Bruuugh!Pintu kamar tiba-tiba dibuka kasar dari luar. Putra Mahkota Pisceso melesat masuk ke dalam kamar. Duugh!Tendangan kaki Pisceso mendarat sempurna dipunggung Roxy sampai tubuhnya tersun

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   78. PIMPINAN TOPENG PERAK MUNCUL KEMBALI UNTUK MENCULIK TABIB AGUNG VIRGOLIN

    Duarr!Petir menggelegar seakan ingin membelah langit setelah cahaya kilat muncul menyilaukan setiap mata."Untung kita sudah sampai. Hujannya deras sekali!" tutur Virgolin melihat turun hujan dari jendela kamar yang terbuka. "Iya. Pantas saja, cuaca sangat terik, ternyata mau turun hujan," ujar Airin. Virgolin merenggangkan otot. "Tulang pinggangku pegal. Aku ingin berbaring.""Istirahat saja. Aku juga akan istirahat di kamarku," ucap Airin. "Kalau tabib perlu sesuatu, panggil saja aku."Pintu kamar ditutup rapat oleh Airin dari luar. Virgolin segera naik ke atas tempat tidur yang sangat sederhana. Tubuh lelahnya telentang. Sejenak menatap langit-langit, tak lama kemudian dengkuran halus keluar dari bibirnya sebagai tanda Virgolin telah pergi ke alam mimpi. Sementara itu, Pisceso masih bersama Jidan dan sesepuh dari Desa Padi. Semuanya berkumpul di ruang tengah ditemani teh hangat dan beberapa potong singkong serta ubi rebus yang masih mengeluarkan uap panas. "Tabib dari langit m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status