Share

4. PENCULIK MISTERIUS

 "Lihat itu!" 

Dua orang security yang berjaga depan pintu ruang pameran memperhatikan Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah.

"Apa di luar sedang ada syuting film kolosal, Wo?!" tanya pria bertubuh gempal dengan nama tertera di dada, Dodo.

Temannya yang bernama Bowo menggelengkan kepala. "Setahuku tidak ada."

Keduanya pun terdiam begitu melihat Pangeran Pisceso datang mendekat.

Dodo membuka suara ketika melihat Pangeran Pisceso seakan ragu untuk bertanya. "Ada yang bisa saya bantu, pak?!"

Pangeran Pisceso sejenak terdiam, tatapannya melihat ke arah dalam ruang pameran sebelum menjawab. "Tabib."

"Tabib?!" tanya kedua security secara bersamaan. 

Pangeran Pisceso mengangguk. 

"Tabib?" Dodo garuk-garuk kepala tak gatal. "Tidak ada tabib di sini! Di dalam sedang ada pemeran alat-alat medis. Anda salah tempat."

Pangeran Pisceso tidak mengerti dengan apa yang diucapkan pria gempal tersebut. Berdiri sesaat lalu melangkah masuk ke dalam pameran. 

"Eh, eh! Orang itu masuk!" seru Dodo hendak menghalau, tapi tangannya segera ditarik Bowo.

"Biarkan saja! Mungkin yang dia maksud tabib itu dokter! Otaknya terpengaruh dengan pakaian yang dipakainya!"

Pangeran Pisceso melangkah dengan gagah. Berapa pasang mata menatap heran sekaligus kagum karena Pangeran Pisceso dianugerahi wajah yang tampan serta postur tubuh yang tinggi tegap apalagi pakaian yang dipakainya dihiasi jubah hitam menjuntai di punggung, sangat kontras sekali dengan semua orang yang ada di dalam pameran. 

"Ganteng banget orang itu," puji salah satu wanita yang tak jauh dari tempat Dokter Virgolin berdiri.

"Iya, betul. Gue serasa melihat seorang pangeran," celutuk temannya yang bertugas menjaga stand.

"Apa dia seorang aktor film kolosal?"

"Mungkin!"

"Tapi gue tidak pernah melihatnya"

"Aktor baru kali! Mungkin di luar sedang ada syuting film."

"Maybe. Tapi wajahnya lumayan juga!"

Bisik-bisik suara dari orang-orang terutama para cewek membuat Dokter Virgolin terpancing untuk melihat siapa orang yang sedang diperbincangkan. 

SEEER!

Dua bola mata dengan iris mata hitam legam bertabrakan dengan iris mata Dokter Virgolin yang dihiasi bulu mata lentik berhasil membuat desiran aneh di hati keduanya.

Sejenak Dokter Virgolin terpana melihat Pangeran Pisceso yang juga sedang melihatnya. Wajah yang seakan pernah dilihatnya, tapi entah di mana dan kapan wajah itu pernah singgah di ingatannya.

Tatapan Pangeran Pisceso semakin tajam pada Dokter Virgolin. Menatap kagum sekaligus heran dari atas sampai bawah.

"Siapa orang ini?" gumam Dokter Virgolin. "Kenapa melihatku seperti itu? Jangan-jangan?! Akh, tidak! Lebih baik aku menghindar!" muncul berbagai kecurigaan dalam benaknya.

Dokter Virgolin menaruh kembali pisau bedah yang sedang dilihat-lihatnya ke atas meja. Langkahnya terburu-buru menjauhi Pangeran Pisceso yang tak berkedip melihatnya. 

Entah apa yang dipikirkan Pangeran Pisceso, melihat Virgolin pergi malah membuatnya jadi penasaran. "Kenapa wanita itu takut melihatku? Jangan-jangan, wanita itu orang yang sedang aku cari?!" 

Pangeran Pisceso hendak melangkah pergi menyusul Virgolin, tapi langkahnya terhenti ketika seseorang menepuk tangannya.

"Hai, tuan!"

Seorang anak umur belasan tahun menepuk tangan Pangeran Pisceso. 

"Boleh aku berfoto denganmu?!" tanyanya sambil mengeluarkan ponsel. "Kamu pasti aktor film kolosal. Nanti fotomu akan aku perlihatkan pada teman-temanku."

Pangeran Pisceso hanya berdiri termangu tak mengerti.

Bidikkan kamera ponselpun berhasil diambil. Anak itu bergaya di samping Pangeran Pisceso tersenyum lebar dengan berbagai macam pose.

Beberapa foto pun berhasil diambil. "Terima kasih. Aku pasti akan nonton filmmu."

Pisceso menatap tajam anak tersebut. Sungguh tak mengerti, apa yang sedang dibicarakan nya.

Melihat Pisceso hanya berdiri termangu, membuat anak tersebut kembali bicara. "Kamu baik-baik saja?!" 

"Tabib? Saya sedang mencari tabib," suara bariton Pangeran Pisceso akhirnya ke luar juga.

Kening anak muda itu mengernyit. "Tabib?"

"Iya," Pisceso mengangguk. "Ibunda ratu terluka karena sayatan pedang. Saya harus membawa seorang tabib sakti."

Giliran anak muda itu sekarang yang tidak mengerti dengan ucapan Pangeran Pisceso. "Apa maksudmu?!" tanyanya merasa aneh dengan kalimat yang terlontar dari bibir pria tinggi tegap di depannya.

Pisceso menghela napas. Pandangannya kembali mengedar ke sekeliling dan berhenti pada satu titik wanita cantik yang tadi sempat membuat hatinya berdesir. 

Dokter Virgolin kaget, pergelangan tangannya tiba-tiba dicengkeram. "Eh, eh!" Pria yang dihindarinya mencengkeram tangannya kuat.

"Tabib sakti?!" 

"Hah? Tabib?!" Dalam ketakutan dan kebingungan, Virgolin masih bisa balik bertanya. 

"Ratu sedang terluka parah. Kau harus ikut denganku untuk menyembuhkan Ibunda ratu!" Pisceso langsung mencengkeram tangan Virgolin dengan kasar dan menariknya agar ikut dengannya.

Belum tersadar dari kebingungannya, sekarang tangannya ditarik, sontak saja Dokter Virgolin berteriak, "eh, eh! Kau mau apa?! Lepaskan tanganku!"

Pangeran Pisceso mencengkeram erat pergelangan tangan Dokter Virgolin dengan tangan kiri sementara tangan kanannya telah bersiap berada di atas kepala emas pedang panjangnya. 

"Lepaskan!" teriak Dokter Virgolin, susah payah mengimbangi langkah Pangeran Pisceso yang lebar-lebar. "OMG! Lepaskan!"

Teriakan Dokter Virgolin tentu saja mengundang banyak orang untuk melihat. Dalam sekejap, orang-orang berkerumun begitu juga dengan dua security yang tadi berdiri depan pintu masuk pameran. 

Langkah Pangeran Pisceso terhenti. Tangan kanannya begitu erat mencengkeram pergelangan tangan Dokter Virgolin agar tidak terlepas.

"Lepaskan wanita itu?!" Security bernama Dodo, berdiri tegak menghadang jalan.

Iris mata Pangeran Pisceso bak silet yang siap mengiris. "Minggir!" 

SREET!

Pedang yang berada di dalam sarungnya ditarik Pangeran Pisceso ketika security bertubuh gempal mengarahkan tonfa atau tongkat kayu padanya.

Semua orang terbelalak kaget, kilauan pedang panjang yang diterpa cahaya lampu menyadarkan orang-orang, itu adalah sebuah pedang asli.

"I-itu pedang asli!" seru salah satu pengunjung pameran. 

"Astaga, orang ini gila!" 

"Cepat, telepon polisi!" seru pengunjung yang lain. "Orang ini berbahaya!"

Orang-orangpun berhamburan menjauh, menyelamatkan diri. Takut terkena amukan dan kemarahan pria asing tersebut.

"Astaga!" Kedua bola mata Dokter Virgolin melebar.

Pedang panjang di depan matanya begitu menyilaukan mata disertai bau anyir darah menyeruak masuk ke penciuman, bahkan di setiap ruas jari tangan pria tersebut terlihat bercak darah kering. Ketakutan langsung menyelimuti dirinya.

Melihat wajah ketakutan, Pangeran Pisceso menatap tajam iris mata Dokter Virgolin. "Aku tidak akan melukaimu, asalkan kau menuruti perkataanku. Aku hanya akan membawamu untuk mengobati ibunda ratu!"

Lemas, kedua kaki Dokter Virgolin bagai tak bertulang. Tubuhnya meluruh lunglai ke lantai. Spechless, tak tahu harus bagaimana. Bingung dengan apa yang sedang dihadapinya sekarang.

Pangeran Pisceso tak gentar menghadapi kedua security yang ada di depannya, apalagi senjata kedua orang security tersebut hanya berupa tongkat kayu yang tak berarti apa-apa baginya.

Dokter Virgolin terhenyak kaget, tubuh mungilnya tiba-tiba melayang dan mendarat sempurna di bahu Pangeran Pisceso bak sedang memanggul sekarung beras.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan!" teriak Dokter Virgolin berontak.

"Hei! Lepaskan Dokter Virgolin!" teriak Rio.

Dokter Virgolin berontak, kepalan tangannya memukul berulang-ulang punggung Pangeran Pisceso. "Lepaskan!"

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status