Mohon maaf maaf, ada beebrapa nama yang harus saya ganti demi kebaikan bersama sepeti X bar dengan kedai susu, pelacur dengan wanita dan nama2 yang lain tidak pantas dan bertentangan dengan syairat islam. Semoga kita tetap dalam hidayah Allah SWT untuk tidak menyiarkan hal2 buruk seperti porno aksi, minuman haram dan adegan haram
Setelah menceritakan rentang kisah beberapa tahun silam, Rayzen pun terdiam. Pandanganya menatap kosong."Lalu, apa yang terjadi setelahnya?" Joe masih penasaran dengan cerita yang masih menggantung baginya.Rayzen menggelengkan kepala dalam pandangan kosong.Sungguh, membuat Joe geram. "Jangan coba coba menyembunyikan sesuatu dariku!" Tekan Joe serius dengan mengeraskan cengkraman tangannya kembali."Uhukk!" Rayzen pun batuk batuk lantaran sesak bernapas. "Ak-aku mengatakan yang sebenarnya. Setelah itu aku tidak tau apa apa," terang Rayzen dengan suara tertahan. Joe pun menghunuskan tatapan tajam, seolah itu sebuah pesan tegas agar Rayzen jangan pernah berpikir kalau dia bisa membodohi Joe."Percayalah, semua yang aku katakan ini sudah sepenuhnya. Tidak ada lagi yang aku sembunyikan," tuturnya dengan wajah pasrah.Belum puas sebenarnya, namun Joe belum mendapatkan klimaks dari apa yang diceritakan Rayzen.
Ceasar pun kaget mendapatkan dirinya yang diperlakukan kasar oleh Joe. Walaupun dia tahu kalau Joe tidak serius. "Aau! Ada apa? Kenapa anda menamparku, Master?" Protes Ceasar. "Itu hukuman karena kau tidak memberi tahuku kalau Pevita ternyata putri kandung Jeriko. Berani sekali kau Ceasar." Ceasar pun mengerti. Kemudian, dia menahan tawa diam diam. "Kau mau mengejekku, Ceasar?" "Tidak. Tidak seperti itu," balas Ceasar. Dan kemudian, mobil pun meninggalkan markas besar Rayzen. Baru hanya Joe yang bisa keluar hidup hidup dengan segar bugar dari kandang singa. Biasanya, orang itu tinggal nama begitu menginjakan kaki di lantainya saja. Di pertengahan jalan, Joe penasaran dari mana Ceasar bisa menemui posisinya. "Bagaimana kau bisa menemukanku?" Ceasar tersenyum tipis. "Sepertinya selama di sini master Joe sudah banyak lupa." Setelah mengatakan ini, Ceasar menunjukkan id card miliknya. Di sinilah Joe teringat kalau kartu akses infinit yang berfungsi sebagai tanda pengenal ke
Begitu sampai di dalam, Joe mendesak tubuh Pevita sampai memepet daun pintu. Jantung perempuan itu berdebar kencang. Deru napasnya pun mulai tak beraturan. "Bagaimana bisa kamu membodohiku?" cecar Joe. Sontak Pevita pun membuka matanya secara cepat. "Apa maksudmu?" Langsung saja wajah Pevita berubah tegang. Joe menaikan sebelah alis, menatap Pevita penuh intimidasi kuat. Di sinilah Pevita baru teringat kalau dia sudah membohongi Joe mengenai perusahaan papanya. Dan juga status dirinya yang sebenarnya merupakan putri kandung Jeriko, pemilik perusahaan Oilver Company. "Jangan salah paham. Ak-aku hanya tidak ingin kamu banyak bertanya ketika kamu tau siapa aku," sahutnya dengan gugup. "Justru sekarang aku tertarik untuk mengetahui itu. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Cecar Joe. "Kalau yang kamu maksudkan menutupi siapa pembunuh gadis yang ada di poto itu, aku sungguh tidak tau. Aku hanya tidak ingin kamu dekat denganku karena kamu tau aku putri konglomerat," ujar Pevi
"Jangan perlakukan aku berbeda dari pegawaimu yang lain. Kalau aku memecahkan gelas, kamu harus memarahiku." Tentu saja membuat Pevita tak bisa menahan tawa. Sampai begitu lebar bibirnya terbuka. "Kamu ada ada saja. Iya tentu. Kalau kamu melakukan itu, aku akan memberimu hukuman. Apa kamu mengerti." Seolah olah Pevita memberi ultimatum tegas, padahal dia mengatakan itu sambil menyimpul senyum. Joe pun membalasnya dengan melakukan hal yang sama. "Baiklah, kalau begitu aku akan memulainya," pungkas Joe. Joe diantar Pevita untuk tugas pertamannya. Dia akan melayani tamu tamu yang berkunjung. Kebetulan, floor sudah ramai dipadati pengunjung. "Steve," panggil Pevita. Laki laki yang bekerja sebagai manager bar pun gegas mendatangi bosnya. "Ya nyonya," sapa Steve. "Mulai sekarang Joe akan menjadi tanggung jawabmu," ujar Pevita. Steve nampak canggung. Tidak percaya kalau laki laki yang dianggapnya begitu sangat dekat dengan pimpinan bar, memilih bekerja sebagai pelayan. Kenapa
Karena kejadian ini akibatnya banyak pasang mata yang akhirnya tertitik pada pria paruh baya yang baru saja membuat keonaran. Sebagaian mereka ada yang mengenal siapa dia. Sebagain yang lain menyalahkan pelayan yang melayaninya sudah tentu tidak becus sampai membuat pengunjung marah seperti itu. Salah satu pegawai baru saja mengabari Pevita kalau Joe terlibat masalah di floor. Dengan secepat angin, Pevita pun keluar dari kandang dan menemui Joe. "Apa yang terjadi?" Pevita nanar begitu mendapatkan kepala Joe sudah berlumuran darah. "Oh, jadi kamu pemilik kedai susu ini? Bagus! Sekarang juga kamu pecat pegawaimu yang bodoh ini!" Kata pria itu dengan arogan sambil menunjuk wajah Joe dengan jarinya. Steve segera membisikan ke telinga Pevita, "pria ini mara-marah, nyonya. Dia menolak pembayaran bill di muka." Sungguh, wajah Pevita memerah, marah. Pevita menatap tajam pria tua itu. "Sebaiknya anda pergi, tuan!" Sontak pria itu pun tercengang. Tidak masuk akal baginya dan tidak
"Ada apa?" Tanya Pevita khawatir, setelah dia berhadapan dengan pegawainya. "Di floor, pria yang tadi membawa banyak orang. Mereka membuat rusuh. Dia mencari ... " Bola matanya berputar ke arah Joe yang masih duduk di sofa. "Tuan itu." Tunjuknya dengan sangat hati hati. Sungguh, Pevita takut sejadi jadinya. "Apa yang kamu katakan itu benar?" Pegawai itu mengangguk singkat. "Kalau begitu aku akan menemuinya." Begitu Pevita ingin beranjak, Joe menahannya. "Biar aku saja yang mengurusnya," kata Joe. Kemudian dia memalingkan wajahnya pada pegawai. "Suruh yang lainnya masuk ke sini. Jangan ada yang keluar sebelum aku perintahkan," titah Joe dengan nada tenang. "Joe, jangan. Mereka bisa melukaimu," cegah Pevita dengan wajah khawatir. "Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa apa denganku," sahut Joe santai. Beat! "Kamu." Joe menunjuk pegawai Pevita. "Iya, tuan," sahutnya. "Suruh teman temanmu ke sini. Dan jangan keluar sebelum aku perintahkan. Apa kamu paham?" Pegawai
"Wow! Sepertinya akan ada pesta? Apa aku terlambat?" Saat yang bersamaan Ceasar datang di waktu yang tepat dan disambut Joe dengan senyum licik. "Mengganggu saja," gumam Joe agak kesal lantaran aksinya gagal dengan kedatangan tamu tak di undang. Sama sekali Joe tidak berharap Ceasar datang dan membantu layaknya super hero khayalan yang difilmkan oleh produksi luar negeri. "Siapa kau?" Tanya pria tua dengan wajah kaget. "Jawabanku tergantung sikapmu bapak tua! Kalau kau mau diajak kerja sama, tentu aku akan menjadi malaikat yang manis untukmu, tapi kalau kau keras kepala ... " Beat! "Aku akan menjadi malaikat yang akan mencabut nyawamu!" Pada saat mengatakan kalimat ini, wajah Ceasar menghunus tajam membelah pandangan pria itu. "Keparat! Rupanya kau teman si cecunguk sialan ini!" Sahutnya. "Habisi mereka berdua!" Pria tua itu memberikan perintah kepada anak buahnya. "Hentikan! Kalau kalian semuanya masih ingin hidup sampai esok hari!" Yang mengatakan ini dengan suara la
Gemetarlah Charis dibuatnya."Bodoh! Apa kau terlalu pengecut untuk menekan pelatuknya, hah!" Rayzen meninggikan nadanya.Rayzen justru semakin bergerak mendekati Charis lalu menempelkan keningnya di moncong pistol. "Ayo. Tembak aku!" Ucapnya.Masih sama, Charis sama sekali tidak berani. Hingga akhirnya, Rayzen mengambil pistol itu dari tangan Charis."Dasar bodoh! Apa kau tidak bisa menggunakan pistol ini, hah!" Setelah mengatakan ini, Rayzen menarik pelatuk pistol lalu menembaki Charis sampai beberapa kali. Hingga mati lah Charis di tempat.Sungguh sadis. Rayzen terlihat begitu tenang. Tidak sama sekali merasa berdosa sudah melenyapkan nyawa orang begitu saja. Padahal, beberapa hari yang lalu Charis adalah sahabatnya. Juga sumber uangnya. Sebagai pejabat kota yang korup, Charis tidak sedikit mengalirkan dana ke rekening Rayzen. Tapi sekarang berbeda, Rayzen tau harus berpihak pada siapa. Atau tidak, justru nyawa dan