Kuliah hukumku selesai di bulan Mei, satu bulan dari sekarang. Kemudian aku akan menghadapi ujian pengacara di bulan Juli. Aku tidak akan lulus dengan kehormatan, meskipun posisiku berada di paro teratas kelasku. Satu-satunya langkah cerdik yang aku lakukan dalam tiga tahun kuliah hukum yaitu dengan menjadwalkan mata kuliah yang menjadi prasyarat dan sulit sedini mungkin, sehingga aku dapat menghamburkan waktu dalam semester terakhir. Setiap kuliahku di musim semi ini sungguh konyol—Hukum Seni, Hukum Olahraga, dan Hukum pada Manulia, yang juga menjadi favoritku.
Pilihan terakhirku ini yang membuat diriku duduk di sini, pada kursi usang di belakang meja lipat goyah dalam bangunan seng yang panas, penuh dengan segala macam para senior, begitulah mereka mau disebu—agak ganjil. Sebuah tanda—tulisan tangan di atas yang merupakan satu-satunya pintu yang tampak megah menamakan tempat ini dengan Lincoln Gardens Building, namun jika dilihat antara namanya dan fakta agak sedikit berbeda. Tempat itu tidak sedikit pun menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan bunga atau tanaman. Setiap dindingnya berwarna cokelat. Cuma ada foto usang Abraham Lincoln yang telah memudar terdapat di ujung, diapit dengan dua bendera kecil yang menyedihkan—satu bendera militer Amerika Serikat, dan kedua bendera negara bagian Texas. Bangunan itu sempit, muram, dan tidak menampilkan keceriaan. Jelas dibangun pada saat terakhir, dengan beberapa dolar tersisa dari dana federal yang tidak diduga-duga. Aku mencoret-coret pada bloknot sambil melamun, takut melihat orang banyak yang beringsut maju di kursi lipat mereka.Pasti ada sekitar lima puluhan orang di sana, bercampur seimbang antara kulit hitam dan kulit putih, dengan usia rata-rata tujuh puluh lima tahun, beberapa ada yang buta, sekitar satu lusin menggunakan kursi roda dan banyak yang menggunakan alat bantu dengar. Kami telah diberitahu kalau mereka berkumpul di sini setiap sore untuk menikmati makanan panas dan beberapa lagu, sesekali ada kunjungan seorang kandidat politik. Setelah dua jam bersosialisasi, mereka akan pulang dan menghitung bahwa jangan sampai mereka dapat kembali ke sini. Profesor kami mengatakan bahwa ini adalah peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.Kami melakukan kesalahan yang menyakitkan sebab datang tepat waktu untuk makan siang. Mereka mendudukkan kami berempat di satu sudut bersama pemimpin kami. Profesor Stephan, dan memperhatikan secara cermat saat kami mengambil ayam dan kacang polong yang sudah dingin. Aku mendapatkan puding, dan ini dilihat oleh Neely, namanya tertempel di atas saku kemeja kotornya. Neely menggumamkan sesuatu tentang puding kuningku, dan aku segera menawarkan padanya, juga dengan ayam yang sudah aku ambil. Namun Miss Natalie mengusir dan mendorongnya dengan kasar untuk kembali ke kursinya. Miss Natalie berusia sekitar delapan puluh tahun, namun pribadinya tampak sangat sigap untuk perempuan seusianya, dan dia bertindak sebagai ibu, diktator dan tukang pukul organisasi ini. Dia mengatur semua orang bak seorang bos rumah sakit veteran, memeluk dan membelai, bergosip dengan para perempuan berambut abu-abu yang lain, tertawa dengan lengkingan suara nyaring, namun sementara itu tetap waspada dengan memasang mata pada Neely yang tidak disangsikan lagi adalah si anak nakal dalam kelompok itu. Dia menceramahinya karena mengagumi puding kuning punyaku, namun beberapa detik setelah itu meletakkan semangkuk penuh dempul kuning itu di depan matanya yang memancar. Neely melahapnya dengan jemarinya yang gemuk.Satu jam berlalu, makan siang berlangsung seolah jiwa kelaparan itu tengah berpesta dengan tujuh macam masakan, tanpa ada harapan untuk menikmati makanan lagi. Sendok dan garpu mereka bergerak aktif, maju-mundur, naik-turun, seolah-olah diberati dengan logam berharga. Waktu bukan menjadi masalah sama sekali. Mereka saling berteriak saat saling terdorong untuk melakukan percakapan. Mereka menjatuhkan makanan di lantai, hingga aku tidak tahan lagi melihatnya. Aku bahkan menekan puding kuning itu. Neely masih tamak, mengawasi setiap gerakanku. Miss Natalie hilir-mudik sekeliling ruangan, berkicau soal ini-itu."Apakah dia bekerja di departemen Anda?""Kapan dia berhenti bekerja untuk State Farm?"la mengangkat pundak, tidak ingat. tanggalnya. "Bagaimana kalau tanggal 3 Oktober tahun lalu?""Kedengarannya dekat." "Dan bukankah itu dua hari sebelum dia dijadwalkan untuk memberikan deposisi dalam kasus ini?”"Saya benar benar tidak ingat."Aku menyegarkan ingatannya dengan memperlihatkan dua dokumen; yang pertama adalah surat pengunduran diri tertanggal 3 Oktober, yang kedua adalah pemberitahuanku untuk mengambil kesaksiannya pada tanggal 5 Oktober. Sekarang ia ingat. Dengan enggan ia mengakui bahwa Eli Grimshaw keluar dari State Farm dua hari sebelum ia dijadwalkan untuk memberikan kesaksian dalam sidang ini."Dan dia orang yang bertanggung jawab menangani klaim ini dalam perusahaan Anda?""Benar.”"Dan Anda memecatnya?""Tentu saja tidak.""Bagaimana Anda menyingkirkannya?""Dia mengundurkan diri. Itu tertulis dalam suratnya.""Mengapa dia mengundurkan diri?" la menarik surat itu leb
“Bisakah Anda menjelaskan pada juri, Dr. Preston, bagaimana Anda melakukan transplantasi sumsum?”"Tentu. Prosedur ini tidak terlalu rumit. Sesudah pasien menjalani kemoterapi yang baru saja saya jelaskan, dan bila dia cukup beruntung bisa menemukan donor yang secara genetis cukup cocok, kami akan mengambil sumsum dari donor dan memasukkannya secara intravena kepada resipien. Gagasannya adalah mentransfer seluruh populasi sel sumsum dari satu pasien ke pasien lain.”"Apakah Reg Jack donor yang cocok bagi Ronnie Kray?""Sangat cocok. Dia saudara kembar identik, dan itu yang paling mudah. Kami melakukan tes terhadap keduanya, dan transplantasi seharusnya sangat mudah. Seharusnya berhasil."Martin melompat berdiri. "Keberatan, spekulasi. Dokter tidak boleh memberikan kesaksian apakah tranplantasi ini mungkin atau tidak mungkin berhasil.""Ditolak. Simpanlah untuk pemeriksaan silang."Aku mengajukan beberapa pertanyaan lain tentang prosedur itu, dan ketika Rahmad Preston menjawab, aku mem
Aku memanggil Reg Jack ke podium. Ia juga punya naskah, dan kesaksiannya berlangsung tak lebill dari tiga puluh menit, Yang kami butuhkan dari Reg hanyalah fakta bahwa pernah dilakukan tes terhadapnya, dan ia donor yang sangat tepat bagi saudara kembarnya, dan ia setiap saat bersedia menjadi donor. Martin tidak melakukan pemeriksaan silang. Saat itu hampir pukul sebelas, dan Denis Lennon memerintahkan reses selama lima belas menit.Smith berlari ke kamar kecil untuk bersembunyi dan merokok. Aku memperingatkannya agar tidak merokok di depan anggota juri. Aku dan Yuval duduk berdekatan di meja kami, membandingkan catatan. Ia tadi duduk di belakangku, terus mengawasi para juri. Surat penolakan itu mendapat perhatian mereka. Dan surat Tolol itu menggusarkan mereka.Buat mereka marah, katanya. Buat mereka gusar. Denda ganti rugi hanya akan dijatuhkan bila juri gusar.Dr. Rahmad Preston tampil sebagai sosok mengesankan ketika maju ke tempat saksi. Ia memakai jas sport motif kotak-kotak, cel
Strategi pembela jadi jelas. Bukannya bersikap lunak dengan mengakui telah terjadi kesalahan oleh orang yang tidak kompeten dalam perusahaan raksasa itu, Martin tidak mengakui apa pun. Ia akan menyatakan cangkok sumsum sangat tidak andal, pengobatan yang buruk, sama sekali bukan metode rutin yang sudah diterima dalam pengobatan leukemia akut.Ia kedengaran seperti dokter yang bicara tentang sulitnya menemukan donor yang tepat, satu dari berjuta-juta kasus, dan kecilnya peluang keberhasilan tranplantasi. Berkali-kali ia mengulangi dengan mengatakan, "ltu tidak tercantum dalam polis."Ia memutuskan untuk mendesakku. Kedua kalinya ia menyebut kata "keserakahan", aku melompat berdiri dan mengajukan keberatan. Kata pembukaan bukanlah tempat adu pendapat. ltu untuk nanti. la hanya diizinkan mengatakan pada juri apa yang nurutnya akan dibuktikan.Denis Lennon tercinta cepat-cepat berkata, "Diterima.”Darah pertama terkucur untukku."Maaf, Yang Mulia," kata Martin dengan tulus. Ia bicara tent
Aku bicara dengan Eli Grimshaw selama satu jam. Kadang-kadang ia kedengaran kuat dan teguh, kadang-kadang nyaris tak bisa menahan diri. la tidak mau tidur dengan orang-orang ini, katanya terus menerus, tapi itu satu-satunya cara untuk maju. la janda dengan dua anak.la setuju datang ke Southaven. Aku menawarkan akan menerbangkannya ke sini dan mengganti pengeluarannya, dan aku bisa mengucapkan ini dengan tenang, meyakinkan bahwa biro hukumku punya banyak uang. la minta aku berjanji bahwa bila ia memberikan kesaksian kelak, itu harus merupakan kejutan bagi State Farm.la takut setengah mati pada mereka. Aku rasa kejutan ini akan bagus.***Kami tinggal di kantor selama akhir pekan, tidur hanya beberapa jam di apartemen masing-masing, kemudian seperti domba hilang kembali ke kantor untuk bersiap lebih jauh.Saat-saat santaiku yang jarang boleh dikata karena jasa Denis Lennon. Aku diam-diam mengucapkan terima kasih seribu kali kepadanya karena memilih juri seminggu sebelum sidang, dan me
ENAM hari sesudah kami memilih juri dan empat hari sebelum sidang mulai, Yuval menerima telepon dari kantor seorang pengacara di Toledo yang ingin bicara denganku. Aku langsung curiga, sebab aku tak kenal satu pun pengacara di Toledo, dan aku bicara sekadar cukup lama untuk mendapatkan namanya. Perlu sekitar sepuluh detik, lalu pelan-pelan memutuskan sambungan di tengah percakapan dan bekerja seperti biasa, seolah-olah sambungan telepon kami tak sengaja terputus. Ini selalu terjadi akhir akhir ini, kataku pada Yuval, cukup keras untuk direkam dalam pesawat. Kami melepaskan tiga pesawat telepon kantor dari sambungan, dan aku berlari ke jalan tempat Volvo diparkir. Ticki sudah memeriksa telepon mobilku dan tampaknya alat itu bebas dari penyadap. Dengan bantuan bagian informasi, aku menelepon pengacara Toledo itu.Ternyata telepon itu luar biasa penting.Namanya Ryan Carvajal. Spesialisasinya adalah hukum perburuhan dan diskriminasi pekerjaan, dan ia mewakili seorang wanita muda bernama