Share

Tiga

Profesor Stephan, seorang intelektual konyol yang lengkap dengan dasi kupu-kupu yang sudah tampak kusut, rambut terlihat acak-acakan, duduk dengan sikap puas orang yang baru saja menikmati makanan yang enak, dan dengan penuh nuansa kasih sayang menikmati di depan kami. Dia orang yang baik hati, berumur lima puluhan awal, namun perilakunya sangat mirip dengan Neely dan kawan-kawannya. Selama dua puluh tahun dia mengajar mata-mata kuliah yang dosen lain tidak mau mengajarkan dan mahasiswa tidak mau mengambil. Hak Anak-anak, Hukum Orang Disabilitas, Seminar tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Masalah bagi Penderita Gangguan Mental, dan ada juga mata kuliah yang disebut sebagai Hukum Orang-orang Aneh. Dulu dia pernah membuka mata kuliah tentang Hak-Hak Janin yang belum dilahirkan, tapi hal ini mendapatkan respon kontroversial yang dahsyat. Sehingga Profesor Stephan segera mengambil libur panjang.

Dia menjelaskan pada kami di hari pertama kuliah kalau maksud adanya kuliah ini yaitu memaparkan pada kami tentang masalah hukum yang sebenarnya. Menurut pendapatnya, semua mahasiswa masuk sekolah hukum diiringi dengan sejumlah idealism dan niat untuk melayani masyarakat, tapi setelah tiga tahu mengalami kompetisi brutal, kami tidak mempedulikan apa pun kecuali pekerjaan yang tepat dengan biro hukum yang tepat, di mana kami akan menjadi partner selama tujuh tahun lamanya dan meraup banyak uang.

Kuliah ini bukan prasyarat yang mestinya diambil, dan aku memulai dengan sebelas mahasiswa. Setelah satu bulan mendengarkan kuliah Stephan yang membosankan dan desakan terus-menerus untuk mengabaikan uang dan bekerja secara gratis, jumlah kami terpangkas dan hanya tersisa empat orang. Mata kuliah ini tidak ada nilainya, cuma dua jam dalam satu minggu, hampir tidak membutuhkan kerja apa pun. Dan inilah yang menarikku ke situ. Tapi, jika masih tersisa lebih dari satu bulan, aku benar-benar menyangsikan apakah aku sanggup bertahan. Pada titik ini, aku membenci sekolah hukum. Dan aku merasakan bahwa ada keprihatinan suram tentang praktek hukum.

Inilah pertama kalinya aku berhadapan dengan klien sungguhan, dan aku jadi merasa takut. Walaupun orang-orang yang duduk di sana sudah tua dan lemah, mereka melihatku seolah-olah aku mempunyai kebijaksanaan yangluar biasa. Aku toh hampir menjadi sarjana hukum, memakai jas gelap, membawa bloknot yang aku pakai untuk menggambar segi empat dan lingkaran, dan wajahku disetel menunjukkan tampang cerdas dan elegan, jadi aku pasti mampu membantu mereka. Duduk di sampingku di belakang meja lipat yang sama adalah Bolie Harold, seorang laki-laki kulit hitam yang menjadi sahabat terbaikku di sekolah hukum. Dia juga merasa takutnya sepertiku. Di hadapan kami, terpampang kartu indeks terlipat dengan nama kami tertulis dalam tinta hitam—Bolie Harold dan Edward Cicero. Itulah aku. Di samping Bolie Harold berdiri podium tempat Miss Natalie berceloteh, dan sisi lain ada meja dengan kartu indeks yang sama yang mengumumkan kehadiran B. Locke, keledai sombong yang selama tiga tahun ini menempelkan singkatan dan angka di depan namanya. Di sampingnya adalah bangsat sejati. N. Mila Fox, perempuan yang cukup lumayan, mengenakan jas bergaris halu dan dasi terbuat dari sutra, sikapnya menunjukkan keangkuhan yang luar biasa. Banyak di antara kami yang curiga dia juga memakai cawat olahraga.

Stephan berdiri bersandar di dinding belakang kami. Miss Natalie tengah memberi berbagai pengumuman, laporan rumah sakit dan obituari. Dia berteriak ke sebuah mikrofon dengan sound system yang  bekerja sangat baik. Empat speaker besar tergantung di setiap sudut ruangan, suaranya yang melengking meledak dan menderu dari segala sudut. Alat bantu dengar ditepuk dan dicabut. Sejenak tidak seorang pun yang tertidur. Hari ini ada tiga obituary, dan saat akhirnya Miss Natalie selesai, aku melihat beberapa pemirsa yang meneteskan air mata. Tuhan, jangan biarkan ini menimpaku. Beri aku lima puluh tahun lagi untuk bekerja dan bersenang-senang, lalu kematian seketika saat aku tertidur.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status