Ayahku benci siksaan itu. Pertama, ia tak bisa menyelinap dan minum—tak mungkin dengan adanya ibu-ibu gereja. Aku pikir mereka tahu kalau ia suka mencuri minum dari botol, dan karena sudah berhasil menerobos ke dalam rumah, mereka bertekad untuk memergokinya. Dan ia diharapkan menjadi tuan rumah yang ramah, sesuatu yang memang tak bisa dikerjakan oleh ayahku. Sesudah 24 jam pertama, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit, tapi bukan untuk menjaga istrinya yang sedang sakit. la tinggal di ruang duduk pengunjung, menonton TV dan meneguk cola campur minuman keras.
Aku punya kenangan indah tentang saat itu. Rumah kami tak pernah merasakan kehangatan seperti itu, tak pernah melihat begitu banyak makanan lezat. Perempuan-perempuan itu begitu mengurusiku, seolah-olah ibuku sudah meninggal, dan aku gembira menikmati perhatian tersebut. Mereka adalah bibi dan nenek yang tak pernah aku kenal.
Tak lama sesudah ibuku sembuh, Pendeta Gurira melakukan su
“Ya. Dia memintaku pergi, jadi aku pergi.”“Bisakah kau menjelaskannya?”"Ya.”"Kalau begitu, terangkanlah.” “Laki-laki kulit hitam, bertubuh besar, mungkin 195 senti. Seragam, topi, pistol. Tanya dia, dia akan mengatakan padamu aku langsung pergi ketika dia menyuruhku. ”“Kami tak bisa menanyainya." Sekali lagi mereka saling pandang."Kenapa tidak?” tanyaku. Sesuatu yang mengerikan akan muncul.”Sebab dia sudah mati." Mereka berdua menatapku dengan penuh perhatian ketika aku bereaksi dengar hal ini. Aku benar-benar terperanjat, seperti siapa pun. Aku bisa merasakan tatapan mereka.”Bagaimana... uh... bagaimana...dia mati?""Hangus dalam kebakaran.”"Kebakaran apa?"Mereka bungkam bersamaan, keduanya mengangguk curiga ketika melihat ke meja. Sala
Henry sedang bicara di telepon, maka ia memberi isyarat agar kami duduk di seberang meja kerjanya yang panjang dan lebar. Kami duduk, dan Prince tak sabar untuk memberitahu aku, "Di sana itu betul betul ikan hiu," katanya, menunjuk ke dinding di atas kepala Henry. Ikan hiu hidup dalam kantor pengacara. Kena. Itu lelucon. Prince tergelak. Aku melirik Henry dan mencoba menghindari kontak mata. Telepon itu tampak sangat kecil di samping kepalanya yang besar. Rambutnya yang panjang separo kelabu jatuh ke pundaknya dalam lapisan-lapisan kusut. Jenggotnya tebal, kelabu, dan panjang. Telepon itu nyaris hilang di dalamnya.Matanya hitam dan cepat, lipatan-lipatan kulit kehitam-hitaman. Aku kerap kali mengira kalau ia punya darah Mediteranea.Meskipun sudah menyajikan seribu gelas minuman untuk Henry, aku sama sekali tak pernah terlibat percakapan sungguh-sungguh dengannya. Bahkan aku tidak pernah ingin melakukannya. Sekarang pun tak ingin, tapi
Henry menerima telepon mendesak, mungkin ada seorang penari telanjang dalam penjara minta di bebaskan. Kami meninggalkan tempat duduk. la berbisik pada telepon bahwa ia ingin aku kembali sore ini. Prince begitu bangga, sampai akan meledak. Dengan mudah ia telah menyelamatkanku dari hukuman mati dan mendapatkan pekerjaan untukku. Meski kucoba sekuat tenaga, aku tak bisa gembira ketika van Ford itu meliuk-liuk di tengah lalu lintas dan membawa kami kembali ke Yugo’s.******AKU ambil keputusan untuk bersembunyi di kampus. Aku menghabiskan beberapa jam untuk bersembunyi di antara rak-rak di lantai bawah tanah, aku mengeluarkan semua dokumen dan kubaca teliti kasus demi kasus tentang ingkar pembayaran oleh perusahaan asuransi. Aku hanya melewatkan waktu.Aku mengemudi perlahan-lahan ke arah bandara dan tiba di kantor Henry pukul setengah empat. Daerah itu tampak lebih buruk lagi daripada beberapa jam sebelumnya. Jalannya terdiri atas lima lajur untuk lalu lintas, dipagari pabrik-pabri
la melirik jam tangan. "Berapa lama?""Beri aku tiga puluh menit. Ini urusan mendesak." la mengangkat pundak, dan aku mengikutinya kembali ke kantor. la mendudukkan pantatnya yang lebar ke kursi kulit."Ada apa?" ia bertanya dengan sikap serius, mengambil pena rancangan desainer dari saku, dan mengatur buku tulis. Ia mulai menulis sebelum aku mulai bicara.Aku uraikan kepadanya ringkasan kasus Jack secara rinci dan padat selama sepuluh menit. Aku jelaskan padanya hal yang janggal dalam pemecatanku dari biro hukum Stone. Aku juga jelaskan padanya tentang bagaimana Robin Gibson memanfaatkan diriku, sehingga ia bisa mencuri kasus tersebut, dan ini menuntunku dalam manuver dengan Gibson. "Kita harus mengajukan gugatan hari ini,” kataku sungguh-sungguh. "Sebab secara teknis Gibson-lah yang memiliki kasus ini. Kurasa dia akan segera mengajukan gugatan juga." Gibson menatapku tajam dengan matanya yang hitam. Kini aku rasa kalau aku sudah berhasil menarik perhatiannya. Pikiran untuk menghaja
hukum Jones Craig bukanlah tempat bagi para pecandu kerja.Semua pintu dalam keadaan tertutup dan kukira terkunci. Tak seorang pun percaya orang lain di sini. Aku sudah tentu akan mengunci pintuku.Aku akan berada di sini beberapa jam. Aku harus menelepon Bolie dan memberitahukan petualanganku terakhir. Kami sudah mengabaikan persiapan menghadapi ujian pengacara. Selama tiga tahun ini kami bisa saling mendorong dan memotivasi. Ujian pengacara sudah makin dekat, bagaikan perjanjian dengan regu tembak.***MALAM itu kulewatkan dengan selamat, tanpa penangkapan, tapi aku hanya bisa tidur sedikit. Antara pukul lima dan enam, aku menyerah pada pikiran kacau-balau yang melonjak-lonjak dalam benak, dan beranjak dari ranjang. Empat puluh delapan jam terakhir ini aku cuma tidur tak lebih dari empat jam.Nomor telepon itu tercantum pada buku, dan aku menghubunginya pada pukul 05.55. Aku sedang menikmati cangkir kopi kedua. Telepon berdering sepuluh kal
"Yeah. Aku, Henry, Alan, Levon, dan Ransom. Tapi aku tidak akan menyebut tempat ini biro hukum. Di sini setiap orang bekerja sendiri. Kau akan belajar. Kau cari kasus dan klienmu sendiri, dan kau ambil sepertiga hasilnya. "Aku terperanjat dengan keterusterangannya, jadi aku mendesak lebih jauh. "Apakah itu menguntungkan bagi associate?""Tergantung apa yang kau inginkan," katanya, tersentak melihat sekeliling, seolah-olah Henry ada di sini, sedang mendengarkan. "Persaingan di luar sana sangat ketat. Bagiku tak ada masalah, sebab aku bisa mendapat 40.000 dolar setahun menjalankan praktek hukum tanpa izin. Tapi jangan beritahu siapa pun."Aku tak pernah membayangkan akan menceritakannya."Bagaimana hubunganrnu denganku dan kasus asuransiku?" aku bertanya,"Oh, ítu. Henry akan membayarku kalau ada pembayaran ganti kerugian, Aku rnembantunya menangani berkas berkasnya, tapi aku satu-satunya yang percaya. Tak ada orang lain di sin
Rumah sakitnya adalah Rumah Sakit Amal Santo Petrus, bangunan semrawut tempat pasien-pasien trauma dibawa. Rumah sakit itu milik pemerintah daerah dan memberikan layanan bagi pasien-pasien yang tidakYuval kenal baik dengan tempat itu, Kami melintasi kota dengan minivan bututnya, aset satu-satunya yang ia dapatkan dari perceraian yang disebabkan oleh bertahun-tahun kecanduan alkohol. la sudah bersih sekarang, menjadi anggota perkumpulan mantan pecandu alkohol dan sudah berhenti merokok. la tak suka berjudi, ia mengaku dengan murung, tapi kasino-kasino baru yang bertumbuhan di garis batas negara bagian Arkansas membuatnya khawatir.Mantan istri dan dua anaknya masih di California. Aku mendapatkan semua detail ini dalam sepuluh menit, sementara mengunyah hot dog. Yuval mengemudi dengan satu tangan, makan dengan tangan lainnya, berkedut, tersedak, meringis, dan terus berbicara sepanjang perjalanan melintasi separo Southaven dengan segumpal salad ayam men
Kami menghindari seorang wanita di kursi roda dan berhenti menunggu seorang pasien yang dibawa lewat dengan kereta dorong. Gang itu penuh manusia. "Bagaimana jika orang itu sudah punya pengacara?” aku bertanya, mulai bernapas kembali."Tak ada ruginya, Edward, itulah yang harus ingat. Kita datang ke sini tanpa apa-apa. Kalau dia mengusir kita keluar dari kamar, apa pun alasannya apa ruginya buat kita?"Sedikit martabat, sejumput kehormatan. Caranya bernalar sepenuhnya logis. Aku tak mengucapkan apa-apa. Langkahku panjang dan cepat, aku mencoba untuk tidak melihatnya berjalan terpincang-pincang dan terseret-seret. "Kau lihat, Edward, di sekolah hukum mereka tidak mengajarimu apa yang perlu kau ketahui Semuanya cuma buku, teori, dan pemikiran angkuh tentang praktek hukum sebagai profesi, seperti di antara para ksatria. Itu panggilan mulia, ditentukan oleh berhalaman-halaman omongan tentang etika.”"Apa salahnya dengan etika?”"Oh, ti