Share

Sepuluh

"Oh, tentu saja." Ia menancapkan sebatang rokok di antara bibirnya yang retak-retak dan menyalakannya, lalu mencabutnya dan mengembuskan awan asap langsung ke muka Eddy yang tak bergeser seinci pun.

"Apa yang bisa saya kerjakan untuk kalian?" aku bertanya sambil menatap bundel surat yang diikat erat dengan karet gelang itu. Surat wasiat Miss Streep aku selipkan ke bawah buku tulis. Klien pertamaku yang multijutawan, dan klienku berikutnya pensiunan. Karierku yang masih muda  menghunjam kembali ke bumi.

"Kami tidak punya banyak uang," katanya pelan, selah-olah tidak punya uang adalah rahasia besar di mana mereka malu mengungkapkannya. Aku tersenyum penuh pengertian.  Aku tidak peduli berapa uang yang mereka miliki, tapi mereka jauh lebih kaya dariku, dan aku tidak yakin mereka akan diperkarakan ke pengadilan.

"Sedang kami sekarang benar-benar butuh jasa pengacara," katanya sambil menjumput surat-surat tersebut dan membuka ikatan karetnya.

“Kau bisa menceritakan seperti apa masalahnya?”

"Ya, kami ditipu besar-besaran oleh perusahaan asuransi.”

"Macam apa polisnya?" aku bertanya. Ia menyerahkan dokumen-dokumen itu ke arahku, kemudian menyeka tangan, seolah-olah ia sudah membuangnya dan beban itu sekarang sudah dipercayakan pada seorang pembuat keajaiban. Sehelai polis kotor, kusut, dan usang terletak di tumpukan atas. Smith mengembuskan kabut asap lagi dan sejenak aku hampir tak bisa melihat Eddy.

"Ini adalah polis asuransi kesehatan," katanya. "Kami membelinya lima tahun yang lalu, State Farm Insurance, ketika anak-anak kami berusia tujuh belas tahun.”

State Farm Insurance?”

"Ya, betul.”

“Aku tidak pernah mendengar perusahaan asuransi itu sebelumnya," kataku mantap  sambil aku membaca cepat halaman pernyataan polis itu, seolah-olah aku sudah menangani banyak gugatan seperti ini dan secara pribadi kenal dengan setiap perusahaan asuransi. Juga ada dua tanggungan yang tercantum di sana, Ronnie Kray Jack dan Reggie Kray Jack. Dan keduanya punya tanggal lahir yang sama. 

Smith tertegun sejenak. Perlahan memasang raut wajah kesal, seperti ingin mengumpat. "Ah, maafkan kata-kataku, tapi aku harus mengatakan bahwa mereka adalah segerombolan orang biadab.”

"Ya seperti itulah kebanyakan orang dari perusahaan asuransi." Aku berusaha berempati dengan menanggapinya secara sungguh-sungguh. Dan Smith tersenyum mendengarnya. Aku sedikit lega, aku berhasil memenangkan kepercayaannya. "Artinya kalian sudah membeli polis ini sejak lima tahun yang lalu?”

 "Ya, kurang lebih seperti itu. Dan aku tidak pernah lupa membayar premi, dan tidak menggunakan apa pun hingga Ronnie sakit."

Asal kau tahu, aku adalah seorang mahasiswa, tanpa asuransi. Tidak ada yang namanya polis asuransi atau apa pun yang bisa menanggung hidupku, kesehatanku, atau mobilku. Bahkan aku tidak mampu mengganti roda belakang kiri Toyota kecilku yang bobrok dengan sebuah ban baru murahan.

“Em... Dan anda bilang kalau dia segera meninggal?”

Ia mengangguk.  "Mengidap leukemia akut. Divonis sejak delapan bulan yang lalu. Dan para dokter memberikannya waktu satu tahun, tapi dia tidak akan bertahan, sebab dia sudah dipastikan tidak bisa menjalani transplantasi sumsum. Dan untuk saat ini mungkin sudah terlambat.”

”Transplantasi sumsum?” kataku kebingungan.

Dia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam. “Apa kau tidak tahu apa-apa tentang leukemia?"

“Ah, sayangnya, tidak."

Ia membunyikan gigi dan memutar mata, seolah-olah dengan menganggap aku tidak tahu tentang leukemia, artinya aku bodoh. Kemudian ia menyisipkan rokok dan menyedotnya dalam-dalam. Ketika asap itu sudah membuat mulutnya terasa panas, lantas diembuskannya asap itu keluar, ia berkata, “Anakku kembar identik kau tahu? Jadi Reg, kami memanggilnya Reg sebab dia tidak suka Reggie Kray, dan ia adalah donor yang sempurna untuk transplantasi sumsum Ronnie Kray. Begitulah kata dokter. Masalahnya, transplantasis itu butuh biaya sekitar 150.000 dolar. Dan kami tidak memiliki uang sebanyak itu, kau tahu? Dan soal masalah ini, semestinya perusahaan asuransi yang membayar, karena itu ditanggung dalam polis ini. Dan para bedebah itu dengan teganya bilang tidak. Jadi, Ronnie akan mati karena mereka."

Asal kau tahu, obrolan ini membuatku terkesan karena ia punya cara mencengangkan dalam menjelaskan sampai ke inti masalah.

Selama kami mengobrol, kami tidak menghiraukan Eddy, tapi ia tetap mendengarkan. Perlahan-lahan ia melepaskan  kacamatanya yang tebal dan menyeka mata dengan  punggung tangan kirinya yang berbulu. Hebat. Eddy ternyata bisa menangis. Neely merengek-rengek di ujung lain. Dan klien Bolie terpukul lagi oleh perasaan bersalah atau sesal atau kesedihan atau entah apa pun itu, tapi terdengar jelas kalau ia sedang tersedu-sedu di balik tangannya. Sementara Stephan berdiri di samping jendela sambil mengawasi kami, tak disangsikan kalau ia sedang bertanya-tanya dalam hati, nasihat macam apa yang kami berikan hingga menimbulkan kesedihan seperti itu.

“Sekarang dia tinggal di mana?” tanyaku, sekadar mencari-cari pertanyaan yang jawabannya bisa memberiku kesempatan menulis di buku beberapa detik dan mengabaikan air mata itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status