Aku melirik ke kerumunan yang mulai menipis, dan di deretan kedua aku melihat satu pasangan yang kelihatannya sedang menatapku. Pada saat itu, akulah satu-satunya pengacara yang tersedia, dan mereka kelihatan bimbang apakah akan mencoba keberuntungan denganku. Si perempuan memegang seberkas surat tebal yang diikat menggunakan karet gelang. la menggumamkan sesuatu dengan suara tertahan. Suaminya menggelengkan kepala, seolah-olah ia lebih suka menunggu salah satu elang muda lainnya yang cemerlang.
Perlahan-lahan mereka berdiri dan berjalan menghampiri mejaku. Mereka berdua menatapku ketika berjalan mendekat. Aku tersenyum. Selamat datang ke kantorku.
Perempuan itu mengambil kursi Miss Natalie. Sedang suaminya duduk di seberang meja dan menjaga jarak.
"Hai," kataku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan. Si suami menjabatnya lemas, kemudian aku mengangsurkan tangan kepada si istri. "Saya Edward Cicero.”
"Aku Smith dan ini Eddy," katanya, sambil menunjuk pada Eddy, tanpa menghiraukan tanganku.
"Smith dan Eddy," aku mengulangi dan mulai mencatat. "Apa nama keluarga kalian?" Aku bertanya dengan sikap hangat khas penasihat hukum kawakan.
"Jack. Smith dan Eddy Jack. Ya, em, sebenarnya Duke dan William Jack, tapi semua orang memanggil kami Smith dan Eddy." Rambut Smith disasak dan diberi kilau perak di atasnya. Terlihat bersih dan elegan. la memakai sepatu kanvas warna putih murahan, kaus kaki cokelat, dan jeans yang tampak longgar, khas model fashion eksentrik klasik. Tubuhnya kurus kering dan sikapnya keras.
"Alamat?" tanyaku.
"Nine Fifty-Land Bawton, di Houston."
“Apakah saat ini kalian sudah bekerja?”
Ketika aku menanyakan hal itu, Eddy masih belum mau buka mulut, dan aku mendapat kesan sudah bertahun-tahun ini kalau Smith yang menguasai pembicaraan.
"Aku mendapat tunjangan Jaminan Sosial Disabilitas," katanya. "Usiaku baru lima puluh delapan tahun, tapi jantungku tidak sehat. Dan Eddy mendapat pensiun, kecil."
Sementara Eddy hanya memandangku. la memakai kaca mata tebal dengan gagang plastik yang nyaris tak sampai ke telinga. Pipinya merah dan gemuk. Rambutnya acak-acakan dan kelabu, dengan nuansa warna kecokelatan. Aku ragu kalau rambutnya itu sudah satu minggu berlalu tidak dicuci. Dan kemejanya yang dipenuhi kombinasi hitam-merah bahkan lebih parah lagi.
"Berapa usia Mr. Jack?" aku bertanya pada Smith, aku masih merasa tidak yakin apabila aku bertanya ke Mr. Black dia bisa menjawabnya atau tidak.
"Please, dia Eddy, oke? Smith dan Eddy. Dan tidak perlu pakai mister segala, oke” Raut wajahnya terlihat sedikit kesal. “Usianya enam puluh dua tahun. Bisa aku katakan sesuatu?”
Aku mengangguk cepat. Sambil sekilas aku melirik Eddy yang sedang mencuri pandang ke arah Bolie yang ada di seberang meja.
"Dia tidak sehat,” ia berbisik dengan anggukan sepintas ke arah Eddy. Aku memandangnya. Dan ia membalas pandangan kami.
"Cedera perang,” katanya. "Saat itu terjadi di KoreaApa kau tahu sebuah detektor yang baisanya ada di bandara?”
Aku kembali membalas dengan anggukan kepala.
"Nah, dia dapat berjalan telanjang melewatinya, dan kemudian benda itu akan berbunyi.”
Kemeja Eddy terentang sampai nyaris robek, sehelai benang yang mencengkeram kancing-kancingnya nyaris putus dalam usaha mati-matian untuk menutupi perutnya yang buncit. Setidaknya ia memiliki tiga dagu. Aku membayangkan kata-kata itu. Ketika sosok Eddy sedang berjalan telanjang bulat di Bandara Intrernasional Southaven dengan bunyi alarm yang berisik dan petugas keamanan di sekitar bandara panik kepayang.
"Dan kepalanya dipasangi pelat,” tambahnya sebagai kata penutup.
"Oh... Benar-benar mengerikan,” bisikku. Kemudian aku menulis bahwa Mr. Eddy Jack memakai pelat di kepalanya. Seketika itu Mr. Jack menoleh ke kiri dan menatap tajam ke klien Bolie yang tengah duduk satu meter dari sana. Segera Smith maju. "Ada lagi,” katanya.
Aku membungkuk sedikit ke depan untuk mendengarkan. "Ya?”
"Dia punya masalah dengan alkohol.”
"Benarkah?”
"Iya, tapi itu bermula usai dia mendapat cederanya,” tambahnya membela. Begitulah, perempuan yang baru aku temui lima menit lalu yang sudah mereduksi suaminya jadi seorang alkohol
Sambil menarik dompet dari saku, ia bertanya, “Apa kau tidak keberatan kalau aku merokok?”
Aku lantas melihat-lihat ke sekililing, berharap ada tanda ‘No Smoking’ di sekitar ruangan ini. “Apa boleh di sini?” kataku di saat tidak menemukan tanda itu satu pun.
"Oh, tentu saja." Ia menancapkan sebatang rokok di antara bibirnya yang retak-retak dan menyalakannya, lalu mencabutnya dan mengembuskan awan asap langsung ke muka Eddy yang tak bergeser seinci pun."Apa yang bisa saya kerjakan untuk kalian?" aku bertanya sambil menatap bundel surat yang diikat erat dengan karet gelang itu. Surat wasiat Miss Streep aku selipkan ke bawah buku tulis. Klien pertamaku yang multijutawan, dan klienku berikutnya pensiunan. Karierku yang masih muda menghunjam kembali ke bumi."Kami tidak punya banyak uang," katanya pelan, selah-olah tidak punya uang adalah rahasia besar di mana mereka malu mengungkapkannya. Aku tersenyum penuh pengertian. Aku tidak peduli berapa uang yang mereka miliki, tapi mereka jauh lebih kaya dariku, dan aku tidak yakin mereka akan diperkarakan ke pengadilan."Sedang kami sekarang benar-benar butuh jasa pengacara," katanya sambil menjumput surat-surat tersebut dan membuka ikatan karetnya.“
"Dia sudah tidak pernah tinggal di rumah. Dia tinggal dengan kami. Dan alasan kenapa, perusahaan asuransi menolak klaim kami adalah karena mereka menganggap bahwa dia sudah dewasa, dan sudah tidak layak lagi ditanggung."Aku membalik-balik kertas-kertas itu dan melihat surat-menyurat dari dan ke State Farm Insurance. "Apakah polis ini menyebutkan bahwa mereka akan menghentikan pertanggungan bila dia sudah dewasa?"la menggelengkan kepala dan tersenyum masam. "Tidak. Tidak disebutkan di sana, Edward. Aku sudah membaca puluhan kami di polis itu dan tidak menemukan satu pun. Bahkan aku membaca semua syarat pengecualian, hal-hal terkait force majure, aku baca semua.”"Anda pasti?" aku bertanya, sekali lagi melirik ke polis itu."Positif. Sudah hampir satu tahun aku membaca terus benda sialan itu."“Lalu siapa yang menjualnya pada kalian? Apa ada seorang agen?”"Ada seseorang yang bodoh yang meng
Saat itu instruktur kami adalah dosen tamu komunis yang membenci perusahaan asuransi, bahkan semua perusahaan, dan dengan penuh sukacita menekuni kasus-kasus penolakan perusahaan asuransi terhadap klaim yang sah. Menurut keyakinannya, di negeri ini ada puluhan ribu kasus ingkar dan tak pernah diadili, toh adapun yang ditindak mungkin masalahnya adalah ditindak secara tidaka adil. la sudah menulis beberapa buku yang mengupas tentang gugatan dalam kasus ingkar, dan bahkan punya statistik untuk membuktikan pendapat bahwa banyak orang menerima saja penolakan atas klaim mereka tanpa menanyakan secara serius.Aku membaca lagi surat itu sambil menyentuh logo indah State Farm Insurance di kertas surat."Dan kalian tak pernah alpa membayar preminya?" aku bertanya pada Smith."Tidak. Tak pernah alpa satu kali pun.”"Saya perlu melihat catatan medis Ronnie. ""Aku menyimpan hampir semuanya di rumah. Dia tidak begitu sering ke dok
Aku tidak punya niat melihat Ronnie. "Ya, mungkin nanti." Aku akan mempelajari polis tersebut dan surat-suratnya, serta catatan medis Ronnie, kemudian aku akan berkonsultasi dengan Stephan dan menulis surat bagus sepanjang dua halaman pada keluarga Jack, untuk menerangkan dengan penuh kebijaksanaan bahwa mereka harus minta pengacara sejati untuk mempelajari kasus ini; bukan sekadar pengacara, tapi pengacara yang mengkhususkan diri dalam menuntut perusahaan asuransi karena ingkar janji. Dan aku akan menyarankan beberapa nama pengacara seperti itu, sekaligus dengan nomor telepon mereka. Lalu selesailah urusanku dengan mata kuliah tak berarti ini, juga dengan Stephan serta kegemarannya akan Hukum Manula.Wisuda tinggal tiga puluh delapan hari lagi."Saya perlu menyimpan semua ini," aku menerangkan pada Smith sambil merapikan surat-suratnya dan mengumpulkan karet gelang. "Dua minggu lagi saya akan kembali ke sini dengan surat berisi nasihat hukum.""Kena
Satu jam berselang, pertarungan catur Cina remi yang lesu itu mulai mereda, dan orang terakhir meninggalkan gedung. Seorang petugas pembersih menunggu di dekat pintu ketika Stephan mengumpulkan kami di sekelilingnya untuk ulasan akhir acara. Kemi mendapatkan giliran untuk memberikan uraian ringkas tentang berbagai masalah klien baru kami. Kami sebenarnya sangat lelah dan ingin untuk segera meninggalkan tempat itu.Stephan menawarkan beberapa saran, dan tidak satu pun yang kreatif atau orisinal, dan membubarkan kami dengan janji akan membahas masalah hukum para manula ini di kelas minggu depan. Aku benar-benar sudah tak sabar.Aku dan Bolie pulang dengan mobilnya, sebuah Pontiac klasik yang jika dilihat secara estetik terlalu besar untuk bergaya, keadaannya tidak jauh lebih baik daripada Toyota-ku yang bobrok. Bolie punya dua anak kecil dan istri yang mengajar paruh waktu di sekolah, jadi ia berputar-putar tepat di atas garis kemiskinan. la belajar dengan keras dan nila
"Kedengarannya mustahil. Kau akan kaya.""Maksudku, persetan, tujuh tahun aku hidup dari tip dan uang receh. Apa yang akan kulakukan de ngan uang itu?""Belilah setelan jas lagi.""Kenapa? Aku sudah punya dua.""Mungkin sepatu?'"Itu dia. Benar sekali. Aku akan beli sepatu, Bolie. Sepatu dan dasi, makanan yang bukan makanan kaleng, dan mungkin celana blue jean terbaru baru."Sedikitnya dua kali sebulan selama tiga tahun terakhir ini Bolie dan istrinya mengundangku makan malam. Nama istrinya Emily, perempuan Southaven, dan ia bisa menyulap makanan hebat walau dengan anggaran yang terbatas. Mereka sahabat, tapi aku yakin kalau mereka kasihan padaku. Bolie tersenyum lebar, lalu memalingkan wajah. la bosan dengan gurauan tentang hal-hal tak menyenangkan ini.la berhenti di halaman parkir Los Veliz, di seberang Southaven Law School. "Aku harus belanja sedikit," katanya."Baiklah. Terima kasih untuk tumpangann
Meja kecilku tertutup oleh tumpukan-tumpukan rapi berbagai dokumen, dan aku membaca semua yang diberikan Smith kepadaku. Aku terus memikirkan Noah Fieldman, seorang profesor tamu yang komunis itu, dan kebenciannya yang menggelora terhadap perusahaan asuransi. Mereka memerintah negara kita, katanya berkali-kali. Mereka mengendalikan industri perbankan. Mereka memiliki real estate. Mereka terkena virus dan Right Street akan mengalami diare selama seminggu. Bila suku bunga jatuh dan pendapatan investasi mereka terjerembap, mereka akan menoleh ke Kongres dan menuntut reformasi peraturan ganti kerugian. Gugatan-gugatan itu membunuh kami! teriak mereka. Pengacara-pengacara busuk itu mengajukan segala gugatan tak keruan dan meyakinkan juri yang bodoh agar kami mendermakan banyak uang. Kita harus menghentikannya atau kami akan bangkrut. Fieldman bisa begitu gusar, sampai melemparkan buku-buku ke dinding. Kami mencintainya.Dan ia masih mengajar di sini. Aku rasa
"Kau tidak akan dengar. Asal kau tahu, mereka tidak pernah pasang iklan. Agen-agen mereka mengetuk pintu-pintu dan menagih premi tiap minggunya. Kita bicara tentang remah-remah busuk industri ini. Coba kulihat polisnya."Aku menyerahkan polis itu padanya dan ia membalikbalik halaman polis tersebut. "Apa alasan mereka melakukan penolakan?" ia bertanya tanpa memandangku."Semua alasan dipakai. Pertama, mereka menolak orang yang jadi pertanggungan. Lalu mereka mengatakan leukemia tidak termasuk dalam tanggungan. Kemudian mereka mengatakan bocah itu sudah dewasa, jadi tidak lagi masuk ke polis orangtuanya. Mereka sebenarnya cukup kreatif.""Apa semua preminya dibayar?""Menurut Mrs Jack, semua dibayar.""Bajingan. " la kembali membalik-balik halaman sambil tersenyum jahat. Tampak sekali kalau Noah menyukai ini. "Dan kau sudah mempelajari seluruh berkas ini?""Ya. Saya sudah membaca semua dokumen yang diberikan klien. "la melemparkan poli