Mag-log inChapter 92Merebut MarcelloMarcello tidak bisa menahan tawanya mendengar pertanyaan Aneesa, juga tatapan galak gadis di depannya. Tetapi, sekarang ia tidak ingin lagi bermain teka-teki dengan Aneesa karena jika tidak memberikan penjelasan pada Aneesa takutnya gadis itu akan salah paham, lagi pula hubungan Aneesa dan Barron sudah di ujung tanduk. Ia bahkan tidak yakin jika tiga bulan yang barusan dikatakan Aneesa bisa berjalan sesuai arahan Dayana.“Aku sedang berencana mendirikan perusahaan dan Alba, aku berencana menjadikannya sebagai Chief Operating Officer, sesuai dengan pengalaman dan latar pendidikannya,” kata Marcello lambat-lambat seraya menatap Aneesa dengan lembut. Rona merah samar menyembur di kulit wajah Aneesa, bersamaan dengan perasaan lega yang menyenangkan di dadanya dan ia mengulum senyumnya karena hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum semringah.“Kanapa? Cemburu pada Alba?” tanya Marcello dengan sebelah alis terangkat dan senyum menggoda. Aneesa kemb
Chapter 91 Menyukai Orang Lain Marcello memasuki tempat tinggalnya yang telah ditinggalkannya beberapa hari, suasana di sana remang-remang, mungkin Aneesa tidak menyalakan semua lampunya. Marcello mengamati tempat tinggalnya yang sunyi, tetapi kesunyian itu tidak terasa dingin karena keberadaan Aneesa di sana. Menunggunya. Marcello tidak berniat menyalakan seluruh pencahayaan, ia hendak langsung menuju lantai atas melewati tangga karena mengira Aneesa tidak berada di lantai utama. Namun, ia mengurungkan niat manakala pintu elevator terbuka dan Aneesa berdiri di dalam elevator. Marcello segera melangkah mendekati elevator, sementara Aneesa keluar dari elevator. Tatapan mereka seling mengunci, langkah mereka mantap, tidak ada keraguan dalam benak keduanya kemudian ketika jarak mereka semakin menyempit langkah mereka semakin cepat. Keduanya berpelukan, seperti dua insan yang saling merindukan setelah ribuan purnama terpisah kemudian bibir mereka bertemu. Saling mencumbui seolah h
Chapter 90Bertemu Marcello Lagi“Bisakah aku menjadi vocal consultants lagi besok?” tanya Aneesa seraya memasuki ruang kerja Dayana. Dayana yang duduk di balik meja kerjanya dan menggunakan kacamata mengalihkan fokusnya dari layar MacBook di depannya sembari mengerutkan alisnya. “Besok studio sudah penuh, tidak ada jadwal penyanyi baru,” sahutnya. Aneesa merengut sembari menarik kursi di depan meja Dayana lalu duduk. “Beri aku pekerjaan untuk besok, please.” Dayana menghela napasnya dan melepas kacamatanya, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Bagaimana dengan berolahraga ringan? Aku bisa mencarikan pelatih yoga sementara, menggantikan pelatihmu yang masih berlibur.” Aneesa menggeleng dengan cepat. “Aku tidak ingin berada di rumahku!” Dayana meletakkan satu sikunya ke atas meja lalu bertopang dagu. “Bisakah kau bermain cantik?” “Aku hanya ingin mengisi waktu, aku bosan di rumahku!” elak Aneesa. Dayana tersenyum sebari mengedikkan alisnya. “Caramu menghindar terlalu ekstrem, Lyndi
Chapter 89Tidak Akan Menyerah“Ini benar-benar pemandangan langka,” ucap Narnia yang masih mengenakan gaun pesta sembari berjongkok di depan sofa ruang keluarga rumahnya. Sementara Barron yang berbaring di atas sofa membuka sebelah matanya. “Jam berapa ini?” tanyanya lalu memijat sebelah pelipisnya dengan lembut.“Jam tujuh pagi,” kata Narnia, alisnya berkerut dalam karena dalam sepanjang hidupnya belum pernah Barron pagi-pagi sekali berada di rumahnya, berbaring di sofa ruang keluarga, “aku tidak tahu apa yang membuatmu melarikan diri ke sini. Tapi, aku yakin bukan sesuatu yang baik, aku turut prihatin.” Barron duduk dengan malas, wajahnya lusuh sementara Narnia berdiri sembari terus menatap Barron yang terlihat tidak bersemangat.“Semalam kau mabuk?” tanya Narnia. Barron menghela napasnya. “Hanya minum sedikit tadi malam.” “Habis merayakan tahun baru bersama kekasih barumu itu? Kenapa tidak menginap di tempatnya?” tanya Narnia dengan nada sinis. Barron menarik napas dengan lem
Chapter 88Bersaing dengannyaAneesa meletakkan ponselnya ke atas meja rias, ribuan pertanyaan memenuhi benaknya. Berita tentangnya masih hangat menjadi perbincangan dan sekarang berita tentang Marcello muncul ke publik: Marcello terlihat menikmati kopi bersama seorang wanita di sebuah cafe di Barcelona. Biasanya berita apa pun yang sedang menjadi topik hangat akan tergeser dengan kemunculan Marcello bersama wanita, sepertinya publik memang lebih tertarik dengan skandal asmara si berandalan itu dibanding dengan dirinya. Sebelumnya Aneesa tidak memikirkannya, tetapi kali ini tidak bisa mengabaikan perasaannya yang dongkol—bahkan ingin mencabik-cabik Marcello untuk meluapkan kejengkelannya. Juga kecemburuan yang sulit dikendalikan karena menduga gadis itu adalah gadis incaran Marcello.Namanya Alba Serrat, putri sahabat ibu Marcello dan Aneesa mengenalnya meskipun mereka tidak pernah akrab—hanya beberapa kali bertemu saat mereka remaja dan dikenalkan oleh Marcello. Aneesa semakin yaki
Chapter 87Teman LamaTiga puluh satu Desember, udara musim dingin menusuk tulang. Angin berembus melewati kap mobil membuat kaca depan diselimuti uap putih tipis, jalanan di pinggiran Barcelona lengang—hanya sesekali mobil lewat mendahului supercar yang dikemudikan Marcello dengan kecepatan sedang.Ia baru saja mengantarkan Max ke bandara Aerodromo untuk kembali ke Madrid, Max harus mengikuti misa pagi tahun baru yang selalu diadakan di istana. Meskipun sebenarnya kegiatan tersebut bersifat pribadi di kediaman kerajaan, tetapi sebagai calon penerus takhta kerajaan Max harus menghadirinya sebagai bagian dari disiplin.Suasana di mobil sangat hening, tidak ada suara musik atau suara penyiar radio sementara pikiran Marcello tertuju pada Aneesa. Ia sudah berulang kali menepis bayangan gadis itu, tetapi sepertinya Aneesa telah terlalu lama menjadi bagian dari ingatannya membuat Marcello cukup kesal apalagi setiap mengingat hubungan Aneesa dan Barron. Tiba-tiba ponsel Marcello berdering,







