"Iya benar, Pak. Ibu nggak nelepon saya, waktu saya telepon juga nggak tersambung. Mungkin Ibu sudah memblokir nomor saya."Prang!Kevin sontak meletakkan sendoknya dan pergi dengan wajah dingin.Bi Lia hanya bisa terdiam.Dia sudah salah. Jika Bu Raisa membuat Pak Kevin tidak senang, Pak Kevin pasti akan marah.Bi Lia awalnya berharap Bu Raisa akan meninggalkan Pak Kevin selama beberapa hari saja, tetapi sekarang dia tidak lagi berpikir demikian.Sebagai orang luar, dia dapat melihat bahwa Pak Kevin sebenarnya lebih suka diperlakukan lembut daripada keras, dan Bu Raisa pasti lebih tahu tentang itu. Seharusnya dia tidak perlu bermain tarik ulur seperti ini.Perbuatan Bu Raisa itu sudah membuat hidupnya sulit.Sungguh menyebalkan....Kevin tiba di kantor dan menyelesaikan rapat rutin. Tak lama kemudian, sekretarisnya mengetuk pintu dan membawakan sebuah bingkisan hadiah.Kevin membukanya.Itu adalah sebuah cincin.Rey juga mengatakan bahwa Raisa menjual cincin kawinnya dan pergi ke tok
Raisa tidak membantah, melihat bekas cincin di jari manisnya yang tak kunjung hilang, dia berkata, "Bekasnya benar-benar jelek, seharusnya dilepas dari dulu."Mendengar kata-kata itu, Suri mulai merasa bahwa Raisa serius kali ini.Meskipun tidak jaminan seratus persen, setidaknya sikapnya saat ini lebih baik daripada sebelumnya. Sebenarnya dia tidak ingin mengejek, hanya saja dia tak bisa menahannya."Tanda cintamu itu nggak sebanding dengan satu kali traktiranku."Raisa tidak menjelaskan, hanya berkata, "Kalau begitu, ayo kita pergi. Aku yang akan mentraktirmu."Suri tidak bergerak, dia mengangkat alis dan menatapnya, lalu berkata, "Waktuku sangat berharga, jelaskan dulu apa yang kau mau, dan lihat apa sepadan dengan waktuku untuk menemanimu makan."Raisa terdiam.Dia termenung beberapa detik dan menjawab, "Aku mau menulis ulang makalah yang kuhentikan dulu, dan aku mau pinjam laboratoriummu untuk mengolah data."Industri ini bergerak terlalu cepat, dan banyak perubahan yang perlu dil
Kevin muncul di pintu kafe dengan setelan jas dan dasi. Dengan penampilannya yang elegan dan sosoknya yang tinggi serta tampan bak model, banyak pengunjung kafe yang diam-diam menatapnya, sorot mata mereka tak bisa menyembunyikan kekaguman padanya.Di samping Kevin berdiri seorang pria tampan berusia tiga puluhan awal yang juga sangat berwibawa.Raisa mengenalinya.Fredi Rahadian adalah seorang profesor ilmu komputer di Universitas Arcadia. Raisa mengetahui tentang dirinya dari forum-forum ilmiah yang dia kunjungi, saat ini dia sedang meneliti stabilitas berbasis data Kecerdasan Buatan.Di belakang mereka berdiri asisten Kevin yang bernama Mario Hamzah, dan sedang memegang sebuah dokumen.Yuliardi Group adalah perusahaan terkemuka di bidang sains dan teknologi di Kota Haidon. Pertemuan dengan Prof Fredi kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan.Raisa sama sekali tidak ingin bertemu Kevin.Tetapi jika dia berdiri dan pergi sekarang, pasti akan lebih mencolok, jadi dia hanya bisa b
Jika Kevin mengajukan gugatan cerai, sesuai kebiasaan, Raisa akan pergi keluar sebentar, lalu kembali dengan patuh dan berusaha membuatnya senang berkali-kali lipat.Tidak pernah ada pengecualian selama ini.Jadi, kali ini pasti juga sama.Dan kali ini, mungkin karena sudah kehilangan anaknya.Adapun soal anak itu...Sorot mata Kevin memancarkan rasa jijik. Raisa tidak pantas melahirkan anak untuknya. Kehamilan itu hanyalah sebuah kecelakaan.Sekarang anak itu telah tiada, dan itu justru lebih baik....Perceraiannya akan disertai kompensasi sebesar seratus miliar.Nomor rekening akan ikut disertakan dalam pengajuan perceraian.Jika Raisa menandatanganinya tiga tahun lalu, dia tak perlu mengorbankan apa pun.Namun, dalam tiga tahun terakhir ini, dia bukan hanya sudah menguras hati dan jiwanya, tetapi juga sudah merusak fungsi reproduksinya.Ya sudahlah.Menyesali semuanya hanya akan melelahkan hati dan tak membawa manfaat apa-apa. Tidak ada gunanya juga berkutat pada masa lalu. Hidup h
“Kalau begitu, doakan saja mereka.” Opini warganet baik di dunia maya maupun nyata, sebenarnya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, Raisa tidak terlalu terkejut.Suri terdiam beberapa saat. Di satu sisi, dia senang karena Raisa tampaknya sudah tidak terlalu peduli, tetapi di sisi lain dia merasa muak dengan pria brengsek itu.Bagaimanapun juga, Raisa yang terpenting.Dia tidak ingin peduli, maka biarkan saja. Suri pun menahan rasa muaknya dan tidak melanjutkan pembicaraan. Setelah mengobrol sebentar, keduanya menutup telepon.Memang benar, Raisa sudah tidak tertarik lagi pada berita tentang Kevin dan Siska, tetapi tetap saja dia membuka topik terhangat di internet. Dia langsung mengabaikan nama keduanya.Dia menggulir dari atas hingga bawah, tetapi tidak menemukan nama Bravi. Semakin besar proyek amal ini terekspos, tentu semakin baik. Pihak Keluarga Sastranegara pasti akan mempromosikannya secara besar-besaran.Dengan adanya sosok seperti Bravi, hanya dengan menyebarkan satu foto sa
“Itu cuma asumsi, kenyataannya sama sekali nggak masuk akal. Jadi, jangan membantahku dengan fakta. Aku cuma penasaran saja mau tahu pendapatmu.”“Oh ya, satu lagi, anggap saja dia nggak ada hubungan sama Kevin. Kalau Bravi menyukaimu, kamu gimana?”Bayangan yang tidak sesuai kenyataan hanyalah angan-angan. Raisa tidak suka berandai-andai. Tetapi karena ini hanya obrolan santai dengan sahabat, dia tidak terlalu mempermasalahkannya.Dia pun memikirkannya dengan serius.“Pertama, anggap Bravi menyukaiku. Kedua, dia nggak ada hubungan sama Kevin. Kalau begitu, mungkin jarang yang akan menolak dia, kan? Soalnya, Bravi itu ganteng, kaya, dan punya tubuh yang bagus. Itu saja sudah cukup bikin perempuan senang.”Suri bertanya, “Jadi, apa jawabanmu?”“Pandangan seseorang akan berubah sesuai dengan pengalaman hidupnya. Suri, setelah aku gagal dengan Kevin, kamu tahu apa perubahan paling besar dalam diriku?”“Pandangan soal cinta?”“Benar. Pandanganku tentang cinta berubah. Kalau soal pertemana