Lyara sudah ahli dalam membohongi setiap orang dengan aktingnya. Terutama orang-orang yang menjadi target dari klien yang membayarnya. Ia juga berbohong tentang pekerjaannya kepada keluarganya. Tapi saat dihadapkan dengan Raja, Lyara tidak berkutik. Apalagi setelah Raja dengan berani menciumnya di depan tunangannya sendiri, Dinda, sang seleb toktok, dan berkata kalau Lyara adalah pengganti Dinda. Lyara yang terbiasa berbohong pada segelintir orang, kini harus berbohong pada dunia. Tapi rupanya itu tidak sulit, yang lebih sulit untuknya adalah berbohong pada dirinya sendiri. Berbohong kalau ia tidak terjerat oleh pesona Raja. Karena demi apapun, lelaki itu membuatnya tidak bisa berbohong kalau ia sudah jatuh cinta.
View MoreLangkahnya terhenti saat sebuah tangan mencekalnya dengan tiba-tiba. Rambut panjangnya bergerak menutupi wajah dengan make up flawless naturalnya malam ini. Dengan mata cokelatnya, Lyara menoleh pada lelaki yang sudah menghentikan jalannya. Tangan kirinya yang bebas meraih rambut di sisi wajahnya.
Ia sedang bergegas melewati pintu keluar lobi saat lagi-lagi ia tertahan di sana dan satu suara menyapa telinganya.
"Jadilah pacarku," ucap lembut lelaki tak dikenalnya itu. Suaranya pelan, tapi tegas dan memberi kesan untuk tidak menolaknya.
Alis Lyara bertaut mendapat ucapan itu juga tatapan lelaki yang masih memegangi lengannya, "Apa?" Lyara ingin memastikan apa yang didengarnya tadi tidak salah ditangkap telinganya.
Ada kilat kemarahan saat Lyara balik menatap mata yang terhalang kacamata itu. "Pacarku yang baru saja kutemukan selingkuh sedang berjalan kemari di belakangmu. Aku Raja, berpura-puralah jadi pacarku," katanya lagi dengan lebih rinci.
Ujung bibir Lyara terangkat, "Ada harganya–"
"Aku akan membayarnya!" ucap lelaki bernama Raja itu memotong ucapan Lyara dan segera membawa gadis itu lebih dekat. Tangan Raja yang berada di tangannya sudah berpindah meraih pinggang Lyara, sedangkan satu tangan lainnya meraih tengkuk Lyara, merambat menuju pipinya. Saat wajahnya memutus jarak, Lyara merasakan punggung tangan Raja menghalangi bibirnya sendiri.
Lyara mendengkus geli, ia mengangkat tangan kanan meraih tengkuk Raja. "Aku tau cara melakukannya," katanya sebelum memiringkan kepalanya, membuatnya terlihat semakin dalam.
Bibir Raja tersenyum di balik telapak tangannya.
Mata Lyara menatap tajam mata di depannya yang juga terlihat tajam. Sejenak menarik napas, ia juga menghidu aroma segar dan musk dari parfum yang dipakai Raja.
"Bagaimana dengan skenarionya?"
"Kamu bisa improvisasi?"
"Anda beruntung bertemu ahlinya," jawab Lyara.
Raja menyeringai sebelum satu suara menggelegar di belakang punggung Lyara.
"RAJA!!!"
Lyara menyentak agak berlebihan, ia menyeringai, "Lyara," bisiknya sebelum Raja melepaskan wajahnya dan ia berbalik menghadap pada pemilik suara menggelegar itu. Senyumnya lenyap, wajahnya penuh tanda tanya.
Saat tangan Raja kembali meraih pinggangnya membawanya menempel pada tubuh lelaki itu, Lyara seakan mendapat teriakan di telinganya, "Action!"
-o0o-
Kepalanya kembali menyusun rencana. Merancang dialog apa yang akan dikatakannya sekarang. Tadi di dalam ballroom hotel megah di belakangnya, ia sudah melakukan pekerjaannya dengan baik. Sekarang ia kembali berhadapan dengan tawaran peran tiba-tiba yang menghadangnya begitu saja.
Tangannya menelusup ke punggung Raja yang menempel di sampingnya. Lalu tersenyum pada perempuan yang semakin berang dengan tindakannya itu.Lyara tersenyum menunggu giliran dialognya untuk dibacakan.
"Apa-apaan ini?" suara perempuan yang terlihat hampir menangis itu masih terdengar menggema.
Staff penjaga pintu lobi berbalik ke arah mereka bertiga mendengar teriakan itu.
"Apa maksudmu, Dinda?" tanya Raja dengan suara yang dingin.
Lyara mengangkat alis, kepalanya siap memproses setiap kata dari dua orang ini.
"Apa maksudnya? Kamu sendiri apa maksudmu ini? Membawanya ke hotel?" Dinda bertanya lagi tangannya menunjuk Lyara.
"Yah, kalau kamu bisa membawa lelaki lain ke hotel, kenapa aku tidak bisa?" Raja menoleh pada Lyara dan tersenyum.
"Kamu melihatnya sendiri?" tanya Lyara dengan lembut.
Anggukan Raja berbarengan dengan pekikan Dinda, "Enggak!"
"Aku melihatnya, dan lelaki itu sudah shirtless saat aku masuk ke kamarnya," jawab Raja.
Tangan Lyara terangkat menutup mulut yang menganga. Lalu tatapannya beralih pada Dinda. "Mau ngapain?" tanyanya polos.
Dinda mendengkus, "Siapa lo?"
Tangan Lyara segera terulur, "Lyara, aku pacarnya Mas Raja mulai sekarang," jawabnya dengan centil.
Terdengar suara kekehan pelan dari sampingnya, Lyara menoleh dan Raja sedang menyeringai, "Apa, Mas?" tanyanya manja.
"Mas? Sejak kapan kamu mau dipanggil 'Mas', Raja?" Dinda mencebik. Sama sekali tidak menghiraukan tangan Lyara yang terulur.
Tangan Raja terulur mengambil tangan Lyara yang menggantung tanpa sambutan Dinda itu. Membawanya ke bibir untuk dikecup singkat lalu menggenggamnya.
Hal itu membuat Lyara tersenyum malu-malu, dan membuat Dinda semakin berang.
Sekarang giliran Lyara menatap bergantian di antara Raja dan Dinda. Tatapannya beralih pada tangannya yang sekarang digenggam erat tangan hangat Raja.
“Kamu membawa lelaki lain untuk bersenang-senang di dalam sana, bukan?” Raja bertanya dengan menahan amarahnya. “Itu artinya kamu sudah tidak menganggapku lagi. Kenapa kamu mengikutiku kemari? Kamu sudah bukan siapa-siapa untukku sekarang. Aku sudah memutuskannya tadi. Apa kamu tidak mendengarnya karena masih sibuk berkutat dengannya?”
Dinda menutup mulutnya.
Lyara sekarang kembali bisa melihat tatapan marah seperti yang ia lihat tadi. Ia terjebak diantara kedua orang ini. Raja yang marah dan Dinda yang menahan air matanya.
“Jadi aku juga membawanya. Aku kenalkan kepadamu, calon istriku, Lyara.”
Ucapan Raja bukan hanya mengagetkan Dinda, tapi juga Lyara yang tidak mengerti apa-apa. Tapi, Lyara pernah berada dalam situasi seperti ini dalam beberapa perannya, ini saat yang tepat untuk mengontrol wajahnya. Ia tersenyum dan melirik Dinda yang terbelalak dan menatapnya tak percaya.
Like, who are you?!
-o0o-
Lyara masih tersenyum di tempatnya, saat Raja mengulang ucapannya.
“Sudah kubilang kamu sudah bukan tunanganku lagi, Dinda. Sekarang Lyara adalah calon istriku,” katanya dengan santai.
“Sadar kamu Raja!” Dinda meradang.
“Bukan aku, tapi kamu yang seharusnya sadar!”
Mendengar teriakan Raja, Lyara mengerjap. Situasinya sungguh tidak baik. Lyara menarik tangannya yang berada di genggaman Raja. Ia menatap Dinda yang hampir meneteskan air matanya. Oke, dari yang didengarnya, ia bisa menyimpulkan apa yang terjadi diantara kedua orang ini. Naskah acak itu sudah tersusun di kepalanya. Dan ini adalah saat dialognya harusnya muncul.
Setelah menarik napas, Lyara menarik Raja mendekat padanya.
“Kamu keterlaluan, Dinda,” ucap Lyara akhirnya. “Aku memang berada di antara kalian berdua. Tapi Raja tidak pernah melihatku saat dia bersama denganmu. Kamu yang sudah membuatnya berpaling kepadaku. Kamu yang berbuat curang lebih dulu,” katanya dengan berani.
“Pelakor gak punya hak untuk bicara!”
Alis Lyara menukik, suaranya makin percaya diri, “Oh, aku bukan pelakor. Aku hadir saat kamu sudah membuang Raja. Aku mengisi tempat dimana kamu pernah ada. Bukan merebut tempatmu!”
Dinda mengangkat tangan kanannya.
Lyara menghindar sambil menutup matanya. Tapi tangan Dinda tidak sampai kepadanya. Ia malah merasakan rangkulan di bahunya.
“Hentikan, Dinda.” Suara tenang Raja membuat Lyara membuka matanya dan melihat Raja yang menahan tangan Dinda.
Dinda menarik tangannya dengan kesal.
“Kamu yang memulai, aku yang mengakhiri. Kita sudah selesai,” ucapnya sambil menarik Lyara berbalik. Ia membukakan pintu mobil di belakang mereka dan membimbing Lyara masuk ke dalamnya.
Lyara menarik napas. Ia melirik sekali lagi pada Dinda yang masih menatapnya dengan tajam sebelum duduk dan mengembuskan napasnya dengan lega. Raja menutupkan pintu di samping kanannya dan Lyara bisa melihat lelaki itu berjalan memutari mobil lalu membuka pintu di samping kiri. Dan saat itu juga Lyara menyadari kalau ada seorang lagi yang berada di mobil itu.
“Halo, calon istrinya bos,” sapa lelaki yang berada di balik roda kemudi itu. “Aktingmu bagus,” pujinya sambil menatap Lyara dari spion tengah.
Maya Lyara menyipit menatap lelaki itu.
“Aku Genta, aspri Pak Raja,” ucap Genta sambil menyalakan mobil.
“Jalan,” satu suara Raja sudah cukup untuk membuat Genta melajukan mobil.
Lyara melirik Raja di samping kirinya. Sebelum kembali melihat Dinda yang masih berdiri di depan pintu lobi. Lyara membelalak saat melihat sudah ada beberapa orang yang berkerumun di sekeliling Dinda. Ia tidak menyadari kalau tadi menjadi tontonan banyak orang.
“Genta benar. Bagaimana kamu bisa bicara selantang itu?”
Lyara membuka tasnya, Lady Dior yang dipakainya hari ini. Mengeluarkan secarik kertas. Kartu nama berwarna putih bersih berukiran tinta emas. Lyara menyerahkan kartu itu kepada Raja.
“Lofou Agency?” Raja bertanya dengan kening berkerut.
Lyara mengangguk. Senyum ceria yang tadi diperlihatkan di depan Dinda sudah lenyap. Digantikan tatapan tegas yang biasa ia lakukan saat selesai dengan perannya. Jari telunjuk Lyara mengetuk kartu putih di tangan Raja sebelum ia berkata dengan tenang.
“Untuk hal yang kulakukan tadi, harganya sepuluh juta.”
-o0o-
Tentu saja Lyara kaget. Tapi ia berhasil mengontrol wajah poker face-nya. Ia diam.Senyum mengejek Dinda terbit setelahnya, “Gue menerima dan mendampingi Raja meskipun tau semua itu,” katanya lalu duduk dengan lebih santai. Tangannya meraih gelas jus apel dan meminumnya dengan santai.Mata Lyara mengerjap.“Lo keterlaluan, Dinda!”“Itu kenyataan.”“Itu kecelakaan,” Maira mendelik. Suaranya dingin.Sejak Lyara duduk dan bicara dengan perempuan itu, Maira selalu tersenyum dan bicara dengan suara yang hangat. Tapi kali ini suaranya dingin dan menatap Dinda tak bersahabat.“Jangan bicara omong kosong!” ucap Maira lagi.Dinda melirik malas.Lyara menatap bergantian Dinda dan Maira. Kepalanya masih mencerna apa yang dikatakan Dinda, juga sanggahan yang dilontarkan Maira.“Lo mau tau juga gak, Din?” tanya Lea memecah hening di antara mereka.Lirikan Dinda kini tertuju pada Lea.Senyum Lea berubah lebih dramatis, ia memutar tubuh jadi menghadap Dinda. Matanya mengerling jahil, lalu suaranya k
Mata Raja melirik ke sekitar saat tidak melihat Lyara di tempatnya berdiri tadi. Lalu ia menemukannya, Lyara yang sedang duduk di meja yang sama dengan dimana Dinda berada. Sudut bibirnya kembali tertarik dan mengangguk, ia kembali menoleh pada lelaki tua di depannya dan dengan lebih lega menjawab basa-basi yang akan menguntungkannya ini.Lyara juga bisa melihatnya, Raja yang menoleh kembali pada lawan bicaranya di sana. Ia tersenyum dan kembali menatap seorang perempuan yang lebih tua darinya. Maira adalah orang yang punya Kukupu Atire, kebaya pernikahan Lyara dibuat olehnya. Ia juga adalah istri dari pemilik The Palace, mall tempat Lyara bertemu dengan Raja saat face painting dulu. Raja dan Dharma, suami Maira, adalah saudara sepupu.“Kak Raja itu kakak sepupu suamiku, Ra, kita pernah ketemu waktu kalian menikah,” ucapnya dengan suara yang lembut, seperti yang di katakannya, mereka memang pernah bertemu saat acara di Bali ataupun acara resepsi.Kepala Lyara mengangguk, “Iya, aku ing
Pikirannya kembali mengingat saat Leora bertanya tadi pagi selagi ia menutup mata membiarkan dirinya dirias. Pertanyaan Leora yang tepat sasaran membuat Lyara terpingkal sendirian. Ia tidak bisa berkata lantang, “Ya! Benar sekali!” tapi malah tertawa sampai air matanya merembes dari ujung mata.“Yang bener aja, Yora! Kamu kebanyakan nonton dracin, ah,” jawab Lyara akhirnya.Tapi ternyata adiknya benar-benar menantikan jawabannya. Melihat itu, Lyara berdeham lalu menatap Leora tak kalah serius, “Kalau itu yang melintas di kepala kamu, coba sebutkan keuntungan apa yang Mas Raja dapatkan dari aku? Dari keluarga kita?”Leora mengedip.“Gak ada. Bisnis ayah bangkrut, aku cuma pecundang yang gak bisa membantu apa-apa untuk ayah. Untuk menyelamatkan perusahaan, menyelamatkan pabrik. Aku gak semenguntungkan itu untuk Mas Raja, Yora. Aku gak bisa membuat diriku berguna seperti Dinda mantannya itu,” jelas Lyara dengan lembut. Dirinya benar-benar merasa sangat rendah.Tangan Leora melingkar meme
Lagi-lagi. Lyara tidak bisa tidur. Padahal ia sudah mengabari Leora dan Mama bahwa mereka bisa pergi jalan-jalan hari minggu nanti. Ia juga sudah berbaikan dengan Raja tadi pagi. Ia juga tidak melupakan apapun dan tidak melakukan kesalahan apa-apa hari ini. Tapi kepalanya berisik. Ia tidak bisa tidur jika kepalanya terus berisik seperti itu.Sekali lagi, Lyara menutup matanya dan menarik napas dengan tenang. Tapi tetap saja. Ia tidak bisa. Ia—“Yara?”Tubuh Lyara tersentak saat tangan Raja menyentuh pundaknya. Saat Raja memanggil namanya. Seperti reaksinya yang sudah-sudah, Lyara akan langsung bangun duduk, mengepalkan tangan dan menahannya menjadi pelindung di depan dadanya. Jantungnya beredebar, ketakutan menguasainya lagi. Matanya mengerjap. Itu Raja. Itu lelakinya. Itu suaminya. Bukan siapa-siapa. Bukan orang kurang ajar yang sudah menyentuhnya.Kepala Lyara mengangguk saat suara di kepalanya menyadarkannya kembali.Pandangannya kembali fokus dan ia bisa melihat bagaimana Raja me
Benar saja. Sampai alarm berbunyi pukul empat, Lyara membuka mata yang tidak bisa terlelap. Sedangkan Raja yang baru tiga jam lalu masuk ke kamar dan berbaring di sampingnya terdengar tidur dengan pulas. Bangun tidurnya kali ini bertambah berat, karena lagi-lagi hari ini ia tidak punya kegiatan apa-apa. Hari ini ia sudah tidak bertemu dengan Kamara. Juga dengan Raja yang marah padanya, rasanya melelahkan.Lyara menghela napas, ia baru akan melepaskan selimut saat tangan Raja melingkar di perutnya dan menariknya dengan mudah ke dalam pelukan lelaki itu. Lyara tidak berdaya menolak, karena selain kaget dengan aksi tiba-tiba itu, tangan kekar Raja benar-benar kuat dan tidak bisa ditolak dengan tubuh mungilnya.“Karena kamu aku gak bisa tidur,” kata lelaki itu dengan suara serak.Lyara mengerjap, “Mas pulas, kok,” sanggahnya,“Aku hanya berusaha bernapas dengan tenang,” jawab Raja, “Kamu yang cemas semalaman,” lanjutnya.Tidak bisa membantah, karena memang itu nyatanya, Lyara menutup mulu
Tangan Raja mengulur pada Lyara yang masih duduk di sampingnya dan disambut Lyara dengan riang. Keduanya kembali berjalan sambil bergandengan tangan. Setelah magrib tadi, Raja menawarkan jalan-jalan malam dengannya. Tanpa ragu, Lyara segera mengiyakan ajakan itu. Sekarang, setelah makan malam bersama di salah satu omakase favorit Rania yang direkomendasikan pada mereka, mereka berjalan bersama mengelilingi taman di rooftop mall. “Apakah Dinda yang melakukannya?” Lyara mencoba mencari tahu. “Apa?” Tanya Raja sambil menoleh pada Lyara. “Yang Mas bicarakan dengan Kakek tadi sore,” jawab Lyara. Raja mengangguk setelah mencari maksud pertanyaan Lyara, “Kami terlibat beberapa proyek bersama. Tapi karena pernikahan itu gagal, Dinda membalasnya dengan sangat baik,” jawab Raja. “Bukankah Dinda yang selingkuh?” “Tidak peduli siapa yang lebih dulu, Dinda tetap dendam karena kita menikah,” jawab Raja.“Mas yakin aku tidak perlu melakukan apapun untuk bisa membantu? Aku mungkin bisa minta to
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments