LOGINSaat Raisa mengalami keguguran, Kevin malah asyik merayakan kepulangan mantan kekasihnya. Tiga tahun pengabdian dan pengorbanan yang dia lakukan, hanya dianggap tak lebih dari sekadar pengasuh dan koki di rumah. Raisa pun merasa sakit hati dan bertekad untuk bercerai. Bahkan sahabat yang tahu tentang hubungan mereka menganggap Raisa seperti lem yang kuat dan tak bisa dilepas sama sekali. "Aku yakin kalau Raisa akan kembali dalam satu hari." Namun Kevin menyanggahnya, "Satu hari? Kelamaan, paling lama setengah hari, dia pasti kembali." Raisa sudah mantap ingin bercerai, dia memutuskan untuk tidak menoleh lagi ke belakang dan mulai sibuk dengan kehidupan barunya, sibuk dengan karier yang pernah ditinggalkannya, dan sibuk membangun relasi baru. Seiring berjalannya waktu, Kevin mulai kehilangan sosok Raisa di rumah. Kevin tiba-tiba panik. Di sebuah pertemuan industri, dia melihatnya sedang dikelilingi kerumunan orang-orang yang kagum padanya. Dia pun bergegas maju tanpa peduli apa pun, "Raisa, apa kamu belum cukup membuat masalah?" Bravi tiba-tiba berdiri di depan Raisa dan mendorongnya dengan satu tangan, lalu berkata dengan tegas, "Jangan sentuh kakak iparmu!" Kevin tidak pernah mencintai Raisa selama ini, tetapi ketika dia sudah jatuh cinta padanya, tak ada lagi tempat tersisa untuknya.
View MoreRaisa berdiri di pintu, mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Dulu, Kevin mudah marah dan cepat tersinggung, tetapi dia bukan tipe yang akan menculik orang begitu saja, walau sedang bertengkar sekalipun. Oleh karena itu, Raisa tidak tahu apa yang akan dilakukan Kevin.Apa pun skenarionya, wajah Raisa sangat pucat dan tegang dipenuhi kekhawatiran.Dia terdiam beberapa saat, tangannya hendak menyentuh gagang pintu, namun pintu tiba-tiba terbuka dari dalam.Raisa langsung mendongak.Dia melihat wajah Kevin yang dingin dan tajam seperti pisau.Dia sangat mengenal wajah itu, tampan, tegas dan gagah. Siapa pun yang melihatnya untuk pertama kali pasti akan terkesima dengan penampilannya. Namun di mata Raisa, Kevin hanyalah seperti sup penawar mabuk yang sudah basi, tampak menjijikkan.Raisa mengepalkan tinjunya, amarahnya yang terpendam langsung meledak. Di bawah tatapan dinginnya, Raisa menuntut dengan suara dingin, "Kevin, kalau kau punya masalah, hadapi saja aku! Kalau kau berani menyakit
Sorot mata Kevin semakin dingin, emosi negatif di dalam dirinya bergejolak liar.Sekarang dia harus mengakui fakta bahwa Raisa sudah memengaruhi emosinya.Dia tidak pernah memberi Raisa kekuasaan sebesar itu untuk memengaruhinya, namun hal itu tetap saja terjadi.Kevin tidak mau mengakuinya, tetapi hatinya benar-benar tak bisa dikendalikan.Sudah lama dia tidak merasakan hal semacam itu, dan rasanya sungguh tidak menyenangkan.Kevin teringat perkataan David dan Rey, dia tiba-tiba mencengkeram gelas itu dengan erat, jari-jemarinya memutih, seolah-olah dia akan menghancurkan gelas itu sedetik kemudian!...Keesokan harinya, hari bekerja.Saat Raisa hendak pergi ke kantor, dia bertemu dengan Bravi.Mereka bertukar pandang, dan Raisa seperti biasa, menyapanya dengan sopan, "Pak Bravi."Bravi pun mengangguk, tidak berkata apa-apa lagi.Interaksi semacam itu tampak wajar saja, tetapi mungkin hanya imajinasinya saja, suasana saat itu terasa sangat canggung.Sesampainya di tempat parkir, merek
"Diam!" Wajah Kevin menggelap, dia merasa emosinya kembali tak terkendali.Semua yang dilakukan Raisa sungguh menguji kesabarannya!Rey jarang melihat Kevin seemosi itu, tetapi pikiran bahwa dia mengamuk karena Raisa bersama pria lain membuat tatapan Rey tanpa sadar kembali dingin. Kata-katanya menjadi semakin tak terkendali, sama sekali mengabaikan perasaan Kevin. Dia hanya mengangkat bahu dan lanjut berkata, "Apa gunanya aku diam? Itu juga sudah terjadi. Hanya karena aku diam bukan berarti itu nggak ada."Rey sengaja membuatnya jijik, lalu berkata, "Kevin, apa kau beneran menyesal? Kalau tahu begini, seharusnya kau nggak menceraikannya." Kevin tidak pernah mempertimbangkan apakah dia menyesal atau tidak dengan perceraian mereka. Pernyataan Rey yang terang-terangan seperti itu, membuatnya ingin mengakui.Ya, dia memang menyesali perceraiannya!Namun, harga diri Kevin tak mengizinkannya mengucapkan sepatah kata pun.Karena dia sama sekali tak akan tunduk pada Raisa!Memangnya kenapa k
Aruna sangat bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini. Setelah menerima tugas yang diberikan oleh Kevin, dia segera memulai penyelidikannya. Dibandingkan dengan mencari informasi tentang mobil balap, kasus Raisa dan Suri sangat mudah diselidiki, dan informasinya pun cepat terkumpul."Raisa dan Suri itu teman dekat di kampus, tapi mereka jarang berhubungan setelah lulus. Dan, sekitar sebulan yang lalu, mereka mulai sering bertemu lagi." Aruna tidak bisa begitu saja memberikan informasi yang seadanya seperti itu.Kevin memintanya untuk menyelidiki Raisa, jadi pasti ada beberapa momen yang dianggap penting."Suri punya perusahaan teknologi bernama Timelock System. Tiga tahun lalu, dia menciptakan Lugi-X, sebuah model kecerdasan buatan dalam skala besar. Suri meraih kekayaan pertamanya dengan teknologi itu, dan terus mengembangkan bisnisnya. Investasi perusahaannya juga cukup sukses, dan kini kekayaan bersihnya lebih dari dua puluh triliunan.""Setengah bulan yang lalu, Suri memecat seo
Fakta bahwa seseorang mampu menghadapi luka hati sungguh mengagumkan, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Oleh karena itu, membuat orang kuat menunjukkan sisi lemah mereka, sangatlah sulit.Raisa harus mengakui bahwa dia belum sepenuhnya memercayai Bravi saat ini.Setidaknya belum sepenuhnya terbuka.Karena dia masih belum bisa benar-benar memahami isi hati Bravi."Maaf, Pak. Ini beneran bukan masalah besar. Dan, saya nggak mau membicarakannya."Raisa menolak pertanyaannya dengan sikap dingin dan defensif. Dinding yang tampaknya akan runtuh itu tiba-tiba menjadi tak tergoyahkan.Raisa lalu berbalik dan pergi.Dia tahu bahwa Bravi sedang menatapnya.Tetapi Raisa tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak ingin dia bicarakan, dan tidak ada yang bisa memaksanya.Setelah di rumah, Raisa menelepon Suri.Suri tidak menjawab.Dia pasti sibuk, jadi Raisa tidak meneleponnya lagi....Rey menunggu selama dua jam, tetapi Raisa tidak juga keluar. Hari sudah larut malam, dan klub di sekitar
Hati Raisa tiba-tiba seperti mati rasa.Dia sempat berpikir penjelasannya saat keluar dari mobil sudah cukup untuk menghilangkan keraguan Bravi.Namun, ternyata tidak.Mungkin tiga tahun pernikahannya telah mengajarinya untuk memproses segala macam emosi sendirian, dan emosi-emosi itu seringkali cukup intens dan berakhir dengan peraasaan buruk.Jadi, sedikit kesedihan yang dia rasakan di dalam mobil karena mengingat ibunya, sebenarnya bukanlah apa-apa baginya.Raisa berencana untuk pulang, mencuci muka, lalu membaca sebentar, dan semuanya akan berlalu.Raisa tidak menyangka Bravi akan terus memaksanya membicarakan hal itu.Tatapan Bravi kepada Raisa berbeda dari biasanya. Mungkin karena pengaruh alkohol, aura dingin dan tajam di sorot matanya telah memudar, hanya menyisakan ketulusan dan kekhawatiran yang tak bisa disamarkan.Dia bertanya, "Ada apa?"Raisa menggaruk tangannya dan berkata, "Nggak ada apa-apa. Aku baik-baik saja." Bravi mencondongkan tubuh lebih dekat, tatapannya yang d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments