Share

Chapter 16 : Misunderstand

“Kalian berdua ngapain?” Itu adalah suara Haris. Ia kini sedang berdiri di depan mereka dan menatap kedua insan yang awalnya sedang mengobrol hingga akhirnya kini mematung dan terdiam.

“Marsha, aku tanya kamu sama Felix lagi ngapain?” tanya laki-laki itu sekali lagi yang saat ini sedang menatap Marsha tajam.

“Ris, gue bisa jelasin,” timpal Felix yang sedari tadi hanya diam mematung. Haris yang awalnya sedang menatap Marsha kini beralih menatap Felix. “Perasaan tadi lo bilang mau nyusulin gue sama Putra. Gue juga minta tolong ajakin Hugo buat ikut. Kenapa lo malah bawa cewek gue, Lix?”

Marsha lantas menundukkan kepalanya setelah mendengar suara Haris yang dingin. Marsha tahu saat ini Haris sedang marah sehingga ia tidak berani menjawab ucapan Haris bahkan menatapnya saja pun tidak berani. Felix mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman ini kepada temannya tetapi Haris sudah terlanjur marah. Ia pun segera menarik tangan Marsha agak kasar dan membawanya menjauhi Felix. Akhirnya Felix sendirian dan diam membisu. Beberapa saat kemudian muncul Putra yang terlihat keluar dari kafe dan berjalan menuju Felix.

“Lah? Haris mana? Hugo juga mana, Lix? Kok lo sendirian di sini?” tanya Putra bertubi-tubi ketika sampai di depan Felix.

Felix lalu mengusap wajahnya kasar dan mendengus, “Haris salah paham sama gue, Put,” ucapnya. Putra pun tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Felix dan berkata, “Salah paham gimana maksudnya?”

“Tadi gue jalan ke sini sama Marsha mau nyusulin lo berdua. Di belakang juga ada Lia sama Hugo tapi mereka lagi mampir ke minimarket. Haris ternyata ngelihat gue sama Marsha lagi ngobrol, gue belum sempet ngejelasin tapi dia udah bawa Marsha pergi duluan,” jelas Felix kepada teman di depannya. Putra pun hanya menganggukan kepala menanggapi ucapan Felix. Ia juga ikut khawatir dengan kondisi temannya saat ini.

Beberapa menit kemudian Hugo dan Lia datang menghampiri mereka berdua. Terlihat saat ini Lia membawa kantong plastik berisi makanan yang tadi ia beli lewat aplikasi ojek online bersama Marsha dan juga Hugo membawa kantong plastik berisi beberapa botol air mineral. Mereka berdua tampak bingung ketika hanya ada Putra dan Felix serta raut wajah mereka terlihat khawatir.

“Marsha sama Haris mana?” tanya Lia kepo.

“Haris salah paham sama Felix, Li. Bakalan panjang sih ini,” jawab Putra. Lia dan Hugo sontak saling menatap satu sama lain. Mereka merasa sedikit bersalah ketika meninggalkan Marsha dan Felix berjalan mendahului mereka hanya berdua yang menyebabkan kesalahpahaman kepada Haris. Karena mereka juga tahu bagaimana saat Haris sedang marah apalagi perkara orang ketiga.

Di sisi lain, Haris masih tetap menarik tangan Marsha dan berjalan menuju ke arah hotel. Tampaknya saat ini Haris terbakar oleh rasa cemburu dan kehilangan kendali di tubuhnya. Ia tidak sadar jika telah menarik tangan Marsha cukup kasar sehingga membuat tangan perempuan itu berubah menjadi kemerahan.

“Ris, aku bisa jelasin semuanya. Kamu itu salah paham,” ucap Marsha. Haris tidak mengindahkan ucapan Marsha. Ia masih menarik tangannya dan tetap berjalan.

“Ris, bisa dengerin aku sekali aja nggak?” ucap Marsha sekali lagi. Haris masih tetap tidak peduli dan terus berjalan.

“Ris, bisa lepasin nggak? Tanganku sakit,” ucap Marsha ketiga kalinya. Hal itu membuat Haris segera melepaskan cengkramannya terhadap tangan Marsha. Terlihat jelas bahwa kini tangan Marsha sudah berubah menjadi kemerahan akibat cengkraman kuat Haris. Wajah Haris yang awalnya dingin perlahan berubah menjadi hangat.

“Maaf,” ucapnya sepatah kata. Saat ini mereka sudah sampai di lobby hotel yang sudah sepi karena sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Kamu langsung balik ke kamar, maaf nggak bisa nganterin.” Setelah mengucapkan beberapa kata Haris lantas meninggalkan Marsha yang kini sedang diam membisu sendirian di lobby hotel. Marsha bahkan belum mengucapkan sepatah kata pun kepada Haris sebelum laki-laki itu meninggalkannya.

Hari kedua study tour yang harusnya diawali dengan senyuman justru berkebalikan dengan kondisi Marsha saat ini. Ia terlihat tidak memiliki niat untuk mandi setelah bangun tidur sedangkan kedua teman kamarnya ini sudah siap dengan outfit cantiknya. Lia bahkan sudah mencoba untuk menghibur Marsha dengan memesan makanan favorit Marsha tetapi ia masih enggan untuk berbicara. Saat ini Marsha masih duduk di atas kasur sambil menonton televisi di depannya.

“Sha, kalau lo nggak enak badan nggak usah ikut nggak apa-apa. Nanti gue izinin ke guru,” ucap Lia hati-hati kepada Marsha.

Setelah mendengar ucapan Lia, Marsha segera beranjak menuju ke kamar mandi dan mengambil handuk di tasnya. Ia lalu berkata kepada dua temannya, “Lo berdua sarapan aja dulu di bawah, nanti gue nyusul.”

Lia dan Lana yang paham dengan kondisi Marsha saat ini mengangguk dan segera keluar menuju ke restoran hotel di lantai bawah untuk sarapan. Marsha hanya membutuhkan waktu selama lima menit untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Ia bahkan tidak menggunakan make up dan hanya menggunakan lipbalm saja. Pakaiannya saat ini bahkan tidak terlihat seperti orang akan berlibur, tetapi seperti orang yang sedang berada di rumah. Marsha hanya menggunakan celana jeans panjang berwarna biru terang dan hoodie hitam yang ia beli bersama Haris.

Marsha kemudian memberi pesan kepada Lia dan mengatakan bahwa dirinya akan langsung menuju bus dan tidak menyusul mereka ke restoran hotel. Ia segera beranjak menuju bus sesampainya di lobby. Terlihat bahwa masih banyak murid yang masih menikmati sarapan di hotel tetapi saat ini Marsha sedang tidak nafsu untuk makan. Ia lantas memasukkan earphone ke dalam telinganya dan segera menutup matanya.

Di lain tempat, Haris sedang melahap makanannya dengan tidak semangat. Hari ini ia terlihat tidak memiliki tenaga untuk memegang sendok di tangannya. Putra yang melihat tingkah sahabatnya ini hanya menggelengkan kepalanya. Ia kemudian beralih melihat ke meja lain dan terdapat Felix sedang melahap makanannya. Setelah kejadian semalam, Felix memutuskan untuk menjaga jarak dengan Haris dan kedua temannya. Ia lalu meminta tolong kepada Putra untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Haris. Hal itu karena jika Felix ingin menjelaskan kepada Haris laki-laki itu malah mengabaikannya. Maka dari itu, Felix meminta bantuan kepada Putra dan Hugo untuk menjelaskan kepada Haris.

“Yang semangat dong, kayak nggak ada semangat hidup aja,” ucap Putra berusaha mencairkan susasana yang sejak tadi hening.

“Emang,” ucap Haris singkat. Ia beranjak dari kursinya setelah menghabiskan makanan yang ada di meja dan beralih menuju ke bus. Putra dan Hugo kini hanya saling menatap satu sama lain.

“Lo aja yang jelasin ke Haris, Go. Kan lo yang tau kebenarannya,” timpal Putra kepada Hugo.

Hugo lantas menggelengkan kepalanya dan berkata, “Haris kalau lagi marah nyeremin, gue jadi takut mau ngomong,” jawab Hugo.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Putra dan Hugo beranjak dari kursi dan menuju ke bus menyusul Haris. Felix yang melihat kedua orang tersebut akan pergi segera berdiri dan menghampiri mereka berdua.

“Go, gue nanti duduk sama lo dulu, ya,” pinta Felix. Hugo pun mengangguk membalas ucapan Felix. Mereka berdua kemudian melanjutkan jalannya dan diikuti oleh Felix yang beberapa langkah berada di belakangnya.

Hari ini rombongan study tour akan mengunjungi dua tempat wisata di Bali. Pagi ini mereka akan mengawali perjalanan dengan mengunjungi Kebun Raya Bedugul sekaligus Pura Ulun Danu Danau Beratan yang terletak Candikuning, Kabupaten Tabanan Bali. Lokasi Kebun Raya Bedugul dan Pura Ulun Danu Danau Beratan ini berdekatan dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk mengunjungi satu sama lain. Kebun Raya Bedugul merupakan salah satu botanical garden dengan luas sekitar 157,5 hektare dan merupakan yang terluas di Indonesia. Di dalam kebun ini terdapat berbagai macam tumbuhan dan pepohonan yang tinggi. Di sini juga menyewakan mobil tanpa pintu bagi yang ingin berkeliling tanpa lelah berjalan.

Saat ini rombongan study tour sudah berpencar di Kebun Raya Bedugul. Beberapa dari mereka bahkan ada yang menyewa mobil agar tidak lelah berjalan kaki. Marsha kini hanya berdua dengan Lia. Mereka sedang duduk di rumput di bawah pepohonan yang rindang. Lia sejak awal sudah memiliki ide untuk membawa kain berbentuk persegi empat yang tidak terlalu besar. Ia membawanya untuk berjaga-jaga jika nanti ingin duduk di rerumputan agar pakaian dan celananya tidak kotor. Lia sudah menggelar kain itu dan mengajak Marsha untuk ikut duduk bersamanya. Marsha lantas beranjak ke atas kain dan segera berbaring di sebelah Lia.

“Kalau nggak kuat ditahan cerita aja sama gue, Sha,” ucap Lia memecahkan suasana yang tadinya hening.

“Cerita apa emang? Kalau masalah semalem lo juga udah tau, kan,” jawab Marsha. Ia kini sedang menatap ke arah langit yang menampakkan awan dan langit berwarna biru muda yang indah.

“Ya maksud gue kali aja ada unek-unek yang mau lo sampaiin ke gue,” timpal Lia. Marsha kini tampak sedang berpikir, “Unek-unek? Gue males aja kalau sifat cemburu Haris keluar. Terlalu berlebihan menurut gue,” ucap Marsha.

“Itu tandanya dia beneran sayang sama lo, Sha,” ucap Lia menambahi.

“Tapi nggak sampai kayak gitu juga kan, Li? Dia kalau marah gara-gara cemburu tuh bisa sampai seminggu, gue yang males,” ujar Marsha. Lia pun diam dan tidak lagi menanggapi ucapan Marsha karena ucapan sahabatnya itu memang benar adanya. Ia tahu karena Marsha sudah pernah mengalaminya beberapa kali.

Terlihat dari jauh terdapat Haris beserta kedua temannya yang sedang berjalan ke arah mereka berdua. Marsha yang awalnya sedang berbaring pun segera bangun dan duduk. Ketika mereka sudah sampai Haris lantas duduk di sebelah Marsha.

“Geseran dong,” ucap Haris memulai obrolan. Marsha kemudian langsung bergeser ketika mendengar ucapan Haris.

“Nah gitu dong akur, kan gue jadi enak ngelihatnya,” tukas Putra. Ia dan Hugo pun segera ikut duduk tetapi bukan di atas kain milik Lia karena tidak cukup jika memuat mereka semua.

 “Maaf soal semalem, ya. Aku salah paham,” ucap Haris. Ia kini beralih menatap Marsha di sebelahnya sedangkan Marsha hanya mengangguk dan tetap menatap ke arah depan.

“Aku juga minta maaf nggak sempet bilang ke kamu sebelumnya,” tambah Marsha. Haris pun mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan maaf dari Marsha. Ia lalu beralih menggenggam tangan Marsha. Haris tidak sadar jika saat ini terdapat tiga orang yang sedang melihat apa yang dia lakukan. Ketiga orang itu pun memutar bola matanya malas.

“Udah akur, ya. Serasa yang ada di dunia ini cuma lo berdua, yang lain mah ngontrak,” tukas Putra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status