Bab 7Sabrina meletakkan kembali ponsel milik suaminya di atas meja. Ia lantas menatap wajah tampan yang membuatnya rela menikah tanpa pendekatan atau perkenalan lebih dulu. Baginya, sikap peduli dan perhatian yang dimiliki Elang cukup menjadi alasan untuk dirinya mencinta, tak peduli dengan status yang disandang oleh lelaki itu."Kalau dapat suami tampan dan kaya, aku rela meskipun jadi yang kedua," batin Sabrina sambil tersenyum miring.Namun setelahnya, Sabrina menghela napas panjang. "Sayangnya semua ini harus ditukar dengan nyawa ibu."Tak mau larut dalam kesedihan, Sabrina bangkit dari duduknya. Ia mengambil sesuatu dari dalam lemari pakaiannya.Sebuah selimut sudah berada di dalam genggaman tangan Sabrina untuk dipakaikan di badan Elang. Ia tak mau udara pagi ini membuat Elang terusik. Biarkan selimut ini memberikan kehangatan untuk lelaki yang kini mulai menjadi candu baginya.Lagi, Sabrina terpesona melihat wajah tampan yang sedang dipeluk oleh mimpi itu. Tak pernah terpikirk
Bab 8Elang baru saja kembali dari luar. Ia membawa amplop cokelat tebal di dalam genggaman tangannya."Mas dari mana?" tanya Sabrina setelah membuka pintu. Ia mengekori langkah Elang menuju sofa ruang tamu."Kamu bisa antar Mas?" Elang menatap Sabrina dengan wajah serius."Kemana?""Ke tempat rentenir tadi.""Mas beneran mau bayarin hutang ibu?""Emang kamu sanggup bayar?""Kalau langsung lunas kayak Mas gini ya ngga sanggup. Aku biasanya dicicil.""Kalau kamu ikut Mas pergi ya ngga akan lagi sempat buat nyicil. Sudahlah, ngga apa-apa biar Mas yang bayar."Sabrina tak lagi menyahut. Ia pun mengikuti langkah Elang menuju mobilnya terparkir.Hawa di dalam mobil yang sejuk membuat Sabrina merasakan sensasi yang berbeda. Ia tak menyangka sudah menjadi nyonya dari pemilik mobil ini. Mobil sedan keluaran terbaru yang mulus dan terasa mewah baginya. Bisa duduk saja Sabrina tak menyangka, apalagi ini menjadi istri dari pemilik mobil ini."Untuk apa ibumu pinjam uang sebanyak ini?" Elang memu
Bab 9"Kurang ajar!" geram Elang. Ia berjalan dengan cepat ke arah Tarjo. Tanpa basa basi dan banyak pertimbangan, kepalan tangan Elang itu mendarat di pipi Tarjo yang tak lagi mulus.Tarjo terjerembab di samping kursi. Ia kehilangan keseimbangan sebab kepalan tangan Elang mendarat tanpa permisi.Rasa panas dan perih berkumpul menjadi satu di pipi Tarjo. Ia jatuh sambil memegangi pipinya yang tampak memar."Hei jangan kurang ajar!" teriak anak buah Tarjo yang dengan sigap berlari menghampiri bosnya. Ia membantu Tarjo berdiri dengan kepayahan sebab badan Tarjo yang lebih berat dari dirinya.Tarjo berdiri sambil memegangi pipinya yang terasa nyeri. Seringai licik pun terbit dari bibirnya yang kehitaman.Anak buah Tarjo yang lainnya menghampiri Elang, bersiap untuk membalas pukulan Elang yang membuat bosnya jatuh tersungkur."Kurang ajar kamu! Beraninya memukul bos di rumahnya sendiri," geram laki-laki itu. Ia mencengkram kerah baju yang melekat pada badan laki-laki yang baru saja memuku
Bab 10Elang menghentikan laju mobilnya. Ia merasa dilema dengan keadaan ini. Satu sisi ada istri yang membuat Elang khawatir dicurigai jika tidak menerima panggilannya. Berbagai tuduhan atau prasangka jelas muncul jika Elang tidak menerima panggilan Kayla di jam seperti ini, mengingat sudah jadi kebiasaan Kayla menelponnya menanyakan kabar dan soal makan siang.Di sisi lainnya, ada Sabrina yang duduk di samping Elang dan terpaksa harus mendengar pembicaraannya dengan sang istri tanpa ditutup-tutupi."Ngga apa-apa, Mas. Sudah jadi resiko atas pilihan yang kuambil." Sabrina memaksa bibirjya untuk tersenyum sedikit. Tangannya berusaha menghapus jejak air mata yang tertinggal di dalam wajah ayunya itu.Elang terdiam. Ia mengembuskan napas perlahan sambil mencengkeram erat setir yang ada di depannya untuk meluapkan rasa yang tak nyaman dalam dirinya. Baru kali ini ia berada dalam posisi yang dilematis seperti ini."Tidak mudah untuk menjalani pernikahan yang seperti ini, tapi semuanya sud
Bab 11Bibir Sabrina tersungging sambil memegangi tangan Elang yang tengah membantunya untuk turun dari mobil. Perlahan tangan Sabrina menggenggam lembut jemari sang suami.Dalam langkahnya, Sabrina menunduk untuk menutupi bibir yang tak kuasa menahan senyum. Ribuan kupu-kupu rasanya berdesakan dalam jantungnya. Gerakan kupu-kupu dalam dadanya itu membuat Sabrina merasa ingin menangis dan tersenyum secara bersamaan.Sudah lama hati Sabrina terasa kosong. Sekalinya terisi, membuat Sabrina mabuk kepayang. Tak sia-sia Sabrina memaksa Elang untuk menikahinya kemarin jika rasanya sebahagia ini.Elang menarik satu kursi untuk Sabrina duduk. Ia berdiri di belakang kursi itu sampai Sabrina meletakan badannya.Sabrina terkesima."Kamu kenapa?" tanya Elang saat ia baru saja duduk dan mendapati Sabrina sedang menahan bibir yang tersenyum.Perlakuan Elang barusan, menambah jumlah ribuan kupu-kupu dalam dirinya. Hatinya membuncah karena sikap manis Elang yang tidak pernah ia dapatkan dari beberap
Bab 12Tangan Elang terulur untuk mengusap rambut Sabrina yang menutupi dahi. Anakan rambut itu menghalangi kecantikan yang terpancar dari wajah sang istri. Elang terkesima.Untuk sejenak, Elang terdiam sambil mengamati wajah Sabrina yang terlelap. Hidungnya yang kecil tapi tinggi, bibirnya yang tidak terlalu tebal juga tidak terlalu lebar, mata yang kehitaman dengan bulu mata yang panjang tapi tidak terlalu lebat. Semua itu ada di wajah oval milik Sabrina.Kayla dan Sabrina sama-sama memiliki kecantikannya sendiri. Sama-sama cantik dengan ciri khasnya masing-masing.Sayangnya, dua wajah itu kini berhasil membuat Elang jatuh hati.Suami Kayla itu terpesona dengan wajah Sabrina. Tanpa permisi hatinya berdesir.Elang mendekatkan wajahnya ke arah dahi Sabrina. Ia mendaratkan bibirnya di atas dahi wanita yang kini menjadi istrinya itu dengan perlahan. Sebuah senyuman terukir di wajah Elang. Bagaimana ia akan memulai malam pertamanya mengingat sebelumnya tidak ada cinta diantara keduanya.
Bab 13Pagi itu, binar cinta tumbuh di hati Elang dan Sabrina. Malam yang penuh dengan gelora membuat keduanya tak lagi canggung menjalani hari sebagai sepasang suami istri. Kini, Sabrina tak lagi canggung untuk bermanja layaknya pasangan lainnya."Aku masak nasi goreng, Mas mau sarapan?" tanya Sabrina saat Elang yang baru saja mandi, lalu menghampirinya di dapur.Wangi shampo menguar dari rambut Elang. Wajah yang segar dan berseri-seri pun terpasang sempurna di wajah yang tampan nan rupawan itu."Wanginya enak. Mas laper," balas Elang setelah jarak keduanya terpangkas. Ia mendekati badan langsing yang sedang berdiri di depan kompor,, lalu tanpa permisi tangan kekar itu memeluknya dari belakang.Rambut panjang Sabrina yang dicepol ke atas membuat Elang bebas menyusuri leher jenjang milik istrinya itu. Ia meletakkan dagunya di atas bahu, lalu menghidu aroma sabun yang menguar dari badan wanita yang semalam dikencaninya di atas ranjang."Mas ihh," rengek Sabrina geli merasai sentuhan sa
Bab 14Tangan Elang terulur meraih jemari Sabrina, lalu digenggamnya lembut penuh rasa. "Makasih ya kamu sudah bersedia mengerti posisi Mas. Ini semua tidak mudah, tapi Mas yakin kamu pasti bisa.""Sama-sama, Mas. Mas juga jangan bosan bantu aku untuk tetap kuat," balas Sabrina mantap sambil diiringi senyum tipis."Pasti. Kita sama-sama belajar sampai saatnya tiba untuk membuka semua ini. Mas berdoa semoga ketika itu, Kayla mau legowo menerima kehadiranmu.""Aamiinn." Sabrina membalas genggaman tangan Elang. "Sebenarnya aku juga ingin kenal dengan Mbak Kayla, tapi aku sadar diri.""Boleh lah nanti sesekali kamu main ke rumah. Biar aku bilang sama Mama, nanti Mama yang atur."Sabrina terdiam sambil berpikir. "Apa Mas juga tidak akan memperkenalkan aku dengan Mama dan Papa?"Ada tatapan penuh harap yang terpancar dari sorot mata Sabrina. Antara ingin dan takut, antara rasa bersalah dan rasa minder."Kalau Mama sama Papa nanti bisa aku atur, tapi kalau sama Kayla Mas masih harus banyak