"Ada apa?""Eh nggak apa-apa Mas?""Jangan pikir kamu bisa lari dari masalah yang dulu, aku masih butuh penjelasan!""Aku akan memberikan waktu untuk memikirkan kesalahan dan penjelasan yang tepat untuk masalah kita, kamu mengerti kan maksudku?""Terserah Mas, saja tapi bantu aku menyelesaikan masalah ini, baru urusan kita lagian itu sudah lama kali, masih cinta monyet, mau jelasin kaya mana, aku dulu mana ngerti apa itu cinta, pas cinta beneran malah di bohongi, aku kan dulu tomboy Mas, siapa suruh Mas dulu suka aku diam-diam?""Baiklah, tapi kenapa kamu menghindar saat kita bertemu lagi pada saat peresmian panti asuhan milik ayahku empat tahun yang lalu, apa kamu tidak kenal aku karena aku bertambah tampan sampai kamu tidak menatapku sedikitpun ke arah ku?""Ya elah Mas, aku kan sudah menikah nggak mungkin kan aku melirik ke pria lain, aku dulu di jodohkan sama ayah, mana aku berani menentang keputusan ayah dulu, sedangkan Mas Lingga hanya diam seribu bahasa," jawabku sewot."Aku mi
Mas Ariel nampak gusar dan gelisah karena cek yang mau diberikan kepadanya tidak jadi, sedangkan aku mendapat informasi dari Mbok Sarni pihak Bank itu masih sering menelpon Mamah mertua dan di rumah itu sudah di beri pengumuman Rumah ini di sita oleh pihak Bank.Mereka di beri waktu sampai besok pagi jika tidak maka rumah itu akan di sita. Sungguh puas aku mendengarnya.Dengan semangat 45 aku menemui Mas Lingga karena sudah waktunya aku bertemu Kiran sesuai dengan kesepakatan kami.Aku tidak melihat Mas Ariel maupun Mbak Sukma, di ruangannya pun sudah tidak ada, lalu aku bertanya ke sekretarisnya ternyata Mas Ariel dan Mbak Sukma sudah pulang duluan, karena katanya izin pulang cepat."Seharusnya mereka izin kepadaku, bukan memberi memo saja, dasar pecundang," gerutuku."Ayo Mas, sebentar lagi jam lima sore aku nggak sabar ingin bertemu Kiran.""Loh saya ikut juga atau jadi supirmu saja?""Katanya teman kuliah, nggak kangen mau ketemu?" godaku."Apakah kamu cemburu jika aku berdekata
"Saya harap Mbak bisa mengerti apa yang saya maksud, jangan seperti saya yang terlalu percaya dengan cinta dan menjadi budak cinta sakit Mbak rasanya.""Maka dari itu saya ingin memberinya pelajaran kepada mereka bagaimana hidup yang sederhana, mereka selalu menghambur-hamburkan uang, berfoya-foya, shopping.""Terima kasih Mbak Arum sudah mengingatkan saya, saya akan melakukan sesuatu yang saya anggap benar.""Baiklah Mbak, mungkin sampai di sini dulu pertemuan kita, tapi saya mohon Mbak bantu saya jangan sampai Mbak memberikan sepeserpun untuknya, karena saya ingin melihatnya hidup dalam kemiskinan.""Baiklah Mbak saya janji, saya tidak akan membantu mereka.""Begini saja Mbak Kiran bisa pura-pura kena tipu, nah di situ Mbak bisa lihat dia mencintai Mbak karena punya alasan sendiri atau hanya memanfaat harta Mbak Kiran saja.""Oh ya Mbak ngomong-ngomong yang membantu Mbak Kiran dalam kesulitan itu adalah ibuku Mbak."Aku mengeluarkan foto ibuku dan aku yang saling memeluk di dalam
"Bagaimana ini, Kiran belum menghubungiku?" tanyaku masih dilanda gusar."Ayo dong Kiran, bantu aku ...!"Mas, kita Shalat di luar saja sekalian aku mau ke tempat Ibu," pintaku pada Mas Lingga."Oke.""Mbok, Arum sama Mas Lingga mau ke rumah Ibu Arum, nanti kalau ada apa-apa hubungi Arum ya." Aku menitipkan pesan untuk Mbok."Beres Neng, jangan khawatir udah sana pergi, hati-hati di jalan ya Neng.""Iya Mbok, Assalamualaikum!""Walaikumsalam."Jelang Magrib kami pun singgah di Masjid untuk menunaikan salat.Aku berdoa semoga yang aku inginkan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan.Setelah selesai kami langsung ke rumah Ibu. Di perjalanan kami tak banyak bicara, hanyut dalam pikiran masing-masing.Sampailah kami di rumah ibu dan kami di sambut Ibu dan Raina."Assalamualaikum!""Walaikumsalam!”"Tuh ada tamu yang nungguin dari tadi," ucap Ibu dengan tersenyum."Siapa Bu?""Saya Mbak Arum!""Mbak Kiran!""Loh ...Mbak Kiran ada di sini, saya tadi nungguin teleponnya Mbak loh!" "Mema
"Perkenalkan nama saya Kiranti Mayangsari, sebenarnya saya adalah istri Mas Ariel juga entah yang kedua atau yang ketiga," jawabnya dengan tegas.Semua memandang kearah Kiran, kaget, syok dan tentu saja aku merasa lega karena akhirnya berlabuhnya hati Mas Ariel sudah mentok di dasar jurang, tinggal di lempar saja.""Apa-apain ini Ariel, saya maklum kalau Lira menjadi istrimu karena dia cinta pertamamu, tetapi bukan berarti kamu seenaknya menikah yang ketiga kalinya, benar saja kalau almarhum Pak Sugeng tidak memberikan harta warisan yang susah payah beliau bekerja keras kepada kalian ternyata sifat dan tingkah laku kalian masih belum berubah dari dulu," ucapnya geram.Ibu Sumi, Ibu sebagai orang tuanya mengapa Ibu biarkan anak-anak Ibu terjerumus ke dalamnya, jangan bilang Ibu tidak tau ya, karena saya hafal betul sifat Ibu yang gila harta,” hardik Pak Alex."Jaga omongan Bapak ya," jawab Mamah mertua dengan emosi."Saya nggak terima kalau Bapak menghina Ibu saya, saya bisa tuntut Ba
Sedangkan Lira, kembali meratapi nasibnya, dia menangis kesegukan mungkin karena hartanya di butik itu sudah hilang, padahal baru hitungan bulan saja bangunan kokoh itu berdiri."Apakah ini kuasa-Mu Ya Allah, engkau Maha Adil, engkau Maha Mengetahui segalanya, Ya Robbi."Setelah dua jam berlalu, dan melihat mereka sudah tenang, akhirnya aku bersuara kembali, namun tak ada balasan dari mereka, hanya keheningan dalam diam, mereka pun pergi meninggalkan rumah ini, ada rasa kasihan kepada mereka tetapi biarlah ini sebagai pelajaran, mudah-mudahan saja dengan kejadian ini perilaku mereka juga berubah baik.Setelah kepergian mereka aku kembali tenang, semua sudah kembali seperti semula, tetapi ada ruang hati yang kosong, hampa, sakit yang teramat dalam.Walau bagaimanapun juga Mas Ariel dulu telah mengisi hidupku yang kosong, kini kembali kosong dan apa yang di katakan Mas Ariel aku tak pernah disentuh apa mungkin?Pantas saja setiap ingin melakukan itu, Mamah selalu memintaku untuk minum t
"Duh, biasa aja kali, udah di makan ngomong terus dari tadi," jawabku dengan cemberut."Ini orang sengaja panas-panasi atau memang nggak peka sih, kalau sudah punya cewek jangan diomongin dong bikin panas hati saja," gerutuku dalam hati.Tiba-tiba aku tak sengaja melihat Dion duduk bersama wanita lain, ada apa lagi ini? bukannya pacar Dion adalah Lira mengapa bukan Lira yang di sana, aduh tambah pusing aku jadinya."Mas ... Mas ... ada Dion di sini," ucapku sedikit berbisik tetapi entah kenapa tanganku memegang tangan Mas Lingga yang putih bersih."Mas ... Mas ... jawab dong, Dion sama wanita lain bukan Lira, aneh banget ini, atau mereka sedang merencanakan sesuatu ya?" pikirku.Mas Lingga hanya menatapku dalam, tajam penuh misteri di dalam matanya, kami jadi saling berpandangan.""Kenapa Mas, ada apa?" ternyata aku baru sadar kalau aku sudah memegang tangan Mas Lingga segera aku lepaskan dan beristigfar cepat-cepat dalam hatl.Mas Lingga menatapku dan tersenyum kembali."Maaf Mas,
{Apa kamu bingung siapa aku, tunggulah aku akan memberi sebuah kejutan} Aku tak menanggapi pesan itu, mungkin salah sambung, tetapi nomor pengirimnya di sembunyikan, sudah dua kali aku menerima pesan yang mengancamku.Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Mas Lingga malam-malam. Sebenarnya aku enggan tapi ini sepertinya bukan salah sasaran sepertinya pesan ini memang untukku.Terpaksa aku tekan nomor ponsel Mas Lingga berharap dia belum tidur.Tut! Tut! Tut!"Alhamdulillah nada sambung," lirihku.{Halo Mas, Assalamualaikum}{Walaikumsalam, ada apa}{Mas, ada yang neror aku, tapi nggak tau siapa, dia dua kali sudah mengirim pesan kepadaku, Mas}{Emmm....}{Mas, kamu ...keeerr ...keerr terdengar suara dengkuran}"Ya elah Mas, mau curhat eh malah orangnya tidur, ya sudahlah."Aku mematikan sambungan teleponku, dan berusaha untuk tidur walau mata ini tetap ingin terbuka.Namun sampai jam tiga subuh mata ini tetap terjaga, daripada aku melamun segera kuambil air wudu dan salat sunnat ta