“Jangan mengkhawatirkan apapun, aku akan menemui ayahmu dan berbicara dengannya jika kau merasa tidak nyaman jika berada satu kota dengannya,” ucap Lana dengan enteng. Paula memijat pelipisnya dengan kuat, gadis itu menghela napasnya dengan berat “Segeralah lakukan.” “Ada denganmu hari ini Paula?” Lana memperhatikan Paula yang kini hanya duduk diam dan terlihat tidak baik-baik saja dengan keadaannya. Sejak tadi Paula terlihat di bebani banyak pikiran yang mendesak dan membuatnya menjadi gelisah. Paula merasa cukup frustasi karena uang jajannya tidak dia terima lagi dan tidak ada penjelasan apapun alasan di balik pemberhentian bantuan keuangan Puala. Sumber keuangan Paula hanya ada dari kelurga Benjamin yang dermawan, tanpa mereka, Paula akan kembali ke jalan kehidupan yang menyedihkan. Yaitu, kemiskinan. Di sisi lain Paula juga harus mulai merasa ketakutan karena ayahnya, Maxim telah keluar dari penjara. Maxim adalah sosok yang pekerja keras, sayangnya dia tetap miskin meski t
Flashback Salju turun di malam itu, suasana senang hari natal di rasakan banyak orang, kecuali keluarga sederhana Paula. Paula, gadis kecil itu hidup dalam kesederhanaan, dia tumbuh dari seorang ayah yang bekerja sebagai karyawan biasa dan seorang ibu yang bekerja di sebuah pabrik. Paula adalah anak yang ceria dan pandai, dia memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Jared. Kehidupan sederhana Paula sama seperti anak-anak yang tumbuh di keluarga sederhana, mereka tidak kaya, tidak pula miskin, namun semua kebutuhan hidupnya sehari-hari sudah bisa tercukupi. Maxim sebagai kepala keluarga tampaknya tidak begitu memiliki banyak pengaruh di keluarga, dia yang muda dan lemah terkadang tidak begitu di hargai di dalam keluarganya. Lana isteri Maxim, wanita itu terkadang sering meragukan Maxim dan membuat keputusan-keputusan yang di buat Maxim sering di anggap angin berlalu olehnya. Maxim yang masih muda bertemu dengan Lana seorang janda beranak satu, anak itu adalah Jared. Seperti
Tanpa ragu, Paula mendekati Jared dan menghunuskan pisau itu ke punggung Jared beberapa kali hingga memukul kepala Jared dengan pisaunya. Jared yang tidak memiliki kesempatan untuk menghindar langsung menerima hunusan itu, pria itu jatuh ke ranjang bersimbah darah menatap nanar Paula yang kini wajahnya di hiasai cipratan darah segar miliknya. Lana terpaku kaget melihat apa yang di lakukan puterinya kepada Jared, kakanya sendiri. Sementara Paula yang baru menyadari bahwa tindakannya salah, gadis itu langsung di landa panik dan takut, kepanikan Paula membuat gadis itu kembali menghubuskan pisau pada dada Jared beberapa kali agar kakaknya segera meninggal. Lana menjerit ketakutan melihat kebruntalan Paula yang menghabisi Jared. Wanita bangkit menarik Paula mundur agar menghentikan tindakannya. Tidak berapa lama setelah Paula melakukan tindakan jahatnya kepada Jared, Maxim datang, begitu pria itu mendengar jeritan Lana, dia langsung menyusul naik ke atas dan masuk ke kamar untuk meli
Biru indahnya bola mata Kimberly menatap langit yang gelap di malam itu. Binar matanya yang indah itu terlihat sedikit gelap, warnanya sama seperti sebuah palung, dalam dan pekat. Hembusan angin yang lembut menggerakan rambutnya yang indah berkilauan. Kimberly berkedip beberapa kali, tangan mungilnya mengusap pipinya yang kemerahan untuk menyingkirkan beberapa helai anak rambut yang menempel di wajahnya. Kimberly mengenakan gaun tidurnya berwarna putih, gadis itu hanya menopang dagunya dan masih terdiam melihat langit di antara keramaian teman-teman panti asuhannya yang tengah bermain, belajar dan beberapa di antara mereka sudah tertidur. Bibir mungil merah muda Kimberly sedikit terbuka hanya untuk membuang napasnya dalam-dalam. Tanpa sengaja, Kimberly melihat sebuah mobil mewah yang datang kembali ke panti asuhan di malam hari. Untuk yang kedua kalinya mobil itu ke panti asuhan setelah beberapa hari yang lalu. Perhatian Kimberly teralihkan pada sebuah butik yang keberadaannya
“Saya mengizinkannya. Namun ada sesuatu yang harus Anda ketahui sebelum Anda menemuinya.” Kimberly yang mengintip dan melihat percakapan yang terjadi kini sedikit gemetar. Samar dia penasaran ingin melihat pria yang bisa di pastikan bahwa dia adalah ayahnya, namun pria itu tetap memunggungi pintu. “Kimberly sangat berharga untuk kami. Dia adalah anak yang sangat cerdas, ceria, pemberani dan berwawasan, meskipun usianya masih Sembilan tahun, namun cara berpikirnya sudah cukup dewasa. Meskipun begitu, Kimberly tetaplah anak kecil yang polos. Dia sering menagis setiap kali ada keluarga yang ingin mengadopsinya, Kimberly selalu menolak dan tidak ingin pergi ke manapun, karena dia percaya bahwa suatu saat nanti kedua orang tuanya akan datang menjemputnya. Tolong, temui Kimberly sebagai orang biasa. Jika Anda tidak bisa membawanya. Jangan memperkenalkan diri Anda sebagai ayahnya, jangan merusak mimpi dan harapan Kimberly, saya tidak akan mengizinkan Kimberly menjatuhkan sedikitpun air mat
Kesalahan apa lagi yang telah dia perbuat hingga membuat seseorang melakukan hal ini kepadanya?. Beberapa kali Winter harus mengatur napas dan mengontrol emosinya. Perlakuan buruk di depan umum dan menjadi sebuah tontonan menyenangkan bagi semua orang membangkitkan ingatan buruk pada Winter mengenai masa lalunya ketika menjadi Kimberly. Ini tidak seberapa.. Hal-hal mengerikan yang pernah terjadi kepada Kimberly sepuluh kali lipat lebih kejam dari ini. Winter mengacungkan jari tengahnya di hadapan anak-anak yang sudah mengguyurnya. “Pecundang” sindir Winter dengan kata yang cukup keras. Dengan tubuh basah kuyup dan bau, Winter pergi melanjutkan pejalanannya tidak mempedulikan tatapan dan cemoohan kecil banyak orang kepadanya. Winter harus segera sampai ke kelasnya untuk melihat pertunjukan apalagi yang di lakukan para pecundang kecil dalam membullynya. Keadaan Winter mencuri perhatian semua orang, tidak jarang dia mendengar banyak celaan dari mulut beberapa gadis saat melihatnya
Butuh enam jam, butuh selama itu untuk menemukan siapa yang sudah menyiram Winter dari tangga, pelakunya dua orang gadis dan satu orang anak laki-laki. Sisanya, ada lebih dari sepuluh orang anak yang berjajar tertangkap karena mereka yang menyimpan banyak pesan di meja dan loker Winter, di tambah lagi ada lebih dari lima orang anak tertangkap karena mereka sudah meninggalkan komentar kebencian dan provokasi. Anak-anak itu tertunduk tanpa nyali di dampingi orang tua mereka yang terlihat tidak bisa berkata apapun atas apa yang di lakukan anak mereka. Mereka membawa pengacara masing-masing untuk menjadi juru bicara. Kirin International High School adalah sekolah elit, hampir semua murid yang bersekolah adalah anak-anak yang berkecukupan karena itu mereka masih berani mengangkat wajah mereka dan di damping oleh pengacara mereka. Winter duduk di antara Vincent dan lebih dari sepuluh pengacara top di negara yang mendampinginya. Reaksi berlebihan Vincent cukup menyenangkan untuk Winter
Jenita mengetuk meja meminta semua orang untuk tenang, Jenita harus berdiskusi dengan beberapa orang dan membicarakan keputusan yang terbaik. Anak-anak yang berada di hadapan Winter menangis dan memohon-mohon di penuhi oleh ketakutan yang kuat karena kedua pilihan yang di inginkan Winter sama sekali tidak ada yang menguntungkan. Diskusi di antara Jenita dan para petinggi berjalan lebih dari sepuluh menit, tidak berapa lama Jenita kembali duduk dengan tegak di kursinya untuk memberitahukan keputusan sekolah. “Apa yang sudah di sikusikan. Masalah ini akan saya pastikan tidak akan pernah terjadi lagi kepada siapapun lagi ke depannya. Untuk melindungi korban, dan menyelamatkan masa depan pelaku yang masih muda dan masih membutuhkan bimbingan pendidikan. Dengan ini saya memutuskan, saya akan mengeluarkan mereka dari sekolah, hari ini juga dan menerima syarat evaluasi ulang mengenai sekolah,” putus Jenita seraya mengetuk palu mengakhiri masalah yang ada. Vincent langsung memeluk Winter