Semoga suka˙˚ʚ(´◡`)ɞ˚˙
Bella tau, kemungkinan besar Regan akan menangkapnya lagi, tapi Bella tak perduli. Ia ingin lepas, sungguh! Malam itu hujan, ada petir dan badai. Bella merasakan dilema, apakah ia pergi malam ini atau tidak? Namun, justru keadaan chaos ini akan membuat sistem informasi untuk melacaknya lebih sulit dilakukan. Jadi, justru hujan badai malam ini adalah anugrah baginya. Ia sudah menitipkan barang-barangnya di apartemen Kelly--orang yang paling dekat dengannya. Tadi siang, ia minta bantuan ketiga sahabatnya untuk membawa masing-masing satu Totebag yang isinya barang-barang penting. Ia sendiri membawa satu tas yang ukurannya sedang. Ia tak memberitahu Bi Yeyen karena takut Bi Yeyen merasa terancam. Ia juga sudah punya planning ABC sampai Z yang tidak diketahui siapapun bahkan sahabatnya sendiri. Sementara itu, ia sudah membeli HP jadul dan memindahkan semua data miliknya ke drive. Setelah ia menonaktifkan semua barang elektroniknya, ia lalu meninggalkannya di apartemen. Bi Yeye
Di jalanan yang lumayan lengang--jam 1 dini hari. Regan memukul setirnya sampai klaksonnya berbunyi. Situasi ini sangat membuatnya kualahan. Secara fakta, media sosial memang belum stabil, tapi Regan sudah menyelesaikannya. Timnya sudah melaporkan bahwa mereka menemukan pelakunya. Namun, masalah terbesarnya bukan itu, tapi posisi Bella dan nama Danendra yang ia miliki. Perdebatannya dengan sang ibu tentu tidak menghasilkan solusi. Ibunya yang ambisius itu memintanya mengambil jalur untuk 'mendua'. Pilihan itu seperti jurang dan merugikan pihak Yola dan Bella. Solusi yang ditawarkan Ibunya; ia bisa menikah dengan Yola di depan publik, tapi ia juga memiliki Bella di sisinya. Lalu seumur hidupnya, ia akan menyakiti hati dua wanita sekaligus. Regan tentu tidak bisa mengambil solusi berbahaya itu. Namun di sisi lain, ia juga tak siap melepaskan segalanya untuk Bella seorang. Ia merasa perasaannya pada Bella belum sampai di titik itu. . Sampai di apartemen Bella, Regan langsung
Malam itu, ketika Regan dan Bella pulang ke apartemen. Di sana Regan mencoba mengungkit apa yang bisa ia berikan pada Bella termasuk membiayai sekolah adiknya sampai mereka bisa lulus. Jika Bella mengakhirinya selama kurang dari dua bulan itu. Bisa jadi tiga adik Bella akan mendapatkan biaya sampai lulus SMA dari Regan bahkan bisa kuliah. Syaratnya adalah Bella harus memperpanjang kontrak dengannya selama 5 tahun. Tentu, Bella pun menolak. Ia bilang, ia akan berusaha sendiri, menjalani hidup dan membiaya adik-adiknya dengan tenaganya sendiri. Namun, Regan tentu tidak akan membuatnya mudah. Ia menawarkan lagi perjanjian dua tahun. Bella menolak lagi, tapi Regan langsung mengancamnya. Kalau Bella tidak menandatangani perjanjian dua tahun itu, ia akan membuat hidup Bella seperti neraka. Awalnya Bella masih berusaha menolak dan bertekad bisa menjalaninya, tapi Regan justru menggunakan cara jahat, dengan mengancam akan mencabut biaya kuliah Bella yang hanya kurang dari dua semester i
Di mobil sport mewah itu, Bella merasa khawatir. Akan dibawa kemana dirinya oleh Sheryl. Kali ini, Sheryl tidak kebut-kebutan. Ia menyetir dengan santai dan stabil. Ia sendiri merasa tak nyaman karena suasananya terlalu diam. "Jadi, kita mau ke mana?" "Nemuin seseorang yang mau ketemu lo," jawab Sheryl. "Siapa?" tanya Bella. "Aku gak ada janji sama orang." "Emang gak janjian. Dia pingin ketemu lo. Maminya Om Regan, Tante gue." Deg! "Sheryl, lebih baik gak usah." "Gak usah khawatir, lo gak mungkin dibunuh kok." "Aku lebih baik mati daripada harus ngadepin dia," gumam Bella. Sheryl samar-samar mendengar, meski ia bersimpati, tapi ia tak bisa melakukan lebih. . Di sebuah Rumah mewah lantai 3 dengan eksterior Mewah seperti Kastil Tua di Eropa--versi modern dan lebih terang. Sheryl memarkirkan mobilnya di sana, lalu mereka berdua keluar untuk kemudian masuk lewat pintu utama rumah mewah itu. Bella menelan ludah saat memasuki rumah mewah bergaya Eropa itu. Dinding-
Bella terdiam di balkon kamar, mengamati pemandangan pusat kota di kejauhsn sana. Suara misterius dari penelpon tak dikenal itu masih menghantui pikirannya. Meski Regan sudah membantah dan memberi somasi pada penyebar berita itu, ia masih belum tenang. Perempuan itu jelas merupakan orang yang tau aslinya Bella dan Regan. Kecemasan Bella bertambah saat Regan bilang ia tidak bisa ke apartemennya hari ini. Itu melegakan tapi juga bencana di situasi ini. Sejak tadi, Bella sudah menahan diri untuk tidak membuka media sosialnya tapi ia sudah tak bisa menahan diri. Ia ingin melihat opini publik secara langsung. Baru saja ia membuka media sosialnya, akunnya sudah banyak dibahas. Banyak yang masih tidak percaya dengan ucapan Regan. Bahkan masih memandangnya dengan pandangan paling rendah di dunia ini. Apakah ia perlu klarifikasi juga? Tidak. Semakin mereka berbohong, akan banyak kebohongan lainnya. Lagipula kalau ia salah langkah, nanti Regan akan kerepotan lagi. Ia ingin sekali me
Sore harinya, Bella baru keluar dari perpustakaan saat ponselnya berdering. Nama Regan muncul di layar. Ia menjawab dengan suara rendah. “Halo?” “Kamu di mana?” “Baru selesai kuliah. Mau langsung pulang.” “Jangan pulang dulu. Kita ketemu. Sekarang.” Nada Regan datar, tapi Bella tahu itu bukan nada biasa. Sesuatu sedang terjadi. Di dalam mobil, suasana hening. Bella duduk dengan tangan di pangkuan, menatap Regan yang menyetir tanpa suara. Udara di antara mereka tegang. Akhirnya, Regan bicara. “Kamu liat media sosial?” Bella menggeleng. “Aku belum buka medsos, langsung ngerjain tugas sejak Kelas selesai. Kenapa?” Regan mengarahkan ponsel ke Bella. Ia melihat layar itu dengan mata membulat. Nafasnya tercekat membaca caption yang menyudutkannya. “Oh my God… Ini...” “Ada yang sengaja nyebar ini,” ujar Regan pelan tapi tajam. “Dan mereka tahu kamu dulu dijual ke diskotik. Mereka tahu kamu Sugar Baby-ku.” Bella tak bisa berkata apa-apa. Tangannya gemetar. Kepalanya