Share

Bab 8 Ada Apa Dengan Ku?

Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah.

Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi.

"Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati.

Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi.

"Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita.

Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali muncul.

"Akh, sial. Kenapa bayangan wajahnya yang menggoda itu muncul lagi di kepalaku," Daren berdecak kesal, lelaki itu berusaha menepis pemikiran yang selalu menganggu dirinya.

Tok...tok..

Seketika Daren terbuyar, dan segera menyuruh seseorang yang datang segera masuk. Rudi yang sudah berdiri cukup lama di depan pintu. Kini ia segera masuk setelah mendapatkan ijin dari tuannya.

Pintu terbuka dan tertutup kembali secara otomatis setelah Rudi masuk ke dalam ruangan, Daren yang sudah tak sabar ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya malam itu. Dengan cepatnya mencecar beberapa pertanyaan pada asisten sekaligus supir pribadinya itu.

"Rudi! bagaimana kau sudah menemukan siapa orang yang sudah berani ingin menjebak ku dan apakah kau sudah menyeret orangnya ke sini?" cecar Daren tak sabar.

Pria berpakaian serba hitam itu menghela nafas panjang terlebih dahulu, lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya dengan penuh penyesalan dan rasa sedikit takut.

"Sudah tuan, sepertinya pelayan yang sengaja mencampurkan obat perangsang pada wine anda malam itu adalah orang suruhan, dan baru saja kami akan membawa dia kehadapan anda, tiba-tiba saja pelayan itu sudah di temukan mati di apartemennya secara mengenaskan," Jelas Rudi dengan alasannya, sembari membungkukan badan.

Daren terkejut, sampai dia beranjak dari kursi dan menggebrak meja. Karena kesal dan marah.

"Mati kau bilang? kau ini terlalu lambat untuk mencarinya Rudi. Sungguh mengecewakan!" Hardik Daren dengan emosi yang meluap-luap.

Rudi tersontak, dia sudah menduga jika sang bos akan kecewa dan marah karena telah gagal melakukan perintahnya, tapi Rudi juga berusaha untuk memberanikan diri mengungkapkan pendapatnya.

"Menurut saya tuan, sepertinya ada seseorang di balik kematian pelayan itu, bisa saja dia tidak mau jika pelayan itu sampai membuka mulut pada orang lain. Dan satu lagi tuan, setelah saya menyelidiki CCTV di pesta dan di hotel Anna sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden ini," ucap Rudi menjelaskan.

Daren terdiam, apa yang di katakan oleh asisten kepercayaan dia ada benarnya. Dan dia juga tidak menyangka ternyata selama ini sudah salah menilai orang.

"Kau yakin jika Anna benar-benar tidak ada hubungan semua ini?" Daren memastikan.

"iya tuan, ini rekaman CCTV malam itu, anda boleh melihat ulang. Malam itu kebetulan ponsel saya lobet dan tidak bisa di hubungi," Rudi memberikan sebuah penjelasan.

Karena begitu penasaran, Daren mengambil flashdisk di tangan Rudi. Dan ingin membuktikan jika memang benar Anna tidak ada hubungannya dengan insiden dengan mata dan kepalanya sendiri.

Anna yang masih berjalan di menyusuri lobi kantor, lagi-lagi ia mengusap lembut wajah cantiknya. "Anna! kenapa kamu ceroboh sekali, sekarang malah lebih tambah malu lagi, pasti tuan Daren berpikiran negatif lagi padamu," batin Anna merutuki diri sendiri, sambil berjalan tanpa terasa sudah sampai di ruangan CEO..

Tangan Anna gemetar, saat akan meraih dan memegang gagang pintu. Namun Daren di dalam sana yang sudah melihat akan ada seseorang masuk. Membuat lelaki berparas tampan itu pun segera menyuruh asistennya untuk kembali.

"Aku akan melihatnya sendiri nanti, kau boleh kembali bekerja Rudi," Perintah telak Daren.

"Baik tuan," Rudi membungkukkan badan, lalu segera pergi dari sana. Kebetulan dia tak sengaja berpapasan dengan Anna.

Daren segera menyimpan flashdisk itu, karena dia ingin tahu apakah benar atau tidak yang di bilang oleh Rudi. Jika Anna bukanlah bagian dari orang-orang yang menargetkan kehancuran reputasinya sebagai pengusaha yang terkaya, yang mempunyai power besar dan berpengaruh di seluruh kota.

Anna yang baru masuk, terlihat begitu canggung dengan langkah yang pelan. Ia berjalan dengan langkah pelan menghampiri sang bos.

"Tu-tuan, ini baju ganti anda," Anna menyodorkan satu stel baju tuxedo hitam pada Daren seraya memalingkan wajah ke samping, karena tidak berani untuk menatap.

Melihat Anna yang terlihat malu, membuat Daren tertawa kecil. Bahkan dengan sengaja lagi-lagi Daren menyindir. "Anna, aku tidak menyangka ternyata kamu lumayan pintar juga ya dalam menggoda pria, buktinya kamu tadi..."

Belum sempat Daren menuntaskan perkataannya, Anna yang sudah di buat kesal, lebih dulu menjelaskan. Bahkan Anna juga memberanikan diri untuk mengatakan permintaannya.

"Cukup tuan, sudah aku bilang. Aku minta maaf karena tadi tidak sengaja. Dan satu lagi aku tidak ingin menggoda anda. Lebih baik aku di pindahkan ruangan saja tuan, biar tidak ada kesalahan pahaman lagi," celetuk Anna menahan kekesalan.

Daren terdiam, saat mendengar permintaan Anna. Malah senyuman cibiran di wajah tampan penuh kharismatik-nya itu perlahan mulai memudar.

"Kamu! di sini aku bosnya. Kau tidak mempunyai kualifikasi untuk mengatur atur mengungkapkan permintaan itu Anna, kembali bekerja. Aku akan ganti baju setelah itu kita pergi meeting dengan Tuan Arson," Daren mengambil baju gantinya dari tangan Anna, lalu ia memasuki sebuah ruangan istirahat rahasia yang ada di dalam ruangan kerjanya itu.

Anna yang masih bergeming, hanya menggelengkan kepala dan tak habis pikir.

"Dasar pria aneh, aku sudah mengusulkan agar dia tidak menuduhku terus. Malah dia yang marah," umpat Anna dalam hati, yang kembali ke meja ingin menyiapkan beberapa hal yang akan dia sampaikan di meeting nanti.

Daren yang tengah mengganti pakaiannya, ia terus merenung dan mengingat permintaan Anna barusan. Yang seharunya dia senang saat sekertarisnya meminta pisah ruang kerja.

"Aneh, ada apa denganku? harusnya aku menyetujui permintaannya. Tapi aku masih ingin memastikan sendiri apakah Anna benar-benar tidak ada hubungan dengan orang yang ingin menghancurkan reputasiku," tegas Daren meyakinkan dirinya.

Saat Anna masih bersiap, untuk pergi meeting bersama Daren. Tiba-tiba saja satu panggilan telpon masuk.

Drrrttt...

Melihat nomor resmi sebuah rumah sakit yang masuk, dengan cepatnya Anna meraih dan mengusap layar ponsel miliknya lalu menjawab panggilan itu dan...

"Benarkah itu suster? ibu sudah sadar?" tanya Anna memastikan dengan perasaan yang sangat senang.

"Iya nona Anna, kami hanya ingin memberitahukan jika ibu nona Ratih, terus memanggil nona," jelas sang suster.

Setelah panggilan itu terputus, Anna terdiam, ia sangat bahagia karena akhirnya ibu yang sangat dia sayangi berhasil melewati masa kritisnya. Namun di sisi lain. Anna berasa bingung. Karena pasti sang ibu akan bertanya dari mana dirinya mendapatkan uang banyak untuk biaya operasi.

"Aku harus berkata apa nanti jika ibu bertanya," lirih Anna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status