Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah.
Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi."Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati.Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi."Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita.Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali muncul."Akh, sial. Kenapa bayangan wajahnya yang menggoda itu muncul lagi di kepalaku," Daren berdecak kesal, lelaki itu berusaha menepis pemikiran yang selalu menganggu dirinya.Tok...tok..Seketika Daren terbuyar, dan segera menyuruh seseorang yang datang segera masuk. Rudi yang sudah berdiri cukup lama di depan pintu. Kini ia segera masuk setelah mendapatkan ijin dari tuannya.Pintu terbuka dan tertutup kembali secara otomatis setelah Rudi masuk ke dalam ruangan, Daren yang sudah tak sabar ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya malam itu. Dengan cepatnya mencecar beberapa pertanyaan pada asisten sekaligus supir pribadinya itu."Rudi! bagaimana kau sudah menemukan siapa orang yang sudah berani ingin menjebak ku dan apakah kau sudah menyeret orangnya ke sini?" cecar Daren tak sabar.Pria berpakaian serba hitam itu menghela nafas panjang terlebih dahulu, lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya dengan penuh penyesalan dan rasa sedikit takut."Sudah tuan, sepertinya pelayan yang sengaja mencampurkan obat perangsang pada wine anda malam itu adalah orang suruhan, dan baru saja kami akan membawa dia kehadapan anda, tiba-tiba saja pelayan itu sudah di temukan mati di apartemennya secara mengenaskan," Jelas Rudi dengan alasannya, sembari membungkukan badan.Daren terkejut, sampai dia beranjak dari kursi dan menggebrak meja. Karena kesal dan marah."Mati kau bilang? kau ini terlalu lambat untuk mencarinya Rudi. Sungguh mengecewakan!" Hardik Daren dengan emosi yang meluap-luap.Rudi tersontak, dia sudah menduga jika sang bos akan kecewa dan marah karena telah gagal melakukan perintahnya, tapi Rudi juga berusaha untuk memberanikan diri mengungkapkan pendapatnya."Menurut saya tuan, sepertinya ada seseorang di balik kematian pelayan itu, bisa saja dia tidak mau jika pelayan itu sampai membuka mulut pada orang lain. Dan satu lagi tuan, setelah saya menyelidiki CCTV di pesta dan di hotel Anna sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden ini," ucap Rudi menjelaskan.Daren terdiam, apa yang di katakan oleh asisten kepercayaan dia ada benarnya. Dan dia juga tidak menyangka ternyata selama ini sudah salah menilai orang."Kau yakin jika Anna benar-benar tidak ada hubungan semua ini?" Daren memastikan."iya tuan, ini rekaman CCTV malam itu, anda boleh melihat ulang. Malam itu kebetulan ponsel saya lobet dan tidak bisa di hubungi," Rudi memberikan sebuah penjelasan.Karena begitu penasaran, Daren mengambil flashdisk di tangan Rudi. Dan ingin membuktikan jika memang benar Anna tidak ada hubungannya dengan insiden dengan mata dan kepalanya sendiri.Anna yang masih berjalan di menyusuri lobi kantor, lagi-lagi ia mengusap lembut wajah cantiknya. "Anna! kenapa kamu ceroboh sekali, sekarang malah lebih tambah malu lagi, pasti tuan Daren berpikiran negatif lagi padamu," batin Anna merutuki diri sendiri, sambil berjalan tanpa terasa sudah sampai di ruangan CEO..Tangan Anna gemetar, saat akan meraih dan memegang gagang pintu. Namun Daren di dalam sana yang sudah melihat akan ada seseorang masuk. Membuat lelaki berparas tampan itu pun segera menyuruh asistennya untuk kembali."Aku akan melihatnya sendiri nanti, kau boleh kembali bekerja Rudi," Perintah telak Daren."Baik tuan," Rudi membungkukkan badan, lalu segera pergi dari sana. Kebetulan dia tak sengaja berpapasan dengan Anna.Daren segera menyimpan flashdisk itu, karena dia ingin tahu apakah benar atau tidak yang di bilang oleh Rudi. Jika Anna bukanlah bagian dari orang-orang yang menargetkan kehancuran reputasinya sebagai pengusaha yang terkaya, yang mempunyai power besar dan berpengaruh di seluruh kota.Anna yang baru masuk, terlihat begitu canggung dengan langkah yang pelan. Ia berjalan dengan langkah pelan menghampiri sang bos."Tu-tuan, ini baju ganti anda," Anna menyodorkan satu stel baju tuxedo hitam pada Daren seraya memalingkan wajah ke samping, karena tidak berani untuk menatap.Melihat Anna yang terlihat malu, membuat Daren tertawa kecil. Bahkan dengan sengaja lagi-lagi Daren menyindir. "Anna, aku tidak menyangka ternyata kamu lumayan pintar juga ya dalam menggoda pria, buktinya kamu tadi..."Belum sempat Daren menuntaskan perkataannya, Anna yang sudah di buat kesal, lebih dulu menjelaskan. Bahkan Anna juga memberanikan diri untuk mengatakan permintaannya."Cukup tuan, sudah aku bilang. Aku minta maaf karena tadi tidak sengaja. Dan satu lagi aku tidak ingin menggoda anda. Lebih baik aku di pindahkan ruangan saja tuan, biar tidak ada kesalahan pahaman lagi," celetuk Anna menahan kekesalan.Daren terdiam, saat mendengar permintaan Anna. Malah senyuman cibiran di wajah tampan penuh kharismatik-nya itu perlahan mulai memudar."Kamu! di sini aku bosnya. Kau tidak mempunyai kualifikasi untuk mengatur atur mengungkapkan permintaan itu Anna, kembali bekerja. Aku akan ganti baju setelah itu kita pergi meeting dengan Tuan Arson," Daren mengambil baju gantinya dari tangan Anna, lalu ia memasuki sebuah ruangan istirahat rahasia yang ada di dalam ruangan kerjanya itu.Anna yang masih bergeming, hanya menggelengkan kepala dan tak habis pikir."Dasar pria aneh, aku sudah mengusulkan agar dia tidak menuduhku terus. Malah dia yang marah," umpat Anna dalam hati, yang kembali ke meja ingin menyiapkan beberapa hal yang akan dia sampaikan di meeting nanti.Daren yang tengah mengganti pakaiannya, ia terus merenung dan mengingat permintaan Anna barusan. Yang seharunya dia senang saat sekertarisnya meminta pisah ruang kerja."Aneh, ada apa denganku? harusnya aku menyetujui permintaannya. Tapi aku masih ingin memastikan sendiri apakah Anna benar-benar tidak ada hubungan dengan orang yang ingin menghancurkan reputasiku," tegas Daren meyakinkan dirinya.Saat Anna masih bersiap, untuk pergi meeting bersama Daren. Tiba-tiba saja satu panggilan telpon masuk.Drrrttt...Melihat nomor resmi sebuah rumah sakit yang masuk, dengan cepatnya Anna meraih dan mengusap layar ponsel miliknya lalu menjawab panggilan itu dan..."Benarkah itu suster? ibu sudah sadar?" tanya Anna memastikan dengan perasaan yang sangat senang."Iya nona Anna, kami hanya ingin memberitahukan jika ibu nona Ratih, terus memanggil nona," jelas sang suster.Setelah panggilan itu terputus, Anna terdiam, ia sangat bahagia karena akhirnya ibu yang sangat dia sayangi berhasil melewati masa kritisnya. Namun di sisi lain. Anna berasa bingung. Karena pasti sang ibu akan bertanya dari mana dirinya mendapatkan uang banyak untuk biaya operasi."Aku harus berkata apa nanti jika ibu bertanya," lirih Anna.Anna yang masih duduk termenung, rasanya ia ingin segera pergi menjenguk ibunya yang sudah sadar, tapi di lain sisi wanita cantik itu masih bingung mencari alasan tentang uang biaya operasi dan rumah sakitnya. Daren yang baru selesai ganti baju dan baru keluar dari ruang pribadinya, membuat Anna terkejut. "Sudah waktunya kita pergi menemui tuan Arson, kamu sudah siap Anna? jangan lupa kamu harus benar-benar mempresentasikannya," Daren tak bosan untuk terus mengingatkan. Anna mengangguk patuh, lalu memberanikan diri untuk meminta ijin. Meskipun sebenarnya dia ragu. "Tu-tuan sebelumnya saya ingin meminta ijin untuk pulang lebih awal, karena hari ini ibuku sudah siuman setelah melakukan operasi," ungkap Anna dengan permintaannya. Daren terdiam, saat mendengar perkataan Anna yang terlihat sangat serius. Membuat hatinya merasa tidak tega. Tapi Daren sebagai pebisnis pantang merugi dan tetap ingin Anna bersikap profesional dalam pekerjaannya. "Kau boleh pulang setelah menemani aku meet
Disepanjang perjalanan menuju resto yang sudah di sepakati, sesuai permintaan bosnya. Anna menjelaskan beberapa materi di depan Daren, sebelum pada para klien. Dengan penuh keseriusan Anna terlihat begitu memahami beberapa point yang sudah ia tuliskan dalam sebuah materi proyek, Daren yang terkesima hanya menatap kagum. "Bagaimana, apa semua yang aku jelaskan sudah sesuai yang tuan tentukan?" tanya Anna seraya membereskan semua semua file yang ada di tangannya. Daren seketika kembali fokus, dan kembali duduk tegap. Lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Anna, dengan mode wajah seriusnya. "Hm, lumayan. Cara penyampaimu sangat mudah untuk di pahami tapi..." Daren menjeda perkataannya sejenak. . Kening Anna berkerut dan merasa heran, entah apa lagi yang masih kurang padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin, dengan cara kinerjanya. "Memangnya tapi kenapa tuan?" tanya Anna penasaran. Berharap jika pria yang ada di depannya tidak membuat dirinya kesal lagi. Tanpa ragu Dar
Beberapa jam kemudian, semua para klien Daren bertepuk tangan, setelah Anna menjelaskan semua proposal properti, dari bahan mentah yang terjamin beserta beberapa ketentuan sesuai kontrak yang telah di tetapkan oleh bosnya. Prok...Prok...Suara tepuk tangan menggema di sebuah ruangan VIP resto ruangan resto terbesar di kota itu. Para pria berdasi itu menatap kagum dengan cara penyampaian Anna yang sungguh menakjubkan dan berhasil mengambil keyakinan mereka untuk menjadi mitra dengan inves yang lebih besar. "Wah, nona Anna selain cantik ternyata cukup cerdas juga tuan Daren anda sangat beruntung bisa memiliki sekertaris cantik dan kompeten," sanjung para rekan Daren. Anna hanya membungkukan badan seraya memancarkan senyum manisnya, saat para pengusaha itu memuji dirinya. "Hmm, iya begitulah. Lumayan," balas Daren, jauh dari lubuk hati dirinya juga tak bisa memungkiri jika Anna memanglah sekertaris yang sejalan dengan dirinya, bahkan bisa di andalkan. Tapi pria tampan yang memiliki si
"Tuan, bukankah aku tadi sudah bilang jika aku hanya ingin ke toilet. Dan mengenai tuan tedy tadi hanya tidak sengaja berpapasan lalu dia bertanya, hanya itu saja," Anna berusaha membela diri. Namun Daren seolah tidak peduli dengan penjelasan yang di katakan oleh Anna. Malah lelaki tampan itu meraih dan mencengkram erat pergelangan tangan sekertarisnya itu dan membawanya ke arah parkiran lalu menyuruh masuk ke dalam mobil dengan sedikit kasar. "Cepat masuk!" Titah Daren dengan nada tinggi dan penuh penekanan. "Tapi tuan, kita kan sedang meeting bersa..." belum tuntas Anna mengatakan kata-katanya. Daren lebih dulu memberitahukan jika meetingnya dan tuan Arson sudah selesai. Hal itu pun membuat Anna sedikit heran, karena bisa-bisanya Daren pergi begitu saja. Ketika Anna di rundung kebingungannya Rudi yang baru keluar dari resto tiba-tiba datang menghampiri mereka. "Tuan, ini kontrak kerja samanya sudah di tanda tangani oleh tuan Arson," ujar Rudi sembari menyodorkan sebuah map cok
Tepat jam empat sore, akhirnya Anna sampai di ruangan rawat sang ibu yang sangat dia sayangi. Bu Ratih yang masih terbaring lemah di atas brankar. Perlahan mulai membuka kedua pelupuk matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Melihat putri kesayangan yang sudah ia cari-cari dari tadi. Membuat keduanya menangis haru. Apa lagi Anna yang begitu bahagia saat melihat orang yang dia sayangi akhirnya bisa melewati masa kritisnya. "Anna!" panggil Bu Ratih dengan nada rendah yang hampir tak terdengar. "Ibu," Anna berjalan menghampiri, lalu memeluk ibunya dengan sangat erat dan pelan. keduanya mengeluarkan air mata bahagia dan haru. Meskipun Anna harus merendahkan diri mendapatkan uang itu dari bosnya, tapi sejenak rasa sakit itu terobati saat melihat ibunya yang perlahan keadaannya mulai membaik. "Putri ibu, kenapa kamu jadi kurusan nak? pasti ini semua karena ibu yang telah banyak merepotkanmu?" lirih Bu Ratih mencecar beberapa pertanyaan pada putri semata wayangnya itu. Anna menggele
Daren terkejut, saat dia melihat video cctv di lobi hotel, di mana Anna berusaha keras memapah dirinya dengan sekuat tenaga, dan terlihat sesekali berusaha menelpon seseorang. Tapi terlihat tidak bisa. "Apa benar semua ini tidak ada hubungan dengan dia? jika bukan apa aku telah salah paham padanya?" Daren bertanya-tanya dalam hati sembari merenung. Tak ingin menebak-nebak, Daren tetap pada pendiriannya sebelum Rudi menemukan orangnya, ia harus tetap waspada walaupun pada seorang wanita. "Sebaiknya aku tidak boleh menyimpulkan sendiri, sebelum orangnya di temukan." Daren menghela nafas kasar, tapi mengingat ada noda darah di atas sprei, membuat dia baru sadar bahwa mungkin Anna baru melakukan hal itu pertama kali dengan dia, pikirnya. Tak ingin merasa bersalah, dengan cepat Daren melonggarkan dasi dan melepaskan jasnya lalu melempar ke sembarang arah. Baru saja lelaki tampan itu berjalan ke arah kamar mandi, tiba-tiba saja terdengar beberapa pesan yang masuk ke dalam pesannya. Meli
Dua hari kemudian, Daren yang sudah berpenampilan rapih dengan stelan kantor. Dengan langkah, lebar pria tampan itu mulai menuruni tangga dan berjalan ke meja makan dengan berat hati. Saat ayah dan ibunya sudah duduk menunggu, mereka yang sengaja ingin makan bersama dengan moment langka berharap apa yang akan di sampaikan membuat Daren patuh. "Daren! semalam tadi kamu sudah pergi kemana saja? pulang-pulang mabuk lagi, memangnya apa yang sedang kamu pikirkan sampai meminum segala?" Cecar nyonya Hilda menatap penuh selidik pada putranya, dengan perasaan yang berusaha menahan kemarahan. Daren yang baru saja duduk, lagi-lagi dia sambut dengan beberapa pertanyaan yang begitu sulit dan malas untuk dia jawab. Tapi sebagai seorang anak, dia harus tetap menjaga attitude-nya. "Hanya pergi mencari angin saja," jawab Daren singkat yang perlahan mulai mencicipi sarapan pagi yang sudah di siapkan oleh para pelayan di rumah mewahnya. Nyonya Hilda dan tuan Pratama saling menatap, saat melihat si
"Mau dia atau bukan, kenapa aku harus peduli," Anna menggelengkan kepala, lalu melanjutkan langkahnya untuk mengurus administrasi sebelum membawa ibunya pulang. Daren yang di ikuti oleh Rudi kedatangan mereka di sambut hangat oleh kepala rumah sakit dengan penuh hormat dan beberapa tenaga medis lainnya. "Tuan Daren, senang sekali akhirnya anda sudah sampai," sapa pria paruh baya sembari membungkukan badan. Daren hanya berdehem, tak berselang lama mereka berjalan menuju ke ruang tamu yang berada di lantai dua. Namun Rudi yang tak sengaja melihat Anna yang sedang berdiri di ruangan resepsionis. Membuat dia segera memberitahukan sang bos. "Tuan, ternyata nona Anna ada di sini juga," ucap Rudi dengan nada rendah.Langkah Daren terhenti sejenak, lalu ia menoleh dan kebetulan benar melihat Anna yang sedang berbicara serius dengan kedua suster seraya menandatangani beberapa berkas. "Anna!"Melihat Daren yang tiba-tiba saja berhenti, membuat kepala rumah sakit itu sedikit terheran. Dan m