Drt!
Drt!Ponsel Steve terus saja bergetar tanpa henti. Steve yang tertidur karena sakit di kepalanya, akhirnya tersentak dan langsung melihat ponselnya.
Tangguh
Keningnya berkerut saat nama Tangguh yang muncul di sana. Steve melihat jam di ponsel yang baru pukul sebelas malam, tandanya baru satu jam ia tertidur.
"Halo, Guh, ada apa?"
"Pak, tampaknya ada sedikit masalah dengan Rucita, apa saya boleh kembali ke Garut malam ini?"
"Mmm ... kamu di mana sekarang? Naik travel saja biar cepat sampai. Kamu pulang ke rumah dulu, saya akan carikan mobil."
"Terima kasih, Pak, saya sudah di jalan pulang."
Tangguh memutus sambungan teleponnya, lalu dengan cepat memakai pakaiannya kembali. Tujuannya belum lagi sampai, tetapi masalah Rucita membuatnya tidak bisa meneruskan yang tertunda.
"Bagaimana, Guh? Kamu jadi kembali ke Garut?" tanya Linda khawatir.
"Iya, Sayang, tapi Pak Steve meminta saya seg
Ponsel Tangguh masih belum bisa dihubungi, sedangkan warga sudah banyak yang berkumpul di rumah Tangguh untuk menyaksikan Rucita yang dinikahkan dengan Steve. Mau tidak mau, rela tidak rela, Rucita pasrah dinikahi Steve walau harus jadi istri kedua. Ditambah lagi kekecewaannya pada Arnan, membuat Rucita tidak ingin pikir panjang. Biarlah ia malu saat ini, asal ada pria yang menikahinya dengan benar."Ke mana Tangguh, tidak bisa dihubungi?" gumam Paman Gun resah."Diwakilkan oleh Pak Gun saja. Bukannya Pak Gun saudara dari ayah Tangguh?" kata Steve memberikan masukan. Pria dewasa yang bernama Gun itu akhirnya mengangguk setuju. Seorang ustadz dipanggil untuk menikahkan Steve dan Rucita secara agama. Diwakilkan Paman Gun dan bertindak sebagai saksi adalah RT dan sepupu dari paman Rucita.Gadis itu menunduk malu. Sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya yang kini menjadi pusat perhatian orang banyak. Malu sekaligus berdebar.Steve
Sudah dua malam Linda tidak bisa menghubungi Tangguh. Ponselnya tidak aktif sejak dua jam ia pulang ke rumah Steve. Linda yang tengah dilanda kebingungan akhirnya memilih pulang dan juga tidak menemukan Steve di rumahnya.Wanita itu mengecek lemari pakaian dan ia tidak menemukan tas ransel yang biasa digunakan suaminya untuk bepergian. Beberapa helai baju kaus yang sudah di-laundry dan celana pendek serta celana jeans Steve tidak ada di dalam lemari. Ke mana suaminya?Linda pun menelepon Steve malam itu, tetapi nomor suaminya tidak aktif. Dia kembali uring-uringan karena tidak ada satu pun lelaki di rumahnya yang bisa ia hubungi.Pa, kamu ke mana? Kamu nginep di mana?SendLinda mengirimkan pesan pada suaminya. Steve biasa mematikan ponsel saat sedang diisi daya, ia berharap Steve segera membalas pesannya paling tidak mengurangi salah satu keresahannya.Kembali ke Garut. Malam sudah semakin larut. Steve masih de
Rucita menjerit kesakitan dengan tubuh yang menegang kaku, hingga kepalanya membentur punggung tempat tidur. Steve mencoba menenangkan Rucita yang menangis karena rasa sakit dan pedih itu sungguh menyiksanya. Steve tidak memaksa, ia membiarkan Rucita mengontrol emosi dengan cara menciumi wajah gadis itu dan membisikkan kata cinta, serta terus memuji istrinya.Setelah napas Rucita kembali teratur, Steve kembali menggerakkan tubuhnya dengan perlahan. Rucita masih meremas seprei dengan kuat dengan tubuh yang masih sangat kaku."Sayang, jangan tegang! Ini tidak apa-apa dan akan baik-baik saja. Nikmati saja ya. Saya janji jika masih terasa sangat sakit, saya akan berhenti, oke?" bisik Steve dengan lembut. Ia merasa heran dengan senjatanya yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera sampai. Ini baru pertama kali seumur hidupnya ia bercinta selama dua jam dan ini sungguh luar biasa.Steve masih terus memacu tubuhnya perlahan dan sangat hati-hati. B
"Mbak, ini saya di mana?" tanya Tangguh pada seorang wanita berpakaian serba putih bak perawat rumah sakit."Di klinik, Mas. Masnya kecelakaan dan luka di kepala membuat Mas tidur untuk beberapa hari," jawab perawat itu sambil kembali menyuntikkan obat ke dalam cairan infus Tangguh."Klinik? Ini hari apa ya?" tanya Tangguh bingung."Iya, sekarang hari Jumat. Mumpung Mas baru sadar, silakan dimakan makan siangnya dan jika ingin buang air kecil juga silakan. Mas akan lekas pulih jika banyak beristirahat. Luka di kepala Mas mengharuskan Mas untuk banyak beristirahat," papar perawat itu dengan senyuman. Ia menyiapkan nampan berisi nasi dengan daging, sayur, dan juga buah."Oh, baik, Sus, terima kasih." Tangguh yang sangat kelaparan, akhirnya menyantap nasi yang dihidangkan. Menu sehat ala rumah sakit yang rasanya alakadarnya. Nasi, sayur, daging, semua ia habiskan dengan cepat.Selesai makan, Tangguh berjalan perlahan menu
Semua serba cepat. Mobil travel yang akan ditumpangi Linda tiba-tiba saja mengalami ban kempes di bagian belakang. Bukan hanya satu tapi keduanya. Padahal mereka baru saja keluar dari area perumahan.Linda menunggu sopir memperbaiki ban dengan wajah masam. Malam semakin larut dan dia belum juga berangkat."Apa tidak bisa dikirimkan mobil lain, Pak? Saya buru-buru," kata Linda tak sabar."Armada sedang keluar semua, Bu. Ini kan weekend, jadi gak ada armada kosong. Sabar ya, Bu, biar saya perbaiki dulu bannya. Ibu duduk saja di halte ini gak papa," jawab sopir itu dengan ramah sekaligus dengan perasaan tidak nyaman. Padahal sebelum berangkat tadi, mobil sudah dicek oleh montir armada, semua sudah oke, maka dari itu armada terakhir yang ada di pool travel diijinkan untuk keluar. Jika sudah begini, mau menyalahkan siapa?"Aduh, saya ngantuk lagi nih! Kalau masih lama banget, saya pulang dulu saja deh, besok saja berangkatnya. Biar saya tidur
Pukul tiga sore, Tangguh sampai di rumah Steve dengan keadaan amat menyedihkan. Kedua telapak kakinya terus saja mengeluarkan darah segar karena menginjak beling saat berusaha kabur tadi.Rumah nampak sepi. Steve sepertinya pergi karena mobilnya tidak ada. Semoga Linda ada di rumah, jika tidak, ia terpaksa mendobrak pintu rumahnya untuk mengambil uang membayar ongkos ojek online."Tunggu di sini sebentar ya, Bang," kata Tangguh sambil meringis."Iya, Bang, kaki Abang berdarah terus itu," kata pengemudi ojek sambil menunjuk kaki Tangguh."Iya, Bang, ini mau langsung saya obati. Saya ambil uang dulu, tunggu ya." Tangguh langsung mendorong pintu pagar yang tidak terkunci. Ia berjalan tertatih menuju pintu rumah Steve.Tok! Tok!"Bu, ini saya! Bu," seru Tangguh sambil menahan pedih pada kakinya."Bu, saya Tangguh!" serunya lagi sambil terus mengetuk pintu rumah.Cklek"Ya ampun, Tangguh, kamu ke
["Aku akan menelepon kembali."]Steve langsung menutup teleponnya saat menyadari Rucita yang terdiam saat dirinya tiba-tiba merampas ponsel dari tangan wanita itu."Sayang, maafkan kalau kamu kaget karena saya. Ayo, kita mandi saja!" Steve menggendong tubuh Rucita dengan mudahnya ala pengantin."Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Rucita dengan sedikit khawatir dan juga merasa bersalah."Tidak apa-apa, Sayang." Steve menurunkan istrinya di lantai kamar mandi, lalu menyalakan shower air hangat untuk membasahi tubuh mereka."Maaf ya, Mas, saya harusnya tidak mengangkatnya, karena siapatahu tadi yang menelepon istri Mas," kata Rucita dengan wajah sedih."Begini, jika ponsel saya berdering. Mau siapapun yang menelepon, abaikan saja ya." Steve menyentuh pipi Rucita dengan telapak tangannya."Baik, Mas, akan saya ingat, mm ... tapi ... saya mau lagi," bisik Rucita malu-malu sembari menyentuh milik Steve y
"Halo, Rucita, kamu di mana? Maaf Kakang baru telepon, karena Kakang terkena musibah.""Hah? Musibah apa, Kang? Kakang di mana sekarang?""Mobil travel yang Kakang tumpangi kecelakaan, jadi Kakang dirawat beberapa hari di rumah sakit, tapi sekarang sudah sehat, hanya kaki Kakang masih sakit. Kamu tidak perlu khawatir. Bagaimana Arnan? Bagaimana keadaan kamu, Cita?""Oh, syukurlah, Kang. Mm ... itu, Kang, saya dan Arnan sudah putus dan semua barang pemberian Arnan juga sudah saya kembalikan, tepatnya dia yang memintanya kembali.""Ya ampun, terus kamu gak papa'kan Cita?""Gak papa, Kang, emang belum berjodoh. Cita baik-baik saja, Akang gak usah khawatir sama Cita. Kang Tangguh pulihkan saja kesehatan Akang di sana. Cita mungkin akan mencari pekerjaan untuk melupakan Arnan.""Oh, ya sudah, kabari Akang kalau kamu sakit atau kenapa-napa ya.""Iya, Kang, Kakang juga jaga diri dan hati-hati kalau berkendara.""Ya udah, Akang tutup y