"Alin, maaf aku baru datang. Semalam aku ke rumah sakit, tapi kamu sudah pulang dan aku ke sini, Mr. Philippe bilang kamu sedang keluar. Maafkan aku" ucap Riri dengan tatapan sedih menatap Alin. "Kita ke atas yuk" ajak Alin membawa Riri ke perpustakaan agar bisa berbincang santai. Meskipun Janette sudah memperingati Alin akan Riri sebelumnya sewaktu di rumah sakit, Alin berusaha bersikap wajar terhadap Riri sambil dia memperhatikan pergerakan Riri. Setelah Riri duduk di perpustakaan, pelayan datang membawakan minuman dan camilan untuk Alin dan Riri."Alin, aku tau aku bersalah. Kakak sepupuku sudah menceritakan semuanya kepadaku. Jo juga menjelaskannya. Tapi Aku, aku malah hampir mencelakakanmu"Wajah Riri menunduk dan di pipi mulusnya sudah membanjir airmata. Alin yang mengalihkan tatapannya ke luar jendela berkata pelan sambil menatap Riri intens, "Aku ga apa-pa, Riri. Aku masih hidup dan anak dalam kandunganku juga sehat. Aku sudah memaafkanmu dan juga Angelo""Maafkan aku" Riri
"Wifey ... Kamu sudah siap?" Sky baru pulang dari pertemuannya dengan Daffa dan Jonathan, langsung ke kamar mencari Alin yang tidak kelihatan di dalam kamar dan di kamar mandi juga tidak ada.Malam ini ada acara amal dan Sky ingin mengajak Alin menikmati makan camilan sore di hotelnya sebelum pergi ke tempat acara amal diadakan yang juga di hotel mewah tidak jauh dari hotel milik Sky Yuan."Mr. Philippe, Alin ada di mana?" tanya Sky saat melihat Mr. Philippe datang membawa sepatu untuk Alin dan Sky yang seragam warnanya menuju kamar Sky dan Alin."Sepertinya tadi baru saja masuk, Tuan Muda. Zia sudah berada di bawah, membuat susu untuk Nona Alin" jawab Mr. Philippe sopan akan tetapi keningnya sedikit bertaut.Zia datang membawa susu di nampan berjalan ke arah Sky dan Mr. Philippe."Tuan Muda, ini susu untuk Nona" ucap Zia sambil menyerahkan nampan kecil membawa susu hangat untuk Alin tersebut pada Sky.Sky menerimanya dan masuk kembali ke kamar, meletakkan nampan susu di atas meja.Al
Alin dan Sky tiba di hotel tempat acara amal. Para pengunjung yang rata-rata dari kalangan atas itu sudah banyak berkumpul di ruangan yang di setting menjadi tempat acara berlangsung. Mereka menatap kedatangan Sky yang menggandeng Alin. Ada yang menatap takjub, kagum, sinis bahkan iri pada Alin yang entah bagaimana pilihan gaun yang di pilih Sky untuk Alin pakai malah semakin memperlihatkan perutnya yang membuncit. Siapapun yang melihat akan berpikir wanita yang bersama Sky tersebut sedang hamil. Meskipun belum ada pengumuman atau berita tentang pernikahan Sky Yuan yang mereka dengar selama ini. Tetapi melihat sikap dan tatapan mata Sky pada wanitanya pasti semuanya bisa berpikir itu adalah istrinya. Beberapa wanita muda berkumpul, mata mereka menatap iri dan benci pada Alin. Alin berusaha cuek dan bersikap santai. Membiarkan Sky yang terus menggandeng pinggangnya, membawanya duduk dan sesekali suaminya itu juga iseng meremas bokongnya. Untung cahaya lampu tempat mereka duduk sedikit
Setelah kepergian Alin ke kamar kecil, beberapa wanita muda terlihat mencoba mendekati Sky Yuan. Namun aura Sky terlalu dingin dan tatapan matanya sangat kejam sehingga mereka mundur dengan kesal tanpa sempat mendekati pria tampan yang seksi tersebut.Mereka sering mengundang Sky Yuan di pesta yang sengaja mereka adakan, akan tetapi tidak sekalipun Sky Yuan terlihat pernah menghadirinya. Mereka juga mengikuti Sky pergi ke bar atau cafe manapun yang pria itu datangi, tetap saja tidak berhasil menarik perhatian Sky pada mereka yang selain sangat cantik juga berasal dari keluarga kaya. Di antara para wanita itu ada yang sampai rela operasi selaput dara agar bisa dekat dengan Sky yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan para penggemarnya bahwa Sky Yuan hanya tidur dengan gadis perawan, kecuali Velisha yang berkedok sahabat dan Merlin yang berkedok sekretaris pribadi Sky. Jangankan Sky berbicara dengan mereka, membuat Sky menatap mereka aja, mereka tidak bisa.Tetapi berbeda dengan Veli
"Wifey, kamu ga papa?" bisik Sky langsung merengkuh tubuh Alin ke dalam pelukannya. Alin tidak tahu apa yang terjadi karena dia menutup matanya dan menolak membaca dalam pikirannya. Alin hanya melihat Riri yang meringis kesakitan karena punggungnya membentur keras dinding samping lift dan Mr. Rain yang sebelumnya mencekik leher Alin terpental ke belakang dengan bunyi gedebuk terdengar sedangkan Velisha masih di posisi duduk di atas karpet lantai seperti sebelumnya, bersandar di dinding sambil mencari sesuatu di dalam tasnya yang dia keluarkan seperti alat foreplay berwarna hitam. Gerakan Sky begitu cepat dan halus. "Wah, saya terlambat. Apa lagi yang bisa di bantu?" Keita muncul dari arah tangga darurat, berjalan ke arah Alin dan Sky. "Nene, tidak apa-apa?" tanya Keita pada Alin yang sepertinya masih terlihat bingung dan kaget akan kejadian yang barusan terjadi. Keita memberikan kartu akses pada Sky. Lalu Sky membopong tubuh Alin pergi, membawanya ke kamar yang kartu aksesnya bar
Alin gelisah dalam tidurnya. Setiap kali Sky bangkit melepaskan pelukannya, Alin akan segera terbangun. "Sky?" panggil Alin membuka matanya. Sky sedang menelpon berdiri di dekat jendela, langsung menghampiri Alin. Mematikan telponnya dan kembali memeluk istrinya itu di atas ranjang. "Maafkan aku, tidurlah. Aku hanya menghubungi Daffa." bisik Sky melabuhkan ciuman di puncak kepala Alin. Alin masuk ke dalam pelukan Sky, mendengar detak jantung suaminya itu yang seperti melodi nina bobo baginya. Tidak lama kemudian Alin pun tertidur pulas kembali. Sky tetap memeluknya beberapa saat sampai Alin benar-benar merasa pulas. Kemudian dia bangkit perlahan keluar dari kamar. "Dimana mereka?" tanya Sky pada Keita saat melihat pemuda itu berada di depan pintu kamarnya. "Di ruangan itu" tunjuk Keita pada salah satu ruangan yang pintunya tidak tertutup rapat. Terdengar suara erotis dan erangan bergema dari dalam ruangan memenuhi lorong hotel lantai tersebut. "Jo sudah melihatnya?" tanya Sky
Sky sudah di naikkan ke brangkar untuk di bawa masuk ke dalam helikopter dengan cepat. Mereka melarang Alin ikut masuk karena kapasitas kursi kurang. Benar, helikopter tersebut terdapat tulisan SOS bukan untuk membawa penumpang banyak. "Aku akan ikut dengan Sky, kamu jangan kuatir." ucap Nicholas menatap tajam para crew yang melarang Alin naik. Alin masih menggenggam erat tangan Sky meski Sky sudah berada di atas Heli. "Daf, titip adik iparku. Kei, singkirkan perempuan itu! Jo sudah tidak menginginkan sampah seperti dia lagi" Nicholas berpesan pada Daffa lalu berteriak pada Keita yang tetap berdiri jauh di pintu keluar-masuk rooftop mengawasi Riri dan para securiry hotel. Alis Alin bertaut, ingin mengatakan keraguan dalam hatinya pada Nicholas, tapi saudara kembar suaminya itu kembali meyakinkan Alin, semuanya akan baik-baik saja. Para crew juga sudah selesai memasang infus pada Sky. "Tenanglah, suamimu pasti kuat. Dia akan kembali padamu. Mandi dan sarapanlah dulu, aku tunggu ka
"Nona ... Ku mohon, makanlah sedikit" pinta Zia sambil meletakkan baki berisi makanan di meja samping sofa tempat Alin sedang duduk. Baki berisi sarapan dan makanan sebelumnya tidak ada Alin yang sentuh kecuali susu dan jus."Aku tidak punya tenaga untuk mengunyah makanan, Zia. Juga tidak bernafsu sama sekali. Katakan pada Alex, aku mungkin bisa minum jus buatannya. Maafkan aku, Zia. Bawa kembali makanannya" ucap Alin lirih.Alin menatap jauh ke luar jendela kamarnya. Infus masih menancap di atas tangannya. Rambutnya masih basah, Zia tadi sudah membantunya mandi. Alin seperti manusia tidak bernyawa, tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain penyesalan dan kesedihan yang mendalam.Janette rutin memeriksa keadaan Alin, meminta Dokter memberikan cairan infus nutrisi untuk Alin dan janinnya. Janette sebenarnya sangat kuatir namun di depan Alin dia berusaha bersikap tegar untuk menguatkan menantunya itu. "Aku akan membantunya" bisik Seiji pada Janette sambil melangkah masuk ke kamar Alin