SUAMIKU KEKASIH IBUKU

SUAMIKU KEKASIH IBUKU

last updateLast Updated : 2025-11-04
By:  HaniHadi_LTFUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
55views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dia telah mereguk manisnya madu asmara bersama ibuku, tapi tiba-tiba saja memaksakan sebuah pernikahan denganku. Aku belajar menanggung aib, berdamai dengan takdir. Walau aku tak tahu, apakah aku akan menemukan cinta sejatiku kembali

View More

Chapter 1

01. Bayangan

Mobil pengantin berhenti.

Gandes belum mampu mengatur napas. Gaun zamrud beludru yang membungkus tubuh tinggi mungilnya terasa berat, membuat langkah terseret seperti terikat rantai tak terlihat. Gemerincing perhiasan menambah sesak di leher, seolah setiap kilau mengingatkan bahwa dirinya hanyalah pengganti, bukan pengantin yang sesungguhnya.

Gandes memandang rumah besar bercat gading. Lampu gantung di beranda memantulkan cahaya kuning pucat, menciptakan bayangan panjang yang menelan halaman. Dingin merayap dari bawah tapak kaki. Tangannya menggenggam ujung kebaya, mencoba menenangkan gemetar yang tak bisa disembunyikan.

Jati melangkah lebih dulu, tegap, tenang, berseragam putih dengan sabuk emas mengilap khas perwira Angkatan Darat. Setiap gerakan miliknya menunjukkan kekuasaan, tapi juga menyisakan bara yang samar di wajah. Tatapan mata tajam seolah mengusir segala bentuk kelemahan dari sekitarnya. Gandes berjalan beberapa langkah di belakang, tanpa berani menatap lelaki itu.

Pintu terbuka. Aroma bunga segar menyambut, bercampur dengan wangi kayu tua dan parfum yang menguar lembut. Ruang tamu tampak megah. Gandes terdiam dengan jantung terasa bergemuruh. Di dalam sana, muncul sosok wanita setengah baya, membawa bingkisan berlapis kertas perak.

"Ini hadiah dari Ayu untukmu, Jati," ucap Bu Wendy, budenya Jati, dengan nada yang sulit ditafsirkan.

Jati menerima bingkisan tanpa banyak bicara. "Terima kasih, Bude. Tapi kenapa Ayu tak datang?"

Senyum tipis muncul dari bibir wanita itu, bukan senyum ramah, melainkan sindiran yang dibungkus sopan. Tatapan tajamnya mengarah pada Gandes, seolah menelanjangi seluruh keberadaan gadis itu.

"Wah, pengantin baru rupanya tak sabar masuk kamar. Tante ganggu ya?" Nada suaranya lembut namun penuh bisa.

"Bude, jangan mulai," ujar Jati, nada berat, berusaha menahan.

"Kenapa? Tante hanya ingin melihat menantu pengganti itu. Mirip ibunya waktu muda, ya? Mudah-mudahan tak semurah ibunya." Kata-kata itu menusuk tanpa ampun.

Gandes menahan napas. Tenggorokan terasa kering, jari-jari bergetar. "Bu, jangan hina Mama saya." Suaranya pecah.

Tatapan wanita itu memaku dirinya. "Kalau ibumu tahu malu, ia tak akan kabur saat akad. Anaknya tak perlu menanggung malu seperti ini."

Gandes memejamkan mata, menahan sesak.

"Cukup, Bude," ujar Jati keras. "Saya yang tanggung nama keluarga, bukan Bude."

Tawa sinis keluar pelan. "Ya, tanggunglah. Tapi jangan kaget bila perempuan itu nanti merepotkanmu, sama seperti ibunya."

Langkahnya menjauh, suara tumit menghantam lantai marmer hingga menghilang ke pintu. "Gadis begini kok dibandingkan Chandra Ayu," gumannya nyaris berbisik.

Hening. Gandes mematung. Pandangan kabur oleh air mata yang enggan jatuh. Dada terasa sesak karena luka yang disodorkan begitu terang. Ia menatap Jati, mata penuh amarah yang tak bisa disembunyikan.

Lelaki itu menatap balik, dingin, keras.

"Naik ke kamar." Suara datar, tapi tak bisa dibantah.

Gandes melangkah perlahan, mengikuti salah satu pembantu menuju tangga. Langkah terasa berat, setiap anak tangga seperti menambah beban di dada.

Kamar terbuka. Ruangan luas dengan dinding warna kelam, ranjang besar bertabur kelopak mawar, tirai panjang berayun pelan. Aroma melati memenuhi ruangan, menyusup ke paru, menyesakkan dada. Gandes berdiri menatap ranjang itu lama. Ia menggenggam kedua tangan, berusaha mengusir gemetar.

Suara langkah berat terdengar mendekat. Jati muncul di ambang pintu, wajahnya keras, mata tajam menelusuri sosok gadis di depannya.

"Kenapa masih berdiri?" tanyanya, pelan tapi berisi perintah.

Ia mendekat, jarak tinggal sejengkal.

"Atau mau kabur seperti ibumu?"

Napas Gandes tercekat.

"Kalau aku ingin pergi... apa mungkin? Tadi pagi kamu sudah buktikan, dengan kekuasaanmu kamu bahkan bisa mengusir seseorang yang seharusnya berada bersamaku dalam pelaminan kelak. Bukan orang tua seperti kamu."

Wajah Jati memerah, rahang mengeras. Tangan mengepal.

"Jaga ucapanmu, Gandes!" Ucap Jati keras. Lalu keheningan menelan segalanya, sebelum Jati menatapnya lama, sangat lama, seakan ingin merobek setiap perlawanan dari sorot mata gadis itu.

"Kamu harus tahu kewajibanmu, melayaniku sebagai seorang istri."

Gandes menelan ludah, kepala menunduk, suara bergetar.

"Aku bukan istri pengganti. Aku manusia yang punya hati. Pernikahan ini paksaan, aku tak harus melayanimu."

Tawa pendek keluar dari Jati, getir.

"Kamu pikir siapa dirimu bisa bicara seperti itu? Kamu hanya alat untuk menutup aib keluarga."

Gandes menatapnya, mata memerah. "Kenapa aku? Aku masih kuliah, aku punya kehidupan sendiri, aku juga punya seseorang yang aku cintai."

"Aku tak peduli," balasnya tajam. "Kamu harus menanggung dosa ibumu."

Kata-kata itu menghantam lebih keras dari tamparan.

Jati melepas topi seragam, meletakkannya di meja. Tangan membuka sabuk emas perlahan. Suara gesekan logam memecah hening, membuat napas Gandes memburu. Lelaki itu melepaskan kancing seragam, menyisakan kaos tipis yang menempel pada tubuh tegapnya.

"Mau apa kamu?" bisik Gandes.

Senyum tipis muncul di sudut bibir Jati. "Mau apa, katamu?"

Langkah semakin mendekat.

Gandes mundur selangkah, nmun kakinya terjerat ekor kebaya. Tubuh Gandes terhuyung, menambrak dada keras di hadapannya. Tangan Jati memegang pinggangnya, kuat, nyaris tanpa jarak.

"Lepaskan aku!" seru Gandes, suara bergetar.

"Takut aku menyentuhmu?" tanya Jati lirih, namun menekan.

Gandes menunduk. Napas terasa berat. Aroma tubuh Jati bercampur dengan wangi melati, menciptakan sesuatu yang aneh: ketakutan dan kelembutan dalam waktu bersamaan.

Tangan Jati terangkat, menyentuh dagu lembut Gandes, mengangkat wajahnya.

"Lihat aku."

Tatapan mereka bertemu. Waktu seolah berhenti. Di mata Jati ada amarah, tapi juga sesuatu yang lebih dalam, semacam luka yang disembunyikan.

"Kenapa kamu yang harus ada di sini, hah? Kenapa bukan ibumu?" Nada suaranya serak, hampir putus asa.

Gandes menahan tangis. "Aku tak tahu apa-apa. Tolong lepaskan aku..."

Air mata menetes, jatuh tanpa bisa dicegah.

Wajah Jati semakin dekat. Napasnya menyentuh pipi. Satu tangan menumpu ke dinding, satu lagi di bahu Gandes.

Gandes menggigit bibir, menahan isak.

"Lepaskan... kumohon..."

"Diam!" bentak Jati, tapi suaranya tak lagi sekeras sebelumnya.

Hening kembali merayap. Mata Jati menatap wajah gadis itu lama, seolah menimbang sesuatu. Napas keduanya beradu, menimbulkan panas aneh yang bercampur ketegangan.

Beberapa detik terasa seperti keabadian.

Lalu Jati memalingkan wajah, menarik napas berat. Ia berbalik, berjalan menjauh, mengambil sabuk emas dari lantai. Suara logam beradu keras. Bukannya menghukum, ia justru menendang kursi di dekat ranjang, keras, seolah ingin menghukum diri sendiri.

"Bersihkan dirimu!" katanya pendek, nada getir.

Langkah lebar membelah ruang sunyi, hingga sosok tinggi itu menghilang lewat pintu.

"Awas kamu, Gandes. Ini baru permulaan. Kamu yang akan menanggung penghinaan ibumu."

Pintu menutup keras, meninggalkan gema panjang yang bergaung di dada Gandes.

Ia berdiri mematung, wajah basah oleh air mata. Dalam pantulan kaca besar, ia menatap sosok sendiri: mata bengkak, bibir pucat, tubuh gemetar.

Bukan pengantin yang bahagia, bukan istri yang diharapkan.

Hanya gadis muda yang kehilangan arah, dijadikan bayangan untuk menebus kesalahan orang lain.

Ia menatap dirinya lama, hingga air mata terakhir jatuh tanpa suara.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status