Share

Bab 2

Penulis: Daniel Liman
"Aku harus pergi ke mana?"

Levin mendongak sambil mengembuskan napas panjang. Seketika, dia kebingungan.

Sebelumnya, dia bekerja keras untuk Keluarga Narta. Namun, dia tiba-tiba diusir dari Keluarga Narta ....

"Brum brum ...."

Sebuah mobil tua berhenti di depan rumah Keluarga Narta. Seorang gadis cantik bergaun putih keluar dari mobil.

Dia mengenal gadis ini.

Sindy Tandio, wanita yang pernah diselamatkan olehnya.

Sebenarnya, kejadian itu bermula dari Yuvi yang sedang diincar oleh pembunuh. Karena Levin, pembunuh menyandera Sindy untuk melarikan diri. Levin membunuh pembunuh itu dan menyelamatkannya.

"Pak Levin, ikutlah denganku." Sindy mengulurkan tangan ke arah Levin sambil tersenyum lembut.

"Kamu pernah selamatkan aku. Kini, kamu diusir dari Keluarga Narta. Bagaimana kalau kamu pulang ke Keluarga Tandio bersamaku? Seburuk apa pun Keluarga Tandio, aku bakal usahakan yang terbaik buat kamu!" kata Sindy dengan sungguh-sungguh.

Levin terpengaruhi oleh senyuman lembutnya.

Dibandingkan dengan perlakuan kejam dari kelima putri Keluarga Narta, kelembutan Sindy bagaikan cahaya yang menyinari hatinya.

Dia sudah lama tidak merasakan kehangatan seperti ini ....

Entah mengapa, dia langsung mengiakan.

Sindy menjadi sangat bersemangat. Dia mengajak Levin masuk ke mobil dengan ceria.

"Kok kamu tahu aku diusir dari Keluarga Narta?" tanya Levin.

Sindy tersipu malu, dia menjawab dengan pelan, "Aku selalu memperhatikan keadaanmu ...."

"Pak Levin, Keluarga Tandio nggak sebanding sama Keluarga Narta. Semoga kamu nggak keberatan ...."

Levin tersenyum.

"Mana mungkin? Kalian bersedia menerimaku, aku sangat bersyukur."

"Mulai sekarang, jangan panggil aku Pak Levin. Panggil aku Levin."

Sindy mengangguk pelan.

...

Keluarga Tandio pernah jaya, tetapi kini sudah merosot. Vila Keluarga Tandio tampak sangat usang.

Begitu Sindy membawa Levin masuk, anggota Keluarga Tandio langsung menyambutnya.

"Pak Levin, selamat datang di Keluarga Tandio!" kata Roni Tandio, ayah Sindy sambil tersenyum.

"Mulai sekarang, anggaplah tempat ini sebagai rumahmu ..." kata Mia Ansari, ibu Sindy sambil tersenyum ramah.

"Yessy, bereskan kamarmu buat Pak Levin. Kamu pindah ke ruang kerja," kata Roni pada Yessy Tandio, adik Sindy.

"Ayah, sudah kubereskan. Pak Levin bisa langsung tempati kamarku," kata Yessy sambil tersenyum.

"Nggak usah, aku bisa tidur di mana pun." Levin terharu.

"Nggak boleh. Kamu itu penyelamat keluarga kami!" Roni dan Mia membantah dengan tegas.

Levin pun terpaksa menuruti mereka.

Kehangatan yang memenuhi hatinya membuatnya terharu.

Dia mengorbankan segalanya untuk kelima putri Keluarga Narta, mempertaruhkan nyawanya dan sering menyelamatkan mereka secara diam-diam. Namun, mereka malah mengatakan Keluarga Narta tidak menghidupi pecundang ....

Dia hanya menyelamatkan SIndy satu kali, tetapi seluruh anggota Keluarga Tandio sangat berterima kasih padanya, bahkan berusaha untuk memberikan yang terbaik padanya.

Kesenjangan perlakuan ini membuatnya kecewa dan terharu.

Malam hari, Mia menyiapkan berbagai macam hidangan untuk menyambut Levin.

Pemandangan indah ini membuat Levin merasakan betapa bahagianya seseorang yang dicintai.

"Buk!"

Tiba-tiba, sekelompok orang menendang pintu dengan kuat dan menerobos masuk dengan galak.

Mereka dipimpin oleh seorang pria berkepala botak. Dia menatap hidangan di meja sambil berkata dengan nada sinis, "Wah! Punya uang beli makanan enak, nggak punya uang bayar utang?"

Anggota Keluarga Tandio panik. Sindy bergegas melindungi Yessy di belakangnya.

Levin mengerutkan kening.

Mereka tidak tampak seperti preman biasa.

Roni memohon, "Pak Fadli, kasih kami waktu beberapa hari lagi. Aku pasti bayar bunga bulan ini ...."

"Bunga?" Pria berkepala botak itu tersenyum sinis. "Jadi, pokok pinjaman nggak usah dibayar lagi?"

"Makan ... masih bisa makan!" Dia menendang meja sehingga sayuran pun bertebaran di lantai.

Yessy berteriak, Sindy segera memeluknya dengan ketakutan.

"Kalau berteriak lagi, kuhabisi kalian!" seru pria berkepala botak itu dengan nada dingin dan tatapan galak.

Ketika dia hendak melangkah maju, Levin tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Nak, siapa kamu? Mau cari mati?" kata pria berkepala botak itu dengan nada dingin.

"Paman Roni, ada apa?" tanya Levin pada Roni.

"Perusahaan sedang krisis ekonomi, bank nggak bersedia pinjamkan uang, aku terpaksa pinjam dari Asosiasi Nakara. Nggak sangka ... bunganya lebih besar dari pokok pinjaman! Haish ...." Roni mengembuskan napas.

Levin tercengang.

Keluarga Tandio sedang kesulitan, tetapi masih bersedia menerimanya ....

Bagaimana mungkin dia hanya diam?

"Enyah!"

Levin berbalik sambil melontarkan satu kata.

"Apa?"

Pria berkepala botak itu menyipitkan matanya sambil mendengus dingin. Dia tampak sangat galak.

"Jangan sakiti Pak Levin, kami pasti bayar utang!" seru Roni dengan panik.

"Pak Levin?" Pria berkepala botak itu mengerutkan kening sambil menatap Levin. "Nak, kamu dari keluarga mana?"

Ketika Levin hendak menjawab, terdengar suara dari belakang.

"Dulunya, dia anggota Keluarga Narta."

Para anggota Asosiasi Nakara menoleh ke arah datangnya suara, lalu melihat seorang wanita cantik berkaki panjang yang mengenakan celana pendek sedang berdiri di depan pintu.

Seketika, ekspresi para preman itu berubah drastis.

"Nona Lisa, kok kamu ada di sini?" tanya mereka dengan ketakutan.

Lisa adalah nona kelima Keluarga Narta. Dia pernah menyinggung ketua Asosiasi Nakara. Ketua Asosiasi Nakara menurunkan perintah bahwa dalam tiga hari, Lisa harus merangkak ke kasurnya.

Namun keesokan harinya, ketua Asosiasi Nakara pergi ke rumah Keluarga Narta. Dia berlutut untuk meminta maaf dan memohon ampun pada Lisa.

Tidak ada yang mengetahui alasan di balik kejadian ini. Namun, sejak saat itu, para preman sangat menghormati Keluarga Narta.

Lisa berjalan mendekat dengan angkuh sambil menatap Levin.

"Kak Lisa," sapa Levin.

Pria berkepala botak itu dan yang lainnya ketakutan hingga gemetaran.

"Siapa kakakmu? Kamu bukan anggota Keluarga Narta lagi, nggak pantas panggil aku kakak!" tegur Lisa dengan nada dingin.

Ekspresi Levin berubah dingin.

"Lisa, buat apa kamu datang ke sini?" Levin langsung memanggil namanya.

Lisa mengerutkan kening, dia sangat kesal dengan sikap Levin.

"Kak Yuvi curiga kamu mengambil barang Keluarga Narta. Dia suruh aku mengikutimu," kata Lisa sambil mendengus dingin.

Ekspresi Levin berubah muram.

Mencurigainya mencuri barang?

Seketika, Levin sangat kecewa.

"Aku nggak ambil barang apa pun dari Keluarga Narta dan nggak berutang pada Keluarga Narta, Keluarga Narta-lah yang berutang padaku," kata Levin dengan kesal.

Sikapnya yang dingin mengejutkan Lisa.

Sepertinya pecundang ini berubah.

"Keluarga Narta menghidupimu selama sepuluh tahun. Kamu bilang kamu nggak berutang pada kami? Kamu memang nggak tahu berterima kasih!" seru Lisa.

"Hahaha ...." Levin tersenyum dingin.

Tidak tahu berterima kasih!

Sebenarnya siapa yang tidak tahu berterima kasih?

"Kamu bilang kamu nggak ambil barang Keluarga Narta, aku harus percaya?" Lisa masih mempermasalahkan hal ini. "Kamu, periksa tubuhnya!" kata Lisa sambil menunjuk pria berkepala botak.

"Baik, Nona Lisa." Tanpa basa-basi, pria berkepala botak itu langsung memeriksa Levin.

Levin berdiri diam dan membiarkan pria berkepala botak itu memeriksa sekujur tubuhnya.

Dia meninggalkan Keluarga Narta tanpa membawa apa pun.

"Kamu benaran nggak ambil apa pun?" tanya Lisa sambil mengerutkan kening.

"Ada satu hal yang kuambil."

"Apa itu?"

"Harga diriku!" kata Levin dengan tegas.

Ekspresi Lisa berubah muram.

"Aku penasaran, apa kamu bisa bertahan hidup dengan harga dirimu!" Lisa membanting pintu dan pergi dengan marah.

Awalnya, dia berpikir kalau Levin berlutut untuk memohon padanya, dia akan menyelamatkan Levin. Namun, Levin tidak menghargainya.

"Harga diri? Haha, jagalah harga dirimu yang malang itu!" Sebelum pergi, Lisa melontarkan kalimat ini.

Setelah Lisa pergi, pria berkepala botak itu tersenyum dingin.

"Pak Levin ... ada yang ingin kamu katakan?" kata pria berkepala botak itu dengan nada sinis.

"Ayo keluar. Ada yang ingin kubicarakan denganmu," kata Levin dengan tenang.

"Levin!" Sindy tampak sangat khawatir, dia takut para preman itu akan menyakiti Levin.

"Pak Levin, masalah ini nggak ada hubungannya sama kamu. Kami bisa selesaikan ...." Roni dan Mia pun menghentikan Levin.

"Paman, Bibi, Sindy, jangan khawatir. Aku punya cara," kata Levin sambil tersenyum.

Kemudian, dia berjalan keluar.

"Ayo lihat apa yang ingin dilakukan bocah itu," kata pria berkepala botak dengan ekspresi main-main. Dia membawa bawahannya keluar.

Di gang, Levin membelakangi mereka.

"Pak Levin, kamu ingin memohon ampun di sini?" tanya pria berkepala botak itu dengan nada sinis.

"Apa kamu tahu kenapa ketua Asosiasi Nakara berlutut di rumah Keluarga Narta dan memohon ampun?" tanya Levin.

"Memangnya kamu tahu?" Pria berkepala botak itu mendengus dingin.

"Karena dia menemui seseorang," jawab Levin dengan nada datar.

Pria berkepala botak itu mengerutkan kening.

Orang luar tidak mengetahui hal ini.

Hari itu, dia mengikuti ketua Asosiasi Nakara pergi menemui tokoh yang menakutkan.

Aura orang itu sangat mencekam, bahkan preman besar seperti bosnya pun ketakutan. Dia tidak berani mengangkat kepalanya dan hanya melirik punggung orang itu.

Saat itu, hatinya berdebar kencang dan ketakutan.

Tiba-tiba, ekspresi pria berkepala botak itu membeku.

Punggung di hadapannya ini ... menyatu dengan punggung orang itu.

"Kamu ... kamu ...." Pria berkepala botak itu membelalakkan matanya dan sekujur tubuhnya gemetaran.

Levin berbalik, aura membunuh memenuhi seisi gang.

"Bum!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 50

    "Kak Yuvi, orang-orang heboh. Semuanya penasaran siapa yang membeli saham Grup Anggora ..." kata Shilla sambil tersenyum.Yuvi menatap Sanny sambil tersenyum."Sanny, bagaimana? Prediksiku benar, 'kan?"Ekspresi Sanny sangat rumit.Dia tidak menyangka bahwa saham Grup Anggora akan meningkat pesat."Mungkin aku yang salah," gumam Sanny."Kak Yuvi, cepat jual! Kalau terlambat, kita bakal menyesal," kata Sanny."Dijual?" Yuvi mengangkat alisnya."Sudah kuanalisis. Saham Grup Anggora akan naik sampai 14.000 atau bahkan lebih. Kalau dijual sekarang, bukankah kita akan kehilangan puluhan miliar?""Aku bukan cuma nggak mau jual, aku mau beli 40 miliar lagi!"Yuvi mengklik tombol beli dengan percaya diri, dia menginvestasikan 40 miliar lagi.Kemudian, dia melipat tangannya dan menunggu harga saham naik.Sanny pun tidak berani berkomentar.Keempat saudara perempuan Keluarga Narta menatap layar komputer dan berharap harga saham akan naik setiap mereka memuat ulang situs tersebut.Di rumah Keluar

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 49

    "Kak Yuvi, beberapa bulan lalu, Grup Anggora masuk berita. Reputasi mereka hancur karena memalsukan produk. Mereka bukan hanya dimasukkan ke daftar hitam bursa saham, tapi harga sahamnya juga terus anjlok dan merugi ...."Melihat Yuvi ingin menghabiskan 60 miliar untuk membeli saham Grup Anggora, Sanny pun panik."Berdasarkan prediksiku, Grup Anggora nggak akan bertahan lebih dari tiga bulan. Nggak boleh beli saham mereka. Kalau beli, kita pasti rugi!" bujuk Sanny dengan sungguh-sungguh.Namun, Yuvi sangat percaya diri dan gigih."Sanny, kamu memang cerdas. Tapi, pengetahuanmu di pasar saham terbatas, wajar kalau kamu berpikir seperti itu," kata Yuvi sambil tersenyum.Sanny masih ingin membujuknya.Yuvi mengerutkan kening, lalu berkata dengan tegas, "Aku dijuluki sebagai Dewi Saham Kota Narsana! Aku nggak pernah gagal sejak berkecimpung di pasar saham! Penilaianku nggak mungkin salah!""Sebelumnya, aku pernah membeli saham sebuah perusahaan yang hampir bangkrut. Semuanya mengira aku ak

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 48

    "Sekarang, siapa yang bisa menghubungi Levin?"Yuvi melipat tangannya, lalu bertanya pada para adik perempuannya dengan kesal.Dia sangat membenci Levin dan tidak ingin berinteraksi dengannya.Namun, sekarang dia memerlukan Levin.Dulu, setiap pagi dia akan membaca koran ekonomi yang disiapkan oleh Levin. Di koran itu, terdapat bagian khusus tentang pasar saham yang sering membahas soal saham dari perusahaan besar dengan ulasan yang berbeda-beda.Yuvi menganalisis sejenak, lalu membeli saham dari beberapa nama perusahaan yang tertera di koran. Sejauh ini, dia tidak pernah merugi.Hal ini membangkitkan kepercayaan dirinya.Oleh karena itu, ketika perusahaan mulai merugi, dia berencana untuk berinvestasi saham.Kali ini, dia berencana untuk membeli beberapa saham yang berpotensi, lalu menjualnya dengan harga tinggi.Langkah pertamanya adalah menemukan koran ekonomi itu.Sayangnya, setelah mencari sekian lama, mereka tidak menemukan koran ini."Kak Yuvi, Levin sangat membenci kita, bagaim

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 47

    "Hasil terburuk adalah Keluarga Narta kalah dalam pertarungan ini. Keluarga Kartono bekerja sama dengan pihak lain untuk memberi tekanan pada kita dan memusnahkan bisnis keluarga kita!"Perkataan Sanny mengejutkan semua orang."Nggak separah itu. Keluarga Narta lebih kuat dari Keluarga Kartono, loh," bantah Lisa."Jangan lupa. Sewaktu masih muda, Pak Gandi adalah tokoh terkemuka. Koneksinya sangat luas." Sanny mengerutkan kening. "Selain itu, kali ini Keluarga Narta menyinggung begitu banyak dokter ternama. Latar belakangan sebagian dokter itu sangat kuat dan mereka sedang mengincar kesempatan untuk membalas dendam."Mendengar ucapan ini, ekspresi mereka berubah muram.Sepertinya Keluarga Narta tidak akan selamat.Shilla tiba-tiba bertanya, "Kak, bagaimana kalau kita gunakan kekuatan rahasia Keluarga Narta?"Yuvi mengangkat alisnya dan langsung menggelengkan kepalanya."Belum sampai tahap itu dan belum waktunya." Yuvi menolak dengan tegas."Aku akan coba berbicara dengan Keluarga Karto

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 46

    "Levin, ada kabar baik!"Pagi-pagi, Sindy menemui Levin dengan gembira."Keluarga Kartono tiba-tiba berubah pikiran. Ayah Charles meneleponku untuk meminta maaf atas pembatalan kontrak dan mengatakan ingin melanjutkan kerja sama dengan kami, bahkan menawarkan harga yang jauh lebih rendah dari sebelumnya!" kata Sindy dengan penuh semangat.Beberapa hari ini, dia sangat khawatir.Levin melukai Charles, dia khawatir Keluarga Kartono akan membalas dendam dan terus memikirkan cara untuk melindungi Levin.Tak disangka pagi ini, anggota Keluarga Kartono terus meneleponnya. Semuanya meminta maaf padanya dan menyatakan ingin menyuplai material Keluarga Tandio dengan harga rendah.Sindy sangat kaget.Charles terluka parah, Keluarga Kartono bukan hanya tidak mempermasalahkan hal ini, tetapi juga ingin melanjutkan kerja sama dan menurunkan harga material.Sindy sangat berpengalaman dalam bidang ini. Dengan harga yang ditawarkan oleh Keluarga Kartono, mereka pasti akan rugi.Kenapa sikap mereka ber

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 45

    Yuvi datang ke rumah Keluarga Kartono dengan mengendarai Maserati.Akhirnya, dia memutuskan untuk datang ke rumah Keluarga Kartono.Keluarga Kartono adalah salah satu keluarga besar di Kota Narsana, mereka cukup berkuasa.Yuvi sangat takut pada tuan besar Keluarga Kartono yang dikenal oleh banyak orang ini. Beberapa tahun ini, dia tidak terlalu mencampuri urusan keluarga. Namun, begitu dia turun tangan, segala sesuatu akan beres.Mendengar pernyataan Gandi, Yuvi sangat khawatir.Suasana hatinya sangat buruk. Dia tidak mengerti mengapa situasi menjadi seperti ini.Jelas-jelas, dia menjebak Levin dan Keluarga Tandio. Alhasil, pelaku malah meninggalkan Keluarga Kartono dengan selamat dan tidak disalahkan ....Dia bukan hanya datang untuk memperbaiki hubungan, tetapi juga untuk mencari tahu kebenaran."Tolong sampaikan. Aku, Yuvi dari Keluarga Narta datang untuk menemui Pak Gandi dan menjenguk Pak Charles," kata Yuvi sambil tersenyum pada penjaga pintu.Berita itu segera disampaikan dan Yu

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 44

    "Setinggi apa statusnya sampai seorang pendekar tingkat raja pun tunduk padanya?"Ekspresi Gandi berubah muram."Di dunia ini, orang yang memiliki kekuasaan seperti ini pasti sangat mulia. Hanya dengan satu entakan kaki, dia dapat menggemparkan dunia!""Ucapan Kairi membuatku teringat akan sesuatu." Gandi merenung sejenak. "Kalau tebakanku benar, Levin adalah penguasa dunia gelap, Raja Demon!"Begitu kata-kata ini dilontarkan, wajah seluruh anggota Keluarga Kartono memucat dan disertai dengan keterkejutan.Raja Demon ... gelar yang menakutkan ....Dia dapat menaklukkan mantan penguasa dunia gelap sendirian, Imperium Bayangan. Kemudian, dia mendirikan Demon dan hanya menggunakan waktu beberapa tahun untuk mengembangkan Demon menjadi penguasa baru dunia gelap.Beberapa tahun ini, Demon sudah membantai banyak orang dan ditakuti oleh banyak orang.Nama Raja Demon sudah tersebar ke seluruh dunia.Sekarang, setelah mendengar bahwa Levin adalah Raja Demon, anggota Keluarga Kartono pun gempar.

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 43

    "Pak Gandi!""Ayah!"Tindakan Gandi mengejutkan seluruh anggota Keluarga Kartono.Gandi adalah seseorang yang mementingkan harga diri, dia tidak pernah menunduk kepada siapa pun.Mereka tidak mengerti mengapa Gandi begitu menghormati orang yang melukai Charles?Hanya karena dikejutkan oleh kekuatan Kairi? Tidak mungkin.Gandi adalah tipe orang yang tidak pernah menyerah.Gandi melambaikan tangannya untuk menegur anggota Keluarga Kartono.Anggota Keluarga Kartono tidak tahu bahwa punggungnya sudah dibasahi oleh keringat dingin.Kalau Kairi memajukan tangannya, Gandi akan meninggal.Dia menyimpulkan bahwa kekuatan Kairi sangat menakutkan.Tingkat raja!Dia tidak dapat membayangkan identitas seseorang yang dihormati oleh pendekar tingkat raja.Orang seperti ini dapat memusnahkan Keluarga Kartono dengan mudah.Di ruang tamu, Charles perlahan-lahan siuman.Begitu membuka mata dan melihat Levin duduk di dekatnya, dia pun membelalakkan matanya."Kamu ... kenapa kamu ada di sini?" tanya Charle

  • Ternyata Pecundang yang Diusir Adalah Raja Demon   Bab 42

    Dia melambaikan tangannya dengan santai, lalu seorang ahli Keluarga Kartono beraksi dan hendak menyerang Levin.Levin berdiri dengan ekspresi datar.Kairi beraksi.Dalam satu serangan, ahli Keluarga Kartono itu langsung terhempas mundur dan memuntahkan darah."Apa?" Anggota Keluarga Kartono tercengang.Gandi mengerutkan keningnya sambil menatap Kairi.Tadi, dia tidak memperhatikan gerakan Kairi.Namun, orang ini memang kuat."Siapa kamu?" tanya Gandi dengan heran."Aku adalah anak buah Raja," jawab Kairi dengan tenang."Siapa rajamu?" Gandi kaget."Kairi, siapa izinkan kamu mengobrol dengannya?" kata Levin dengan kesal.Kairi berlutut di hadapan Levin, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Maaf, Raja!"Adegan ini mengejutkan seluruh anggota Keluarga Kartono.Bisa-bisanya ahli sehebat itu tunduk pada pemuda seperti Levin!Siapakah orang yang dihormati oleh Kairi ini?Ekspresi Gandi berubah muram."Sebenarnya ... siapa kamu?" tanya Gandi sambil menatap Levin."Aku nggak ingin memberitahu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status