Share

Bab 7. Kisah Masa Lalu Andini

Andini dilahirkan di Bandung 24 tahun silam, nama lengkapnya Andini Arfaana Adi Atmadja. Masa kecilnya dihabiskan di sana, tetapi setelah lulus SD ayahnya meneruskan usaha kakeknya di daerah Subang, sehingga mereka pun pindah. Sifatnya yang selalu ceria, agak jahil tetapi sangat baik sama semua orang. Namun, dia paling tidak senang kalau ada orang yang menghina atau membully teman-temannya, pasti dia yang akan duluan melawannya. Parasnya sangat cantik seperti wajah blasteran, rambutnya ikal, matanya belok, alisnya tebal seperti wajah ibunya yang mempunyai darah keturunan Pakistan dari kakeknya. 

Dia anak kedua dari empat bersaudara, ayahnya adalah mantan Lurah daerah Subang kabupaten Bandung bernama Bapak H. Drs Herman Adi Atmadja, dan sekarang menjadi seorang pejabat daerah di sana. Ibunya bernama Hj dr. Sri Arfaana Arham, seorang dokter kecantikan dan mempunyai tempat spa di Subang. Kakaknya bernama Anton Fahmi Adi Atmadja, adeknya yang cewek bernama Anggita Arfaana Adi Atmadja, sedangkan yang bungsu bernama Attaf Fahmi Adi Atmadja. 

Namun semenjak kuliah Andini tinggal kembali di Bandung, di rumah lama orang tuanya. Yang sekarang ditinggali oleh keluarga kecil kakaknya, yang bekerja di sebuah Bank Swasta. Beserta adeknya yang masih kuliah semester dua di sebuah Perguruan Tinggi Swasta. Mereka sangat akrab dan kompak dalam hal apapun, sehingga rasa persaudaraan di antara mereka begitu erat. Keluarga dari ibunya kebanyakan bertempat tinggal dan berkumpul di seputaran kompleks Batununggal, membuat mereka semakin betah di sana. Kedua orang tuanya tinggal di Subang bersama si bungsu. Sedangkan kerabat ayahnya berkumpul di daerah Subang karena kakeknya asli orang sana, tapi ada juga yang merantau di Jakarta dan Tasikmalaya. 

Semasa masih SMA Andini adalah primadona di desa dan sekolahnya, banyak cowok-cowok yang naksir kepadanya. Namun, dia tidak pernah menganggap cowok yang dekat dengannya sebagai pacarnya, cuma dianggapnya sebagai teman saja. Ada salah satu kakak kelasnya yang ngebet banget sama dia, sampai setiap pria yang mendekatinya sering di serangnya. Kebetulan dia punya gengs yang cukup disegani di sekolahnya. Membuat Andini sangat muak melihat kelakuannya. 

Andini orangnya sangat ramah dan mudah bergaul, serta tidak pernah pilih-pilih teman, sehingga banyak teman-temannya yang senang bermain bersamanya. Walaupun kehidupan orang tuanya kaya raya dan kakeknya orang terpandang di daerahnya, tetapi dia tidak pernah sombong dan selalu menolong orang yang sedang kesusahan. 

Sekarang Andini bekerja di sebuah rumah sakit daerah Bandung, dan ikut praktek di klinik milik keluarga Andre tunangannya. Dia dibagian dokter gigi, sedangkan Andre dibagian dokter umum. Dia sudah lama berpacaran dengan Andre, dari semenjak kuliah di kedokteran PTN di Bandung. Akan tetapi Andre kuliahnya dua tingkat lebih tinggi darinya, umur tunanganya itu sekarang menginjak 26 tahun. Dua bulan yang lalu  mereka baru saja bertunangan. Tadinya mereka akan mengadakan pernikahan bulan depan, tetapi takdir berkata lain, hingga rencana itu hanya angan-angannya saja. 

Sebenarnya Andre masih melanjutkan kuliah S2 jurusan spesialis dalam, dia ingin melanjutkan jejak ayahnya. Ibunya seorang dokter spesialis kulit dan kandungan. Sehingga klinik yang di buka ayahnya cukup besar dan lengkap. Andini sangat senang mempunyai pacar dan calon suami seperti Andre, selain wajahnya yang ganteng, ramah dan hormat sama orang yang lebih tua, calon mertuanya juga baik dan kerjanya seprofesi dengannya. Dia telah merencanakan pernikahan yang meriah, dan pergi umroh bersama keluarga besarnya setelah resepsi pernikahannya selesai. 

Rumahnya yang di Bandung cukup besar, tempat tinggalnya itu dibeli sejak kedua orang tuanya menikah dan mereka tinggal di sana . Akan tetapi Pak Herman harus berhenti bekerja di sebuah perusahaan BUMN, karena ingin mengurus ibunya serta menjalankan usaha peninggalan ayahnya di Subang. Dia anak bungsu dan cowok satu-satunya dari tujuh bersaudara. Sehingga dialah yang harus meneruskan usaha kakek Andini di bidang perkebunan, ada bisnis tempat pariwisata dan kuliner juga. 

Walaupun Andini tinggal di Bandung, tetapi dia sering pulang ke Subang bersama Andre apalagi kalau ada libur nasional. Seperti tahun baru kemarin, mereka menghabiskan liburannya bersama keluarga besarnya. Keluarga Andre menginap di villa milik ayahnya dekat pantai selama tiga hari. Mereka sangat senang bisa berkumpul bersama, acara tahun baru pun bertambah rame, dengan berbagai macam menu makanan yang dihidangkan orang tua Andini. 

Sore itu Andini duduk di kursi sendirian, dekat kolam di depan villa sambil menunggu terbenamnya matahari. Sinar senja dengan beraneka macam warna ada orange, biru, ungu serta siluet yang terlukis di angkasa, begitu indah dipandang mata, membuat penglihatannya enggan berkedip. Andre yang baru saja habis berenang di kolam villa langsung naik, terus mendekati pujaan hatinya. Cipratan air dari rambut yang basah terus di kibas-kibas tangannya, dan mengenai wajah putih merona kekasihnya. Sepertinya memang sengaja dilakukannya untuk mengganggu calon istrinya itu. 

"Abang, basah!" Andini pun cepat beranjak dari duduknya, terus berlari dan berteriak,

"Iiih, jahil banget!" Ucapnya sambil cemberut. 

Melihat muka Andini yang masem seperti itu, membuat Andre malah makin gemas ingin mencubit kedua pipinya. Dia pun tertawa dan terus duduk di pinggir kolam, sambil menyiprat-nyiprat air ke arahnya. Kekasih pun tidak mau kalah, dia ikut membalasnya. Andre kemudian  berdiri, tubuhnya yang atletis terlihat kekar saat dia meraih handuk diatas kursi, terus berjalan menghampiri Andini. Rambut cepak hitam legam membingkai parasnya yang tampan, hidungnya yang mancung, tatapan matanya yang tajam terus menyipit, kala melihat wajah kekasihnya yang sedang terpana memandangnya. Wangi tubuhnya yang khas, membuat cewek di hadapannya itu tidak bisa berkutik dan berkata-kata lagi. . 

"Hey, kenapa bengong!" ucap Andre sambil menggerak-gerakkan tangannya di depan muka Andini, yang dari tadi menatapnya dengan tajam, "Terpana,ya!" Serunya lagi sambil tertawa lepas. 

"Dih! Siapa yang terpana? geer!?" ketus Andini malu-malu, kemudian dia menatap ke arah langit kembali. 

"Ah, bohong, ngaku aja dak usah malu-malu kayak gitu!" goda Andre, terus ikut duduk di sebelahnya, mereka menikmati indahnya mentari senja yang hendak tenggelam di lautan. 

Malam harinya Andini dikasih surprise, dengan diberikan hadiah sebuah kalung liontin love bermata merah marun, serta sebuket mawar merah. Dia sangat senang menerimanya, kemudian mereka menyalakan kembang api bersama keluarga besarnya. Malam tahun baru terakhir yang sangat romantis yang pernah dirasakannya. Itulah kenangan yang mungkin tidak akan pernah dilupakan semasa hidupnya. Baru kali ini Andre memberinya sebuah kejutan dihadapan keluarga besarnya. 

Selama pacaran Andre memang sering memberikan kejutan kepada Andini, tetapi tidak pernah memberikannya di hadapan kedua keluarga besarnya. Paling ketika dia jalan-jalan berdua, atau pas perayaan ulang tahun, itu pun dirayain di rumahnya atau rumah kekasihnya. Hal-hal itulah yang membuat Andini semakin sayang dan cinta sama dia. Kenangan indahnya begitu melekat dihatinya, sehingga susah untuk dilupakan walau maut yang memisahkan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status